Bu Asih mematung, perlahan bulir-bulir air mata mengalir deras di pipinya. “Bu?” “Maafin Ibu, Nak! Maafin Ibu udah buat kalian semua khawatir. Ibu, Ibu nggak bermaksud demikian,” jelasnya dengan tatapan kosong. “Ya sudah, yang penting kan sekarang ibu udah ketemu. Lanjut ngobrolnya di rumah aja, ya! Pasti Ibu belum makan kan dari pagi?” ujar Hendra berusaha mendinginkan suasana. “Ibu pulang nanti aja, Ibu bisa pulang sendiri, kok. Kalian kan juga udah tau Ibu sekarang lagi di mana, mending kalian pulang duluan saja Ibu nanti menyusul,” ujarnya lesu. “Bu, jangan keras kepala begini dong! Ini udah siang Bu, di sini panas. Yaya nggak mau ya nanti Ibu malah nyiksa diri dan jadi sakit, kasian Bapak di sana liatin Ibu kayak gini!” bujuknya. “Tapi Ya, Ibu masih kangen sama Bapak!” kekehnya. “Bu, Yaya tau Ibu kangen sama Bapak tapi alangkah baiknya Ibu lebih banyak mengirim doa ke Bapak. Ibu, kalau kayak gini itu sama saja buat Bapak makin sedih lihat Ibu nyiksa diri! Emangnya Ibu mau B
Baca selengkapnya