Home / Pernikahan / DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL: Chapter 101 - Chapter 110

118 Chapters

Menolak Dibawa Ke RS!

“Bu kita ke rumah sakit, ya!” tukas Aisyah khawatir. “Ibu baik-baik aja, Nak,” kekehnya. Sedari tadi bu Asih tetap memberikan respon yang sama. “Bu, nggak ada salahnya kan kita periksa dulu! Aisyah khawatir ada apa-apa sama kesehatan Ibu!” “Ibu nggak sakit kok, paling cuma kecapean aja. Kamu nggak usah khawatir Ya!” Bu Asih masih sangat keras kepala, Aisyah sangat mengkhawatirkan kondisinya. Seminggu ini kondisi bu Asih tampak sangat mengkhawatirkan pasalnya kondisi suhu tubuhnya naik turun dan setiap malam ia selalu menggigil serta mengeluh sakit kepala. Namun, apa daya dari semenjak kondisi itu hingga sekarang bu Asih enggan diajak ke rumah sakit hanya untuk sekadar memeriksa kesehatannya. “Terus sekarang Aisyah harus gimana, Bu? Aisyah nggak mungkin diem aja lihat Ibu kayak gini.” Aisyah hanya bisa menyandarkan dirinya di kursi sembari memandangi ibunya itu yang tengah berbaring di ranjang. “Kamu nggak perlu ngapa-ngapain, Ibu baik-baik aja, kok. Lagian kan Ibu ka
Read more

Keluarga Adalah Obat!

***“Arka mana Ya? Kamu nggak ngajak Arka ke sini?”“Arka aku titipin ke Mama Bu, kasian kalau Arka dibawa bolak-balik,” jelasnya. Suap demi suap makanan masuk ke mulut bu Asih, Aisyah begitu telaten merawat ibunya yang sedang sakit.“Kalau Ibu habis makan, Aisyah lapin badan Ibu ya! Biar segeran dikit … badan Ibu udah nggak dingin lagi atau ada merasa anget?”“Kayaknya sih udah nggak Ya, Ibu udah ngerasa lebih baikan!” ucapnya yakin.“Syukurlah kalau emang Ibu udah ngerasa baikan, ya sudah Aisyah siapin air angetnya dulu ya!” Aisyah beranjak dari ranjang menuju dapur untuk menghangatkan air. Meskipun bu Asih keras kepala tentu saja sebagai seorang anak, Aisyah tetap melaksanakan kewajibannya merawat ibunya yang sedang sakit. Seharian ini, wanita itu fokus merawat ibunya sedangkan Arkanza ia titipkan ke mertuanya. Beruntung sekali ia selalu dikelilingi oleh orang-orang baik termasuk keluarga terdekatnya yang selalu sedia membantu dirinya.“Alhamdulilah Ibu udah
Read more

Mertua Baik

**“Iya sayang, sabar ya! Ibu lagi jagain Nenek Asih, kita doain biar Neneknya Arka cepat sembuh ya!” ucap Yani pada Arkanza. Yani terlihat begitu menikmati peran barunya menjadi seorang nenek bagi Arkanza Narendra, apa lagi bayi itu terlihat sangat menggemaskan dengan pipinya yang bulat dan penuh membuat siapa saja yang bersamanya betah berlama-lama menatap wajahnya yang lucu.“Keadaan bu Asih gimana katanya?” tanyanya penasaran.“Belum tau Pa, kita juga belum ada nengok ke sana. Kita tunggu kabar dari Aisyah dulu, Mama juga belum berani bawa Arka ke sana soalnya kan bayi rentan terkena virus jadi lebih baik kita tunggu kabar saja dulu,” jelasnya khawatir.“Papa juga jadi ikut was-was kalau anak-anak belum ada ngabarin,” jelasnya.*“Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam, eh Hendra Aisyah!” Akhirnya orang yang mereka nanti-nantikan datang juga.“Ayo masuk-masuk!” Yani mempersilahkan mereka berdua masuk. “Kalian berdua sudah makan?”“Sudah Ma!”“Syukurlah, gimana k
Read more

Anugerah Terindah

***“Kenapa kamu Mas? Dari tadi aku perhatiin liatin Arka sampai segitunya,” tukasnya penasaran. Tatapan Hendra pada Arkanza begitu dalam, entah apa yang ada di benak lelaki itu.“Mas seneng aja lihat mukanya yang masih polos banget … Mas jadi nggak sabar deh liat Arka makin gede, Mas ngajarin dia jalan, ngomong terus dia mulai nangis kalau aku godain …” ucapnya tanpa henti. Aisyah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar khayalan suaminya itu yang tampak begitu nyata, meski demikian Aisyah tetap mendengarkannya dengan saksama.“Nanti Mas bakalan buat dia manggil ayah lebih dulu!” ucapnya bersemangat.“Iya deh iya Mas, terserah kamu mau ngelakuin apa kita liat aja nanti!” ujar Aisyah terdengar menantang.“Ow, ternyata kamu tertarik juga join ya! Ayo siapa takut!” Perseteruan di antara suami istri itu terdengar begitu manis.“Biasanya kata orang-orang anak cowok itu akan lebih dekat dengan ibunya!” timpalnya.“Ah masak! Anak cowok itu kan sohib
Read more

Terbongkar!

“Mama mau ke luar dulu!”“Mau ke mana ma?”“Itu bukan urusan kamu!” sahutnya ketus. Jihan yang mendapatkan tanggapan yang demikian pun hanya acuh dan melanjutkan pekerjaan dapurnya. Wanita tua itu terlihat sangat bahagia, itu tampak dari wajahnya yang dipenuhi dengan senyum.*“Eh-eh jeng, kalian semua sudah tau nggak?” tanya wanita tua dengan bibir merah merona itu. Pertanyaan tersebut membuat sekumpulan orang itu merapat sedekat mungkin, kalimat itu seperti mengandung mantra yang sangat kuat saja.“Apa tuh jeng? Apa?” tanyanya antusias. Tampak sangat membutuhkan sebuah informasi baru.“Itu tuh, si Ajeng yang anaknya jadi tukang sales keliling itu!” jawabnya dengan menekuk muka.“Hah! Ajeng? Ajeng yang mana? Kita kan nggak punya teman dengan nama Ajeng yang anaknya jadi sales keliling!” bantahnya sembari mengingat.“Iya nih! Kita cuma tau Ajeng yang pakaiannya selalu modis dan perhiasannya yang selalu bikin kita iri, ya kali kita temenan sama Ajeng yang sepert
Read more

Gangguan Mental?

“Kamu kira saya bercanda dengan perkataan saya, hah! Kamu pikir saya takut sama kamu?” Emosi Ajeng tampak berapi-api. Jihan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang dipenuhi dengan kerikil kecil serta debu yang menempel di tangannya akibat tersungkur di tanah.“Berani-beraninya mama memperlakukan aku seperti ini ya! Sampai kapan pun aku nggak bakalan pernah terima mama giniin aku!” Jihan sudah sampai di puncak emosinya. Jihan gegas berdiri dan mendekati Ajeng.“Mau apa kamu?” Wanita itu mengangkat tangan kanannya seraya menampar.“JIHAN!” pekik seorang lelaki.“Mas Bima?” Jihan terkejut.“Apa-apaan kamu? Berani-beraninya kamu memperlakukan Mama seperti itu saat aku lagi nggak di rumah!” ujarnya emosi.“Mas nggak tau aja kelakuan mama kayak apa pas Mas nggak ada di rumah! Dia tadi dorong aku sampai jatuh ke tanah Mas dan tadi mama kamu pulang-pulang buka pintu dengan keras sampai Kia kaget akhirnya nangis, kalau kamu nggak percaya tuh Kia masi
Read more

Beban Makin Berat

“Ma, nenek kenapa diiket?” Bocah kecil itu bertanya dengan polosnya.“E-e, nenek lagi nakal sayang! Jadi harus diiket dulu, takutnya nenek lari-lari lagi ke jalan kan bahaya!”“Tapi Ma, kasian nenek.”“Kamu urusin dulu anak kamu itu! Aku mau nenangin diri dulu,” tukasnya lesu.“E, sayangnya Mama kamu udah baik-baik aja kan nggak takut lagi?”“Iya Ma, tadi Kia takut aja dan kaget karena suara pintunya kenceng banget!” jelasnya.“Bagus kalau gitu, anak Mama kan pemberani. Ya udah kamu main di bawah dulu ya sayang, Mama sama papa mau ngomong dulu, ya. Tapi, inget mainnya jangan lari-lari dulu kaki kamu masih belum bisa dipakek lari-larian.”“Iya Ma.” Kiara gegas menuruti perintah ibunya. Bima sudah terlihat termenung di sudut sofa sembari memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.“Jadi sekarang gimana Mas?”“Kamu jangan banyak tanya dulu, aku lagi pusing!” sahutnya ketus.“Kamu pikir cuma kamu aja yang pusing Mas? Aku juga!”“Masalah satu belum selesai, sekarang
Read more

Rencana Operasi Ditunda

***“Jadi rencana kamu sekarang gimana Mas?”“Aku bingung!” jawabnya acuh.“Kamu ini gimana sih Mas? Selalu aja ditanya kalau nggak bingung, capek … terus mau sampai kapan kita kayak gini terus?”“Aku bener-bener lagi bingung Jihan, kamu pikir aku becanda?”“Ya setidaknya kamu udah punya planning untuk ke depannya Mas! Apa lagi sekarang mama kondisinya kayak gitu,” ocehnya.“Kamu tenang aja, aku pasti mikirin semuanya kok! Yang terpenting sekarang tu kamu diem, kasi aku mikir!” Jihan termenung bersama Bima, ia juga tampak memikirkan semua ini.“Bagaimana kalau kita minta bantuan ke Mama sama Papa aku Mas?”Bima sontak terkejut, “Hah, ngomong apa kamu? Ngaco banget! Nggak-nggak, aku nggak setuju kalau rencananya kayak gitu!”“Emangnya kenapa Mas? Nggak ada salahnya kan kita minta bantuan, toh pasti Mama sama Papa aku nggak bakalan keberatan buat bantu kita!” Jihan berusaha meyakinkan suaminya.“Aku tau itu, masalahnya adalah mau ditaruh di mana mukaku kalau sampai minta ban
Read more

Berangsur Membaik

***“Gimana keadaan Ibu saya dok?” tanyanya.“Kabar baik untuk kita semua, kondisi bu Asih sudah jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Tubuhnya menunjukkan perkembangan yang bagus,” jelas dokter itu.“Alhamdulilah, terima kasih dok.”“Sama-sama ibu, ini memang sudah tugas kami. Dan ya satu lagi, kami memutuskan untuk memberhentikan rawat jalan bu Asih, mulai besok bu Asih sudah bisa kami lepas dan bisa dilakukan perawatan ringan oleh keluarga serta tentunya tetap dalam pengawasan kami.”“A-e, tapi kalau soal ke depannnya bagaimana dok? Saya takut justru nanti setelah lepas rawat jalan Ibu saya tiba-tiba ngedrop!” tukasnya risau. Aisyah masih sangat khawatir meskipun penjelasan dokter demikian.“Baik ibu, kami paham dengan kekhawatiran ibu. Seperti yang tadi saya katakan, bahwa kondisi bu Asih sudah jauh lebih baik jadi tidak ada lagi yang dikhawatirkan seperti sebelumnya dan tentu saja bu Asih masih harus tetap meminum obat-obatan sesuai resep yang kami berikan. Ibu tidak usah ra
Read more

Sedekah Rasa Syukur

***“Mas!”“Aisyah!” Keduanya saling mengawali pembicaraan secara bersamaan.“Kamu duluan!”“Kamu aja, ladies first!”“Hmm, ya udah. Aku mau ngomong sesuatu Mas!”“Hmm, sama. Mas juga mau ngomong sesuatu ke kamu!”“Jadi gimana? Siapa yang duluan?”“Kamu sayang!”“Oke deh, jadi gini Mas aku … aku mau buat acara berbagi ke sesama yang membutuhkan,” jelasnya. “Menurut Mas gimana?”Hendra sontak tersenyum.“Mas kenapa?”“Mas setuju!” jawabnya tanpa basa-basi.“Alhamdulilah kalau Mas setuju, terus Mas mau ngomong apa tadi?”“Ya seperti yang kamu bilang tadi, itu yang mau Mas bicarakan.”Aisyah tertegun, “Beneran Mas?”“Iya, Mas serius. Mas juga berpikir demikian karena beberapa waktu kebelakang alhamdulilah kan usaha kita semakin berkembang, jadi tidak ada salahnya kalau kita buat acara sedekah untuk itu. Oh iya, sekalian kita buat acara syukuran juga karena ibu udah sembuh, hitung-hitung sekalian berbagi sama tetangga juga. Gimana?”“Iya Mas, aku pasti setuju.”“Alhamdulilah,
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status