"Arrggggh! Om!" "Anak-anak Mama lagi apa ini kok dipanggil belum dateng-dateng?" Sita menghampiri mereka. "Anak Gantengnya Mama ini yang bikin lama, Mam. Masa jilbab Cia malah disembunyiin, padahal Cia udah kesel nyari gak ketemu-ketemu!" omel Ciara. "Hahaha, udah jadi hobi," sahut Haidar. "Hehe, Mama hanya bisa senyam-senyum liat kalian," kata Sita. Ciara segera memakai jilbabnya. Haidar menunggunya dengan bertanya-tanya kepada Sita siapa yang sebenarnya datang di malam tersebut. Ternyata orang tua Ciara yang datang. "Ummi, Abi!" Ciara sangat bahagia dan memeluk mereka. Malam ini mereka akan menginap di rumah Haidar. Berhubung juga dengan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan Bening. Namun, belum membicarakan saat ada Ciara. Bukan karena apa, takutnya malah drop, tidak nafsu lagi untuk makan, Ciara mudah sekali untuk tidak nafsu makan saat berpikir keras. "Anak Abi makin cantik aja," kata Banter Basma—ayahnya Ciara. "Harus dong Bi, entar Om Hai kecantol yang lain," jawab
Ciara sudah dipastikan cemburunya bukan main. Ditambah mereka punya janji? Pikiran Ciara sudah langsung tentang pernikahan. Haidar malah tidak ingat apa-apa, dia merasa tidak mempunyai janji dengan perempuan tersebut. "Janji apa?" tanya Haidar. "Aku bisa telat, Sayang!" rengek Ciara. "Ya udah kita berangkat. Maaf, harus pergi dulu Toy," katanya. "Mmm, tapi ini penting!" "Kamu ngerti ini suami orang gak, sih!" celetuk Ciara kesal. "Loh, apa salahnya? Memangnya aku selingkuhi suamimu?" tanya Toya. "Udah! Ayo Sayang kita berangkat!" Haidar menarik tangan Ciara untuk menghindari dari Toya. Toya sangat kesal dengan ulah Haidar maupun Ciara. Ia terus mengikuti mereka ke kampus tanpa sepengetahuannya. Menjadi mata-mata juga, ternyata Toya bekerjasama dengan Spion. *** "Sayang," sapa Haidar setelah pulang kerja. "Apa!" jawabnya ketus. Haidar pulang malam yang ternyata istrinya masih juga belum tidur. Kagetnya, suhu badan Ciara panas karena kehujanan mengintip Haidar di kantor. Ia m
"Ngaco! Cia lagi haid," jawab Ciara. "Oh, hahaha." Haidar tersenyum sembari mengurut punggung istrinya. "Hamil mulu pikiran Om," timpal Ciara. "Udah pengen banget soalnya. Apa ucapan Om menyakitimu?" tanyanya. "Mboten, tapi mungkin bagi perempuan lain ini menyakiti karena kayak memberi harapan dan ternyata masih gagal." "Beneran kamu gak sakit hati?" "Hahaha, nggak. Yang bikin sakit hati tuh kalau Om udah gak cinta lagi sama Cia," jawab Ciara. Sejenak Haidar menatap istrinya yang pucat. Ia kecewa sebenarnya, baru kali ini Ciara keluar rumah tanpa izin dan ujung-ujungnya keadaannya sakit. Tidak menyadari bahwa dirinya dimata-matai. "Malam ini ngobrolnya dikit aja, cepat tidur!" pinta Haidar. "Gak mau!" rengeknya. "Ciara Basma! Sadar, gak kamu udah salah keluar tanpa izin! Mau apalagi sekarang? Gak nurut, hmm?" "Huaaaaaa, dibentak!" Ciara langsung menangis sembari tertidur. Memang sikap Ciara masih begini. Moodnya masih berlari-lari. Haidar geram melihatnya, tidak ingin membe
"Gak usah pakai jilbab!" "Nggih harus pakai toh, Nduk." "Hahaha, mukanya panik amat kenapa? Iya-iya pakai yang hitam aja," kata Ciara. "Kirain kamu kerasukan gak mau pakai jilbab. Hahaha," jawab Haidar. Canda tawanya tidak tertinggal meskipun dalam keadaan sakit seperti itu. Sikap dingin Haidar benar-benar hilang, lebih banyak senyum juga setelah menikah dengan Ciara. Ia menggendong istrinya yang lemas itu untuk ke mobil yang telah disiapkan papanya. *** "WANITAKU, JEMARI INI TELAH BERANI MENERIMA JANJI. MAKA DARI ITU, AKU HARUS MEMBERIMU LEBIH DARI SEJUTA BUKTI, BAHWA KAMU IALAH WANITA PILIHAN YANG HARUS DIMULIAKAN, KAMU WANITA RUPAWAN YANG HARUS KUJAGA DARI GODAAN." "Suwun, Cintaku. Isbay yakin, njenengan orang yang tepat," sahut Ciara. "Sepurane ponselmu Om bawa riyen, Nduk. Mau beri pelajaran buat orang-orang yang menggodamu," ungkapnya. "Nggih, monggo." Ciara menyerahkan ponselnya yang hari ini ada beberapa teman Ciara yang bersikap tidak pantas. "Cepet sembuh ya. Ada ke
"Nanti aja di rumah," jawab Haidar. "Kejutannya emang ada di rumah?" tanya Haidar. "Ada di sini, udah Om bawa," ucap Haidar. "Aaaaa gak sabar sampai rumah." Belum diketahui oleh Ciara, bahwasannya Haidar membawa sesuatu yang sangat Ciara harapkan. Keinginannya untuk punya guling pororo dan bantal love bergambar pororo yang ada tanda tangan suaminya pun diwujudkan. Haidar selalu mencari cara untuk memberikan kebahagiaan sang istri. "Wiih, pororo, imutnya!" Ciara gemas melihat badut pororo. "Mau beli badut?" tanya Haidar. "Ya gak dong. Kalau beli kostumnya bagus tuh, terus Om yang pakai. Pasti gemoynya banget! Semoga benihnya Om Sayang laki-laki kembar tiga!" Ciara mencubit pipi Haidar. "Aamiin," jawab Haidar. "A-aduh, Isbay-Isbay. Ya udah kita beli," jawab Haidar. "Beneran mau?" tanya Ciara. "Apa salahnya? Mau aja dong, Cintaku," sahut Haidar tersenyum. "Yeee, suamiku memang the best," *** "Alhamdulillah, udah hadir benihku." Haidar mencium perut istrinya. "Masyaallah, pe
"A-aaaaarghhh!" "Masih mau pulang? Om juga ikut pulang kalau kamu pulang. Sini Om anterin, jangan naik taxi!" Haidar membelai kepala istrinya. "Mboten, ikut Om aja. Yuk beli jajan!" Ciara memeluk Haidar sembari turun dari mobil. "Gemesinnya, Masyaallah. Harus dijaga nih, Om yakin deh hasilnya kembar tiga," kata Haidar. "Isbay ingin ice cream nanas," ucap Ciara. "Nggak boleh, Sayang. Yang boleh-boleh aja, nggih?" Haidar terus meletakkan tangannya di belakang pinggang istrinya. "Yaaaaahhhhh!" keluhnya. Kesal tidak bisa makan bebas. Ciara cemberut terus, tetapi bibirnya ditarik-tarik dengan tangannya sampai dia salah tingkah karena dilihatin beberapa orang. Ciara pun tersenyum dan menggenggam tangan suaminya supaya tidak iseng di tempat umum. "Njenengan juga gak boleh makan! Harus adil dong, yang ngehamilin siapa masa yang nanggung aku sendiri!" "Hahaha, baiklah. Om juga gak makan ice cream nanas, kita beli cemilan aja, entar lanjut beli jilbab baru juga nggak masalah," kata Haid
"Nggih, kalau pulang Om antar, jangan kumat kayak tadi mau naik taxi online," pinta Haidar. "Sudahlah, njenengan sibuk," jawab lirih Ciara. "Aku ingin senyummu," bisik Haidar. "Om gak usah ngerayu! Percuma!" ucapnya ketus. "Percuma? Ocyang gak percaya. Oleh tuh nyuruh kamu pulang karena gak mau kami sakit hati karena Toya," kata Haidar. "Ngapunten, nggih ... Ocyang anter pulang kalau begitu," jawabnya. Haidar mengantarkan istrinya untuk pulang. Tanpa ia tahu, ada penawaran kerja sama yang mengharuskannya ke luar negeri untuk jangka panjang. Akan tetapi, harus segera memberi keputusan saat ditelpon. Sayangnya, ponsel Haidar saat di mobil yang berbunyi dengan sengaja ia abaikan, takut istrinya cemburu lagi karena sudah jelas yang telepon ialah Toya. "Bagus, jangan diangkat!" seru Ciara. "Misal kamu aja yang angkat gimana? Jangan-jangan soal kerjaan," sahut Haidar. "Cuma misal kan? Isbay ogah banget!" celetuk Ciara. "Iya, misal aja." *** "Alhamdulillah! Kamu memang penolongku,
"Sepuluh meter juga boleh," jawab Ciara. "Sayangnya empat kata sudah cukup. Toya tidak di kantor," kata Haidar. "Serius? Ke mana?" tanya Ciara. "Neneknya sakit, jadi pulang." Haidar mengambil segelas air putih. "Aduh!" keluh Ciara. "Kenapa? Kok malah khawatir? Harusnya seneng kan gak ada yang dicemburui?" Ciara takut akan ada kasus lagi seperti dengan Bening. Ia seperti trauma dengan orang sakit. Berhubung masalah dengan Bening juga dikarenakan saat sakit. Kalau keadaan seperti ini, ada tamparan untuknya untuk lebih banyak waktu berbuat baik dengan Bening. Mengetahui bahwa ada perempuan lain yang mencintai suaminya itu tentu sakit, tetapi sakit itu akan berbalut syukur besar jikalau ternyata yang mencintai mampu menahan, dan tak ingin mengusik rumah tangganya. "Bagaimana jik---" "Suuddd! Jangan pikirkan yang tidak-tidak!" Haidar meletakkan telunjuknya di bibir Ciara. "Aaaaaahhhh, iya. Jadi ingin ketemu Bening. Bisa gak kita ke Belanda?" tanya Ciara. "Bisa aja, tapi kan lagi h
Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama
Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!
"Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik
Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a
Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal
Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny
"Kamu pura-pura nggak tahu, kan?” tanya Haidar.“Pura-pura? Enggak! Emang apa yang benar?”Haidar tak kuat untuk menahan tawa lagi ketika istrinya tidak paham dengan apa yang ia maksud. Padahal, itu adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri mereka ketika berada di dalam kamar dan sudah menjadi kebiasaan tradisi terindah sepanjang jalan. Ya seperti tidak mungkin saja kalau Ciara tidak paham dengan apa yang Haidar ucapkan, padahal arahnya sudah jelas ke sana.Namun, memang malam itu Ciara tidak paham apa-apa. Pahamnya tentang sekedar energi yang terkuras karena mereka marah-marah. Waktu awal pembicaraan juga sudah membicarakan tentang energinya yang keluar penuh karena menghadapi emosi-emosi menghadapi mereka berdua. Haidar masih terdiam dan terus memandang ke arah wajah Ciara sampai salting akut dan ujung-ujungnya kembali ke area ngambek lagi.“Aku bukan boneka, Oc!”Sekalinya Haidar sudah mengataka
"Kapok tuh aquarium kesayangan njenengan pecah! Isbay gak ngerasa bersalah, terserah mau dibenci karena di situ gak ada ikannya! Beresin sendiri Isbay gak mau ngeberesin!" Ciara meninggalkan Haidar dan kamar yang berantakan."Kalau kamu memang minta Ocyang marah, baik. Ocyang tidak keberatan untuk menuruti."Jujur, Haidar sangat kecewa. Setiap orang itu punya barang berharga. Aquariumnya kecil, tetapi itu sangat dirawat oleh Haidar. Sampai segitunya Ciara marah, mana malah melawan. Sebenarnya, kecewa besarnya Haidar bukan perkara aquarium pecah, Haidar kecewa besar dengan langkah Ciara yang terkesan tidak menghargai keberadaan Haidar sebagai suami.KLING KLING."Hallo, gimana? Oh, ada kerja sama ke luar kota, sipp. Besok kita berangkat," ucap Haidar dalam telepon."Ternyata cari gara-gara. Pengen trending kasus perselingkuhan, begitu hah?" bentak Ciara.Sukses membuat Ciara semakin geram.
Yang harus dipikirkan lagi setelah perkara Gus Fahim beres, tidak ada. Tinggal menunggu pulih dan mempersiapkan pernikahan Tiara dengan Gus Fahim. Kabarnya, Kang Musa juga akan segera melamar Bening. Haidar terdiam dan menatap Ciara yang sedang berkomunikasi dengan putra dan putrinya. Dua tahun kemudian Putra kembar tiganya sudah berusia 4 tahun, sedangkan putri kecilnya itu sekarang sudah berusia 2 tahun. Kalau berbicara dengan waktu dan memikirkan dengan yang terjadi, hari tentu terkesan begitu cepat. Akan tetapi, berjalannya sudah begitu jauh, tak menyangka ternyata rumah tangga mereka sudah berjalan selama 5 tahun lebih. Hubungan antara keluarga Haidar dengan Toya Galaxy pun juga membaik. Mereka sering bersama dan berbagi tips ketika mengantarkan Uda, Uha, dan Uja belajar di tempat yang sama dengan Barbie. Sekarang Uja yang sangat manja itu sudah semakin pintar saja, tetapi tetap memiliki sifat khasnya, yaitu manja. Meskipun sering cemburu juga, dia sangat perhatian dengan adik