Semua Bab DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL: Bab 91 - Bab 100

118 Bab

Pertengkaran Hebat

“Jahat banget sih Mama kamu Mas!” “Nggak sopan kamu ya! Kamu pikir kamu lagi ngomong sama siapa? Ini mertua kamu lo, sama halnya dengan orang tua kamu juga!” tuntutnya. “Buat apa aku ngehargain mama? Sementara mama sendiri nggak pernah ngehargain aku, rasanya aku nggak pernah dianggep ada deh di rumah ini!” Jihan tak mampu membendung emosinya lagi. “Jihan udah tolong!” Bima mencoba meredam emosi Jihan. “Nggak bisa Mas! Ini udah keterlaluan namanya, kamu seharusnya belain aku dong bukan malah diem aja!” “Ya aku juga tau ini keterlaluan tapi semuanya udah terjadi mau gimana lagi? Aku juga pusing mikirinnya!” “Makanya Mas bisa tegas dong ke mama, jangan apa-apa dimaklumin mulu dan kamu nerima-nerima aja! Kamu ini kepala keluarga loh Mas, kamu jadi laki-laki punya prinsip dikit kenapa! Aku lama-lama juga capek sama kamu, ini yang Mas bilang udah berubah?” Jihan mulai muak. “Kamu jangan nyalah-nyalahin aku mulu dong! Aku juga udah berusaha, lagian kan emang bener nasi udah jadi bubur
Baca selengkapnya

Semakin Erat

“Arka sayangnya ayah udah makin gembul aja!” ucapnya sembari menimang Arkanza. “Iya dong, Arka kan anteng nggak rewel ayah!” timpal Aisyah. “Bersyukur banget Arka bisa pulih secepat ini, perkembangannya juga bagus. Arkanza pinter banget, ya!” “Iya Mas, aku malah suka nggak nyangka sekarang sudah ada Arka di tengah-tengah kita. Sekarang, kebahagian aku rasanya sudah cukup! Apa lagi ada kamu yang selalu nguatin aku di sini dan selalu ada di saat aku butuh, makasi ya, Mas!” “Terima kasih kembali, Mas juga mau mengucapkan hal yang sama ke kamu. Terima kasih sudah memberikan pelengkap bahagia kita.” Percakapan antara sepasang suami istri ini sangat menyentuh hati, keduanya saling memberikan perasaan tulus mereka ke satu sama lainnya. Tidak ada yang sandiwara, semuanya terlihat begitu alami kasih mereka membuat siapa saja yang melihatnya ikut terhanyut ke dalam cerita mereka. “Saya suka terharu kalau melihat mereka berdua, saya nggak nyangka putri semata wayang saya pada ak
Baca selengkapnya

Rumah Baru Kita

“Beneran, Ma?” “Iya, bener. Tadi pagi Mama udah kena teror di telpon dia, katanya enak aja liburan tanpa aku!” tuturnya. “Ada-ada aja tuh anak! Baguslah kalau dia ada waktu ke sini jadi di sini makin rame, Aisyah jadi ada temen ngobrolnya lagi. Kebetulan besok kan rumah dinas Hendra juga sudah siap di huni dan lebih ramah untuk bayi ya jadi sekalian aja kumpul keluarga,” jelasnya. “Oh bagus dong! Jadi sekarang tinggal apanya saja?” tanyanya penasaran. “Tinggal bersih-bersih aja, Ma. Selebihnya, palingan tinggal pindah-pindahin barang sebagian,” jawab Hendra. “Ya sudah, Mama sama Papa ikut bersih-bersih sekalian sekarang gimana? Jadi kan besok enak tinggal langsung masukin rumahnya, istirahatnya jadi lebih cepat!” tawarnya bersemangat. “Makasi Ma! Tapi, nggak usah repot-repot karena Hendra sudah nyuruh orang buat bersihin. Mama sama Papa nggak usah capek-capek lagi,” jelasnya pada ibunya yang tengah bersemangat itu. “Yah, sayang dong! Padahal kan Mama masih bisa bantu, Hen!” Seke
Baca selengkapnya

Didatangi Debt Collector!

TOK! TOK! TOK! [suara ketukan pintu yang terdengar begitu keras.] “Ya, sebentar!” jawab seseorang dari dalam rumah. Kreek [pintu dibuka] Ajeng memasang wajah kecut, wanita tua itu mengerinyitkan dahinya. Ia memandangi dua orang lelaki yang ada di hadapannya dengan saksama. Tampak lelaki berkepala botak, wajahnya dihiasi jambang serta berpakaian serba hitam sedangkan lelaki yang satunya wajahnya terlihat lebih bersih, ia mengenakan topi hitam lengkap dengan jaket jeans berwarna hitam pula. Kedua lelaki itu memasang wajah sangar. “Maaf, bapak siapa ya? Dateng-dateng ke rumah saya nggak sopan banget! Gedor-gedor pintu keras-keras, emang orang di rumah ini budek apa!” tukasnya kesal. “Orang di rumah ini bukan cuma budek tapi pikun!” balasnya kesal. “Udah nggak sopan, ngata-ngatain orang lagi! Nggak jelas banget, pergi sana!” usirnya. Wanita tua itu semakin kesal. “Oh nggak bisa! Ibu harus bayar dulu hutangnya!” pekiknya. DEG! Perasaan Ajeng tiba-tiba tak ka
Baca selengkapnya

Di Ambang Kehancuran!

Jihan kembali masuk ke rumah, sementara Bima masih meratapi mobilnya yang baru saja diangkut penagih hutang. Lelaki itu hanya bisa meremas-remas rambutnya dengan kedua tangannya, keringat panas di siang hari menambah tampang kepenatan terpancar dari wajahnya yang lesu. “Kamu sih, sok-sokan gadein mobil terus sekarang gimana ini?” Bima mematung, ia tak menggubris sedikit pun perkataan ibunya. “Kamu sendiri kan sudah tau kalau gajihmu itu pas-pasan, kalau nggak bisa ya nggak usah dipaksa-paksain bisa, jadi gini kan akibatnya,” cecarnya. “BISA DIEM NGGAK!” pekiknya lantang. Bima sudah sampai dipuncak emosinya. Tubuh Ajeng reflek terkejut. “Apa-apaan sih kamu Bima, lagian kan ini bukan salah Mama!” ucapnya. Ia berusaha membela dirinya sendiri, sampai sekarang pun setelah kejadian miris ini terjadi sikapnya masih tak berubah sedikit pun. “Kenapa Mama nggak ngasi sisa uang mahar itu ke Jihan? Dan kenapa Mama nggak mau bantu Bima bayar hutang-hutang itu? Padahal
Baca selengkapnya

Bu Asih Hilang?

“Assalamualaikum, Nenek Asih!” Aisyah kembali ke rumah bersama Arka untuk menengok ibunya, namun tak kunjung ada jawaban dari salamnya.“Assalamualaikum,” ucapnya sekali lagi, namun tak ada jawaban juga. Aisyah beralih ke kedai, barang kali ibunya ada di sana.“Assalamualaikum,” ucapnya.“Waalaikumsalam.” Akhirnya ada jawaban dari salam yang ia ucapkan, tetapi tampaknya yang menjawab bukan bu Asih.“Loh!” Aisyah terkejut, “Ibu ke mana Hilda? Kok kamu sendirian?” tanyanya kebingungan.“Loh!” Hilda memberikan respon yang sama, tampak seperti orang yang tak tahu menahu.“Kok malah kaget juga sih? Ibu Mana?”“Loh, maaf mbak. Bukannya bu Asih ke rumah mbak ya?” sahutnya balik bertanya.“Ibu dari tadi nggak ada mampir ke rumah, kok. Memangnya ibu nggak ada bilang mau ke mana?” Wanita itu mengerinyitkan dahinya, seraya terheran-heran.“Emmm, tadi pagi sih ibu cuma bilang mau pamit ke luar tapi ke luarnya ke mana saya nggak tau mbak! Ya, saya kira ibu ke rumah mbak,” j
Baca selengkapnya

Rindu Berat

Bu Asih mematung, perlahan bulir-bulir air mata mengalir deras di pipinya. “Bu?” “Maafin Ibu, Nak! Maafin Ibu udah buat kalian semua khawatir. Ibu, Ibu nggak bermaksud demikian,” jelasnya dengan tatapan kosong. “Ya sudah, yang penting kan sekarang ibu udah ketemu. Lanjut ngobrolnya di rumah aja, ya! Pasti Ibu belum makan kan dari pagi?” ujar Hendra berusaha mendinginkan suasana. “Ibu pulang nanti aja, Ibu bisa pulang sendiri, kok. Kalian kan juga udah tau Ibu sekarang lagi di mana, mending kalian pulang duluan saja Ibu nanti menyusul,” ujarnya lesu. “Bu, jangan keras kepala begini dong! Ini udah siang Bu, di sini panas. Yaya nggak mau ya nanti Ibu malah nyiksa diri dan jadi sakit, kasian Bapak di sana liatin Ibu kayak gini!” bujuknya. “Tapi Ya, Ibu masih kangen sama Bapak!” kekehnya. “Bu, Yaya tau Ibu kangen sama Bapak tapi alangkah baiknya Ibu lebih banyak mengirim doa ke Bapak. Ibu, kalau kayak gini itu sama saja buat Bapak makin sedih lihat Ibu nyiksa diri! Emangnya Ibu mau B
Baca selengkapnya

Gajih Yang Tak Seberapa!

***“Hancur! Semuanya udah hancur!” Masih sepagi ini Ajeng sudah membuat ocehan yang tak jelas sedari tadi.“Apa lagi sih, Ma?” tanya Bima, ia sudah pusing melihat ibunya dari tadi mondar-mandir tak jelas.“Semua temen Mama udah tau kalau kita bangkrut!” jawabnya risau.“Ya terus emangnya kenapa? Lagian kan emang benar kan kita lagi bangkrut,” ujar Bima acuh.“Kamu itu memang nggak pernah mahamin perasaan Mama, ya! Pantes aja kamu nggak peduli tentang semua ini, sekarang kamu puas kan Mama udah dikeluarin dari grup arisan karena masalah ini!” tukasnya kesal.Bima mendengus, “Heh, baguslah! Lagian apa juga yang Mama mau banggain dari gabung arisan bersama teman-teman Mama itu? Memangnya Mama lupa ya dengan kejadian tempo hari? Mama bisa lihat sendiri kan gimana teman-teman Mama itu justru nggak ada satu pun yang naruh rasa simpati ke Mama tapi nyatanya semuanya sama-sama ngerendahin Mama dan menghina Mama di hadapan banyak orang!” jelasnya kembali mengingatkan.“Kamu!”“Ken
Baca selengkapnya

Kurang Bersyukur

***“Ini, kamu simpen dulu! Siapa tau nanti ada keperluan mendadak kamu bisa pakek ini dulu soalnya aku nggak mau ribet kamu ngoceh-ngoceh ke aku jadi sebelum itu terjadi aku kasi ke kamu duluan,” jelasnya. Bima memberikan sebuah amplop ke Jihan. Jihan menerimanya dan gegas membuka amplop tersebut, awalnya wajah Jihan terlihat sedikit senang. Namun, setelah ia membuka amplop tersebut dan melihat isi di dalamnya wajahnya sontak berubah masam.“Segini doang, Mas?” tanyanya meyakinkan.“Itu juga udah banyak.”“Banyak dari mananya Mas? Ini cuma segini doang!” protesnya tak terima.“Segini doang kamu bilang? Harusnya tu kamu ngucapin terima kasih kek ke aku, meskipun segitu, itu kan hasil kerja keras dari suami kamu sendiri! Hargain dikit, dong.” Bima kesal.“Ya aku tau! Tapi masalahnya adalah dengan uang segini aku bisa apa, Mas? Belum lagi beli keperluan Kiara sekolah dan sekarang keperluannya makin banyak, Kia kan sekarang udah naik kelas jadi semua keperluan sekolahnya itu
Baca selengkapnya

Karma Perebut Suami Orang?

“Kamu yang rajin ya di sekolahnya sayang!” ucapnya pada Kiara. “Iya, Ma. Kia berangkat dulu ya.” “Hati-hati ya sayang, love you!” Kiara pun pergi ke sekolah dengan mengendarai jasa transportasi. “Eh, lihat tuh! Yang dulunya orang kaya, yang biasanya anaknya pergi ke sekolah naik mobil eh sekarang malah naik ojek!” ucap ibu-ibu yang sedang menenteng tas belanja. “Hus, jangan suka gitu bu nggak baik!” “Tapi kan saya berbicara fakta, bu! Mungkin aja ini balasan dari Tuhan soalnya kalau saya lihat-lihat dari mereka tuh emang nggak ada yang bener, si Bima tukang selingkuh, ibunya suka ngehina menantunya dan istrinya Bima yang sekarang makanya dia bisa nikah sama Bima kan hasil dari ngerebut suami orang si Aisyah itu,” tukasnya meyakinkan. “Ah masa sih, bu? Saya nggak percaya bisa sampai segitunya!” Ibu berbaju motif bunga-bunga itu masih belum percaya dan meragukan omongan ibu bertubuh gempal itu. “Ih, ibunya nggak gaul, sih! Mentang-mentang orang baru di sini, tapi haru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status