Home / Pernikahan / DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

Permintaan Terakhir

“Ba-Bapak, cuma mau menyampaikan keinginan Bapak untuk anak satu-satunya yang sangat Bapak sayangi,” jawabnya. “Apa itu Pak?” Pak Ahmad menghela napas panjang, “Hah, Bapak sudah lama lihat perjalanan kamu penuh dengan penderitaan Nak, apa lagi selama kejadian kamu masih diperistri oleh Bima. Hati Bapak sebagai seorang ayah sakit lihat keadaan kamu yang demikian tapi … sekarang Bapak lihat kehidupan kamu jauh lebih baik dan bahkan sekarang anak kesayangan Bapak sudah menjadi seorang ibu, Bapakmu ini sudah pasti turut bahagia melihatnya,” tuturnya. “Terima kasih Pak, ini semua berkat doa Bapak dan Ibu yang selalu berdoa untuk kebaikan Yaya dan alhamdulilah berkat doa dari kalian sekarang kehidupan Yaya berangsur membaik.” “Tapi Nak, ada satu hal yang mungkin akan sulit kamu lalui setelahnya,” ujarnya lesu. “Maksud Bapak?” “Kamu pasti sudah tau kan Nak, kehidupan ini hanya sebuah pinjaman yang sewaktu-waktu bisa diambil oleh-Nya dan tentunya orang tua tidak bisa selamanya mendamping
Read more

Gundah

Aisyah merenung di luar, ia terus saja memegangi kepalanya dan sesekali menyeka air matanya yang terus mengalir. “Gimana caranya aku cerita ke Ibu? Aisyah nggak sanggup ya Allah, Aisyah sayang sama Bapak dan selalu berharap kesembuhan Bapak, hamba-Mu ini tau jika napas ini hanya titipan tapi rasanya masih sesak hati ini jika membayangkan pernyataan Bapak barusan,” keluhnya. Sementara itu bu Asih yang sedang menemani pak Ahmad berusaha menanyakan apa yang terjadi di antara Aisyah dan pak Ahmad terutama topik apa yang sedang dibicarakan ayah dan anak tersebut. “Pak, kenapa Bapak cuma cerita ke Aisyah saja? Memangnya Ibu tidak perlu tau ya?” tanyanya penasaran. “Biar Aisyah saja nanti yang cerita,” jawabnya. “Kenapa begitu Pak?” “Maaf Bu, Bapak cuma nggak mau Ibu salah paham dengan apa yang Bapak sampaikan jadi mungkin lebih baik Bapak sampaikan ke Aisyah dulu biar Aisyah yang jelaskan ke Ibu,” jelasnya berusaha meyakinkan istrinya. “Hah, kalau memang begitu Ibu tunggu
Read more

Pengambilan Keputusan!

“Terima kasih, Mas.” “Udahan dulu ya sedihnya,” ucapnya sembari menyapu air mata Aisyah dengan tangannya. “Oh iya Mas, Bapak juga mau ketemu dengan Arka.” “Oh ya udah kalau begitu, kita sama-sama sekalian sama Una.” “Assalamualaikum, pak bu,” ucap Hendra memberi salam. “Waalaikumsalam, nak Hendra.” “Pak, yuk kita lihat cucu Bapak!” ucap Aisyah sembari mendorong kursi roda. “Memangnya Bapak sudah bisa ke luar?” “Nggak papa Bu, hanya sekitar rumah sakit saja. Bapak pasti sudah nggak sabar banget pengen lihat cucunya,” jelas Aisyah. Hendra segera membantu memindahkan tubuh pak Ahmad ke kursi roda. “Ayo Pak!” “Pasti Arka lucu banget ya, kapan Arkanya bisa dibawa pulang Kak?” “Insya Allah secepatnya, mungkin seminggu atau dua minggu lagi. Proses pemulihannya perlu waktu yang lama dan kita tentunya harus mengikuti prosedur yang berlaku,” jelasnya. “Kita udah sampai.” Mata pak Ahmad seketika berbinar melihat cucunya yang tengah tertidur pulas di inkubator
Read more

Haru Dan Bahagia [Pernikahan Hendra & Aisyah]

*** “Aisyah, semua sudah siap kan?” “Sudah Mas, tinggal tunggu Ibu dan Hilda menuju ke sini saja.” Pandangan Hendra terus saja terpaku pada Aisyah, wanita itu tampak cantik dan anggun mengenakan pakaian pengantin berwarna putih dibalut dengan make up natural menambah aura kecantikannya semakin terpancar dan membuat Hendra semakin jatuh cinta padanya. “Kamu cantik sekali hari ini Aisyah,” ucapnya. Tatapan Hendra masih terpaku pada kekasihnya itu. Aisyah tampak tersipu malu, “Apa sih Mas! Jangan gitu deh,” sahutnya. “Tapi kamu emang beneran cantik Aisyah, aku jadi semakin yakin kalau nggak salah pilih! Udah cantik, baik hati lagi, rasanya Mas adalah orang yang paling beruntung di dunia ini karena bisa memperistri kamu,” ungkapnya bahagia. Pipi Aisyah seketika memerah, ia semakin merasa malu karena Hendra terus saja menggodanya dengan kata-kata manisnya itu. Tangan kanan Aisyah melayang mendorong pundak Hendra pelan, “Apa sih Mas! Stop deh, aku nggak bisa digituin!” uc
Read more

Desas-Desus

“Kita berdua belum berpikiran sampai ke sana Ma,” sahut Hendra. “Oh begitu, lebih baik kalian segera rencanakan mateng-mateng ya!” sarannya. “Iya Ma, ya seperti yang Mama dan Papa lihat sekarang kondisinya seperti ini Hendra hanya bisa mengerti keadaan Aisyah, lagi pula Hendra juga masih punya tugas mengabdi di sini jadi ya rencana kita ke depannya paling hanya di sini-sini dulu dan untuk ke depannya lagi kita berdua belum tau,” jelas Hendra pada kedua orang tuanya. “Yah, intinya kalian berdua harus saling mendukung satu sama lain dan harus saling terbuka satu sama lain itu kunci yang utama serta satu lagi jangan lupakan kewajiban pada Tuhan!” jelas ayah Hendra. “Iya Pa, Insya Allah Hendra akan berusaha menjadi imam yang baik untuk Aisyah dan keluarga kecil Hendra. Saat ini, Hendra juga masih banyak belajar jadi Hendra pastinya masih perlu bimbingan dari orang tua dan orang-orang terdekat yang berkenan mengingatkan Hendra.” “Bagus itu Nak!” *** “Eh, eh kalian sudah denger gosip
Read more

Menghembuskan Napas Terakhir

“Oh iya Bu, Aisyah mau ke rumah sakit nanti siang sekalian mau bawain makanan kesukaan Bapak, pasti Bapak seneng banget biar tenaganya juga cepet pulih!” “Iya Aisyah, Ibu di rumah dulu nemenin Hilda jualan.” * Aisyah mengemas semua makanan yang hendak dibawa ke rumah sakit. “Ada lagi yang kurang Nak?” “Sudah Bu, sudah semuanya. Aisyah juga sekalian mau bawain buat Mas Hendra biar dia nggak usah beli lagi makan siang,” tukasnya. “Oh iya udah, hati-hati di jalan ya!” “Iya Bu, Aisyah pamit. Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam, hati-hati!” Aisyah melangkah pergi dengan membawa tas berisi penuh dengan kotak makanan untuk bekal makan siang pak Ahmad dan Hendra. “Assalamualaikum, Mas.” “Waalaikumsalam, Aisyah. Loh, tumben kamu ke sini siang-siang?” “Iya Mas, Aisyah mau jenguk Bapak sekalian bawain kesukaan Bapak jadi Aisyah sekalian mampir ke sini juga buat bawain Mas bekel makan siang,” jelasnya. “Wah, Mas kebagian juga nih! Hampir aja Mas ke luar tadi pada
Read more

Duka Yang Mendalam

*** Keadaan sunyi senyap, sementara itu bu Asih tampak merapikan barang-barang almarhum pak Ahmad. Ia menata kembali beberapa potong pakaian suaminya dan dimasukkannya ke lemari, sesekali ia memandangi dan memeluk baju almarhum pak Ahmad hingga tak terasa air matanya kembali menetes. “Aisyah,” panggilnya. “Iya Bu.” “Ke sini sebentar Nak!” Aisyah bergegas menghampiri ibunya. “Iya ada Bu?” “Kamu nanti mau ke rumah sakit lihat Arka kan?” “Iya Bu, paling agak siangan. Kenapa?” “Ibu ikut ya! Ibu kalau di rumah keinget Bapak terus Nak,” jelasnya lesu. Tangan Aisyah meraih pundak ibunya, “Iya Bu. Hahh, Aisyah tau seperti apa yang Ibu rasain sekarang, Aisyah juga rasanya masih seperti mimpi kalau Bapak sudah nggak nemenin kita lagi di sini,” ungkapnya. “Iya Nak, tapi Ibu masih ngerasain kehadiran Bapak di sini masih nemenin kita dan liatin kita sekarang!” “Meskipun raga Bapak sudah nggak ada di sini, Aisyah juga yakin Bu kalau Bapak pasti selalu jagain kita!
Read more

Kontak Batin

Bima memandangi anak-anak yang tengah asyik bermain bola, di sela-sela jam makan siang saat ia rehat sehabis keliling menjajakan barang jualannya. Pria itu tampak memikirkan sesuatu. “Kira-kira anak gua sama Aisyah, laki-laki atau perempuan ya?” gumamnya. Pria itu kembali mengingat tentang masa lalunya, “Coba aja dulu gua nggak cerai sama dia, pasti hidup gua sekarang bahagia bisa deket sama anak!” ucapnya lepas. “Eh, enggak-enggak! Keputusan gua buat cerai sama dia sudah tepat, sekarang gua cuma perlu anak gua bukan dia! Bagaimana pun caranya gua harus berhasil dapetin anak gua.” Sifat asli Bima mulai keluar. * “Gimana hari ini Bima? Kamu nggak ketemu sama temen-temen Mama kan?” “Apa pentingnya sih Ma, aku ketemu sama temen Mama atau nggak?” Bima mulai kesal. “Ya siapa tau kamu ketemu di jalan terus mereka ngenalin kamu, Mama sendiri kan yang jadi malu nanti!” “Keterlaluan ya Ma! Mama harusnya bersyukur punya anak seperti Bima yang masih mau tanggung jawab dengan keluarga!” “Be
Read more

Pulangnya Arkanza

*** [Halo, assalamualaikum istriku sayang!] [Waalaikumsalam, iya Mas?] [Coba tebak, Mas mau nyampein kabar gembira apa?] [Memangnya kabar apa Mas?] [Tebak dulu dong!] [Emm, hari ini Mas pulangnya lebih awal?] [Salah!] [Mas mau ngasi surprise?] [Haduh Aisyah! Masa iya mau ngasi surprise bilang-bilang gimana sih kamu!] [Ya kan nebak Mas! Lagian Mas juga suka ngide kan] [Iya deh iya.] [Terus apa kabar gembiranya?] [Kabarnya gembiranya, alhamdulilah Arkanza udah boleh pulang!] [Hah, Mas ini beneran? Tau dari mana?] [Iya Aisyah, ini seriusan. Mas ini lagi di rumah sakit, kata dokternya tadi begitu karena Arkanza progresnya cepat membaik sejauh ini, jadi hari ini sudah diperbolehkan pulang dan Mas sekarang lagi ngurus administrasinya] [Alhamdulilah Ya Allah, terima kasih! Ya udah Mas, sekarang Aisyah siap-siap ke sana ya!] [Alhamdulilah. Iya Aisyah, kamu hati-hati di jalan, pelan-pelan aja.] [Iya Mas, pasti!] Tut! [panggilan diakhiri] “Bu! Ibu!” panggil Aisyah kegirangan.
Read more

Curiga!

“Ma, kita kapan pulang ke rumah Papa?” “E, Kia main sama Oma dulu ya!” Jihan berusaha mengalihkan perhatian anaknya. “Mama kenapa? Kia kan udah sembuh Ma, Kia sekarang udah belajar jalan. Kok kita lama banget di sini? Kata Mama kita di sini cuma liburan. Kia kangen sama Papa Ma!” rengeknya tanpa henti. “Duh, Kia. Tolong jangan ganggu Mama dulu!” Ini adalah kesekian kalinya sikap Jihan memberikan penolakan atas pertanyaan-pertanyaan dari Kiara-putrinya. Hal tersebut mengundang rasa penasaran kedua orang tuanya. “Kia sama Oma dulu ya sayang!” ucap ibu Jihan, berusaha menjauhkan cucunya terlebih dahulu. Setelahnya ia menghampiri Jihan kembali. “Jihan kamu kenapa sih akhir-akhir ini Mama perhatiin lebih sering ngejauhin anak kamu?” “Ngejauhin gimana maksud Mama? Mana mungkin lah Ma aku kayak gitu ke anak aku sendiri!” bantahnya. “Terus yang tadi Mama lihat itu apa?” “Hmm, Mama kan tau sendiri aku lagi sibuk!” “Sesibuk-sibuknya kamu, sejak kapan sih kamu bisa sampai me
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status