"Nggih, enak banget, Mam," jawab Haidar. "Dulu kamu suka kalau disuapin harus ada krupuknya," kata Sita. "Mam, Pap, Ocyang ... Ciara ke kamar dulu ya, tadi ada janji mau kasih materi buat temen kampus," ucap Ciara. Semua mengangguk dan tersenyum. Mertuanya juga bisa iseng, Sita sengaja melakukan hal tersebut. Haidar menyusul Ciara setelah ia beres makan. Saat itu, Sita dan Bunder baru mulai untuk menyantap makan siang. "WANITAKU, HANYA KAMU YANG BERHASIL MENGGALI CINTAKU. CEMBURUMU IALAH RODA MISTERI, MEMBERI ARTI BAHWA CINTA KITA TAK TERUSIK DUSTA YANG MENGHANGUSKAN KESUCIAN ASA." "Cia mboten cemburu!" Ciara acuh dan memainkan ponselnya. "Aku itu bicara sama kamu. Kenapa tatapannya ke ponsel?" Haidar mengambil ponselnya, tapi menggantinya dengan pelukan. "Arrggghh! Gerah, minggir!" pinta Ciara. "Ngaku dulu, kamu cemburu kan?" desak Haidar. "Cemburu napa mboten itu gak perlu diucapkan, harusnya njenengan sudah paham!" celetuknya. "Paham Sayang, tapi apa Ocyang salah? Coba tun
Read more