แชร์

Keluarga Adalah Obat!

ผู้เขียน: ARY
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-03-04 18:59:15

***

“Arka mana Ya? Kamu nggak ngajak Arka ke sini?”

“Arka aku titipin ke Mama Bu, kasian kalau Arka dibawa bolak-balik,” jelasnya.

Suap demi suap makanan masuk ke mulut bu Asih, Aisyah begitu telaten merawat ibunya yang sedang sakit.

“Kalau Ibu habis makan, Aisyah lapin badan Ibu ya! Biar segeran dikit … badan Ibu udah nggak dingin lagi atau ada merasa anget?”

“Kayaknya sih udah nggak Ya, Ibu udah ngerasa lebih baikan!” ucapnya yakin.

“Syukurlah kalau emang Ibu udah ngerasa baikan, ya sudah Aisyah siapin air angetnya dulu ya!” Aisyah beranjak dari ranjang menuju dapur untuk menghangatkan air.

Meskipun bu Asih keras kepala tentu saja sebagai seorang anak, Aisyah tetap melaksanakan kewajibannya merawat ibunya yang sedang sakit. Seharian ini, wanita itu fokus merawat ibunya sedangkan Arkanza ia titipkan ke mertuanya. Beruntung sekali ia selalu dikelilingi oleh orang-orang baik termasuk keluarga terdekatnya yang selalu sedia membantu dirinya.

“Alhamdulilah Ibu udah
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Mertua Baik

    **“Iya sayang, sabar ya! Ibu lagi jagain Nenek Asih, kita doain biar Neneknya Arka cepat sembuh ya!” ucap Yani pada Arkanza. Yani terlihat begitu menikmati peran barunya menjadi seorang nenek bagi Arkanza Narendra, apa lagi bayi itu terlihat sangat menggemaskan dengan pipinya yang bulat dan penuh membuat siapa saja yang bersamanya betah berlama-lama menatap wajahnya yang lucu.“Keadaan bu Asih gimana katanya?” tanyanya penasaran.“Belum tau Pa, kita juga belum ada nengok ke sana. Kita tunggu kabar dari Aisyah dulu, Mama juga belum berani bawa Arka ke sana soalnya kan bayi rentan terkena virus jadi lebih baik kita tunggu kabar saja dulu,” jelasnya khawatir.“Papa juga jadi ikut was-was kalau anak-anak belum ada ngabarin,” jelasnya.*“Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam, eh Hendra Aisyah!” Akhirnya orang yang mereka nanti-nantikan datang juga.“Ayo masuk-masuk!” Yani mempersilahkan mereka berdua masuk. “Kalian berdua sudah makan?”“Sudah Ma!”“Syukurlah, gimana k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-07
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Anugerah Terindah

    ***“Kenapa kamu Mas? Dari tadi aku perhatiin liatin Arka sampai segitunya,” tukasnya penasaran. Tatapan Hendra pada Arkanza begitu dalam, entah apa yang ada di benak lelaki itu.“Mas seneng aja lihat mukanya yang masih polos banget … Mas jadi nggak sabar deh liat Arka makin gede, Mas ngajarin dia jalan, ngomong terus dia mulai nangis kalau aku godain …” ucapnya tanpa henti. Aisyah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar khayalan suaminya itu yang tampak begitu nyata, meski demikian Aisyah tetap mendengarkannya dengan saksama.“Nanti Mas bakalan buat dia manggil ayah lebih dulu!” ucapnya bersemangat.“Iya deh iya Mas, terserah kamu mau ngelakuin apa kita liat aja nanti!” ujar Aisyah terdengar menantang.“Ow, ternyata kamu tertarik juga join ya! Ayo siapa takut!” Perseteruan di antara suami istri itu terdengar begitu manis.“Biasanya kata orang-orang anak cowok itu akan lebih dekat dengan ibunya!” timpalnya.“Ah masak! Anak cowok itu kan sohib

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-07
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Terbongkar!

    “Mama mau ke luar dulu!”“Mau ke mana ma?”“Itu bukan urusan kamu!” sahutnya ketus. Jihan yang mendapatkan tanggapan yang demikian pun hanya acuh dan melanjutkan pekerjaan dapurnya. Wanita tua itu terlihat sangat bahagia, itu tampak dari wajahnya yang dipenuhi dengan senyum.*“Eh-eh jeng, kalian semua sudah tau nggak?” tanya wanita tua dengan bibir merah merona itu. Pertanyaan tersebut membuat sekumpulan orang itu merapat sedekat mungkin, kalimat itu seperti mengandung mantra yang sangat kuat saja.“Apa tuh jeng? Apa?” tanyanya antusias. Tampak sangat membutuhkan sebuah informasi baru.“Itu tuh, si Ajeng yang anaknya jadi tukang sales keliling itu!” jawabnya dengan menekuk muka.“Hah! Ajeng? Ajeng yang mana? Kita kan nggak punya teman dengan nama Ajeng yang anaknya jadi sales keliling!” bantahnya sembari mengingat.“Iya nih! Kita cuma tau Ajeng yang pakaiannya selalu modis dan perhiasannya yang selalu bikin kita iri, ya kali kita temenan sama Ajeng yang sepert

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-10
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Gangguan Mental?

    “Kamu kira saya bercanda dengan perkataan saya, hah! Kamu pikir saya takut sama kamu?” Emosi Ajeng tampak berapi-api. Jihan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang dipenuhi dengan kerikil kecil serta debu yang menempel di tangannya akibat tersungkur di tanah.“Berani-beraninya mama memperlakukan aku seperti ini ya! Sampai kapan pun aku nggak bakalan pernah terima mama giniin aku!” Jihan sudah sampai di puncak emosinya. Jihan gegas berdiri dan mendekati Ajeng.“Mau apa kamu?” Wanita itu mengangkat tangan kanannya seraya menampar.“JIHAN!” pekik seorang lelaki.“Mas Bima?” Jihan terkejut.“Apa-apaan kamu? Berani-beraninya kamu memperlakukan Mama seperti itu saat aku lagi nggak di rumah!” ujarnya emosi.“Mas nggak tau aja kelakuan mama kayak apa pas Mas nggak ada di rumah! Dia tadi dorong aku sampai jatuh ke tanah Mas dan tadi mama kamu pulang-pulang buka pintu dengan keras sampai Kia kaget akhirnya nangis, kalau kamu nggak percaya tuh Kia masi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-11
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Beban Makin Berat

    “Ma, nenek kenapa diiket?” Bocah kecil itu bertanya dengan polosnya.“E-e, nenek lagi nakal sayang! Jadi harus diiket dulu, takutnya nenek lari-lari lagi ke jalan kan bahaya!”“Tapi Ma, kasian nenek.”“Kamu urusin dulu anak kamu itu! Aku mau nenangin diri dulu,” tukasnya lesu.“E, sayangnya Mama kamu udah baik-baik aja kan nggak takut lagi?”“Iya Ma, tadi Kia takut aja dan kaget karena suara pintunya kenceng banget!” jelasnya.“Bagus kalau gitu, anak Mama kan pemberani. Ya udah kamu main di bawah dulu ya sayang, Mama sama papa mau ngomong dulu, ya. Tapi, inget mainnya jangan lari-lari dulu kaki kamu masih belum bisa dipakek lari-larian.”“Iya Ma.” Kiara gegas menuruti perintah ibunya. Bima sudah terlihat termenung di sudut sofa sembari memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.“Jadi sekarang gimana Mas?”“Kamu jangan banyak tanya dulu, aku lagi pusing!” sahutnya ketus.“Kamu pikir cuma kamu aja yang pusing Mas? Aku juga!”“Masalah satu belum selesai, sekarang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-12
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Rencana Operasi Ditunda

    ***“Jadi rencana kamu sekarang gimana Mas?”“Aku bingung!” jawabnya acuh.“Kamu ini gimana sih Mas? Selalu aja ditanya kalau nggak bingung, capek … terus mau sampai kapan kita kayak gini terus?”“Aku bener-bener lagi bingung Jihan, kamu pikir aku becanda?”“Ya setidaknya kamu udah punya planning untuk ke depannya Mas! Apa lagi sekarang mama kondisinya kayak gitu,” ocehnya.“Kamu tenang aja, aku pasti mikirin semuanya kok! Yang terpenting sekarang tu kamu diem, kasi aku mikir!” Jihan termenung bersama Bima, ia juga tampak memikirkan semua ini.“Bagaimana kalau kita minta bantuan ke Mama sama Papa aku Mas?”Bima sontak terkejut, “Hah, ngomong apa kamu? Ngaco banget! Nggak-nggak, aku nggak setuju kalau rencananya kayak gitu!”“Emangnya kenapa Mas? Nggak ada salahnya kan kita minta bantuan, toh pasti Mama sama Papa aku nggak bakalan keberatan buat bantu kita!” Jihan berusaha meyakinkan suaminya.“Aku tau itu, masalahnya adalah mau ditaruh di mana mukaku kalau sampai minta ban

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-12
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Berangsur Membaik

    ***“Gimana keadaan Ibu saya dok?” tanyanya.“Kabar baik untuk kita semua, kondisi bu Asih sudah jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Tubuhnya menunjukkan perkembangan yang bagus,” jelas dokter itu.“Alhamdulilah, terima kasih dok.”“Sama-sama ibu, ini memang sudah tugas kami. Dan ya satu lagi, kami memutuskan untuk memberhentikan rawat jalan bu Asih, mulai besok bu Asih sudah bisa kami lepas dan bisa dilakukan perawatan ringan oleh keluarga serta tentunya tetap dalam pengawasan kami.”“A-e, tapi kalau soal ke depannnya bagaimana dok? Saya takut justru nanti setelah lepas rawat jalan Ibu saya tiba-tiba ngedrop!” tukasnya risau. Aisyah masih sangat khawatir meskipun penjelasan dokter demikian.“Baik ibu, kami paham dengan kekhawatiran ibu. Seperti yang tadi saya katakan, bahwa kondisi bu Asih sudah jauh lebih baik jadi tidak ada lagi yang dikhawatirkan seperti sebelumnya dan tentu saja bu Asih masih harus tetap meminum obat-obatan sesuai resep yang kami berikan. Ibu tidak usah ra

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-13
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Sedekah Rasa Syukur

    ***“Mas!”“Aisyah!” Keduanya saling mengawali pembicaraan secara bersamaan.“Kamu duluan!”“Kamu aja, ladies first!”“Hmm, ya udah. Aku mau ngomong sesuatu Mas!”“Hmm, sama. Mas juga mau ngomong sesuatu ke kamu!”“Jadi gimana? Siapa yang duluan?”“Kamu sayang!”“Oke deh, jadi gini Mas aku … aku mau buat acara berbagi ke sesama yang membutuhkan,” jelasnya. “Menurut Mas gimana?”Hendra sontak tersenyum.“Mas kenapa?”“Mas setuju!” jawabnya tanpa basa-basi.“Alhamdulilah kalau Mas setuju, terus Mas mau ngomong apa tadi?”“Ya seperti yang kamu bilang tadi, itu yang mau Mas bicarakan.”Aisyah tertegun, “Beneran Mas?”“Iya, Mas serius. Mas juga berpikir demikian karena beberapa waktu kebelakang alhamdulilah kan usaha kita semakin berkembang, jadi tidak ada salahnya kalau kita buat acara sedekah untuk itu. Oh iya, sekalian kita buat acara syukuran juga karena ibu udah sembuh, hitung-hitung sekalian berbagi sama tetangga juga. Gimana?”“Iya Mas, aku pasti setuju.”“Alhamdulilah,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-13

บทล่าสุด

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Alasan Tak Berdayanya Jihan

    ***“HAH! BERISIK!” pekik Jihan keras. Wanita itu merasa muak mendengar tangis Arkanza tanpa henti. “Bisa diam nggak sih! Gua itu udah pusing mikirin urusan rumah sama bapak lu yang sampai sekarang nggak pulang-pulang, lu nggak usah lagi nambahin beban gua ya!” Jihan tampak stress, penampilannya awut-awutan. Seharian dia hanya menaruh perhatian penuh pada Arkanza karena takut dengan ancaman Bima jika ia pulang ke rumah.“Ma, aku lapar! Aku mau makan, Ma!” rengeknya.“Sabar sayang, Mama lagi sibuk ini!” sahutnya sembari sibuk menenangkan Arkanza yang tangisnya makin keras.“Mama nggak sayang sama aku lagi! Katanya adik itu bukan adik aku tapi Mama lebih sayang sama dia, dari tadi sama adik itu mulu!” keluhnya merasa tak dipedulikan. Jihan yang mendengar perkataan anaknya yang demikian lantas tertegun, ia tak menyangka jika ia harus menempatkan anaknya mengalami perasaan demikian. Tubuhnya melemas, wanita itu tak berdaya.“Sayang, maafin Mama Nak. Ini semua salah

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Hari Kedelapan

    ***“Mas, aku udah nggak berdaya lagi. Ini sudah delapan hari berlalu tapi Arka anak kesayangan aku nggak ketemu-ketemu. Apa Arka baik-baik aja Mas?” Aisyah tampak sedikit putus asa.“Aisyah, Mas tau kalau kamu khawatir dan juga rindu dengan Arka … kita semua juga merasakan hal yang sama. Kita usaha kuat dan sabar dulu ya, Mas yakin Arka pasti ketemu dan baik-baik aja sekarang.”“Mas, kok kamu bisa setenang ini sih Mas?” tanyanya. Sepertinya Aisyah sedikit kesal dengan suaminya itu karena Hendra tampak begitu tenang di tengah keresahan Aisyah yang sudah memuncak.“Aisyah sayang, meskipun kamu lihat Mas tenang itu semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Mas hanya sedang berusaha kuat untuk kamu dan tentunya buat anak kita juga … seperti yang Mas bilang tadi kita semua sedang merasakan hal yang sama. Kamu percaya kuasa Allah kan? Kita serahkan semuanya sama yang di atas, kita mohon petunjuk dan memohon agar Arkanza segera ditemukan,” ucap Hendra berusaha menenangkan. Dalam kondisi in

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pencarian

    “Terus aja kamu ungkit-ungkit!”“Ya kan emang kenyataannya kayak gitu! Kenapa kamu mau nyangkal yang jelas-jelas udah faktanya?” Bima pergi ke kamar begitu saja, ia tampak seperti orang yang kalah berdebat.**TOK! TOK! TOK! Jihan menggedor pintu kamar dengan keras.“Kenapa sih kamu berisik banget dari tadi? Kalau Arka bangun gimana? Aku udah susah payah nidurin dia!” Bima tampak kesal.“Enak banget ya kamu Mas, kerjaannya cuma leyeh-leyeh doang di rumah. Kerja enggak, bantu beres-beresin rumah juga enggak!”“Jaga ya mulut kamu Jihan, aku kan lagi ngerawat anak aku!”“Alasan kamu itu aja ya Mas, kayak nggak ada yang lain, perasaan kalau anak kamu itu nangis juga ujung-ujungnya kamu manggil aku kan. Mending besok kamu kerja deh Mas, ini beras udah mau habis! Kalau kita kayak gini terus lama-lama bisa mati kepalaran di sini. Mending kita balik aja ke rumah yang dulu, setidaknya kalau kita mati masih mati dengan tenang di rumah mewah bukan di kontrakan kumuh ini!”

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Ajeng Melarikan Diri

    “Apa dan bagaimana aku memperlakukan anak aku sendiri itu urusan aku! Kamu Cuma perlu nurutin apa yang aku perintahin!” Di tengah perdebatan mereka Kiara datang dan merengek.“Ma-Mama! Kia kapan sekolah? Kia bosen Ma di rumah terus!”“Kamu denger kan Mas? Kalau kamu kayak gini terus, kamu bukan cuma ngerugiin diri sendiri tapi juga aku dan anak aku!”“Alah, gitu aja repot! Kamu tinggal telpon gurunya bilang Kiara sakit kek atau pulang kampung atau apa gitu terserah kamu! Pokoknya Kiara belum boleh sekolah,” tegasnya memberi peringatan.“Mas, enak banget kamu ngomong ya. Ini masalah pendidikan bukan main-main, kalau Kiara ketinggalan pelajaran gimana?”“Ya elah, masih SD juga kan. Pelajarannya kan masih pelajaran dasar jadi masih bisa belajar di rumah, memangnya kamu mau polisi sampai melakukan penyelidikan dan mengetahui siapa saja yang punya hubungan dengan aku dan tiba-tiba dia ke sekolah Kiara gimana?” Bima berusaha menghasut Jihan.“Lancar ya kamu ngancem aku tiap hari

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Menjadi Buronan

    “Kia, kamu masuk dulu sayang!”“Ternyata kamu belum cukup bisa jadi seorang ibu yang baik!”“Apa Mas bilang? Justru karena aku ibu yang baik makanya aku masih sama kamu sampai sekarang! Terus Mas pikir Mas sudah jadi ayah yang baik buat anak-anak kamu?”“Heh! Nggak ada ibu yang baik tapi tega menghasut anaknya dengan cara kotor seperti itu. Jihan, anak-anak itu masih polos termasuk Kiara kamu pikir dengan berbicara seperti itu sama anak kamu, tiba-tiba anak kamu paham dengan semuanya yang terjadi? Enggak kan!” Jihan menatap Bima tajam.“Terserah deh Mas, capek aku ngomong sama manusia kek kamu nggak ada gunanya!”“Kamu pikir aku suka debat sama kamu hah? Kupingku panas hampir tiap hari denger ocehan kamu itu!”**“Kamu nggak salah denger kan Hen?”“Enggak Ma, Hendra denger jelas banget penjelasan dari pihak kepolisian.”“Tuh kan! Sudah pasti dia pelakunya, kalau bukan dia nggak mungkin tiba-tiba dia hilang dari rumahnya. Ya Allah gimana nasib cucuku Arka.” Bu Asih meraung,

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Hilang Tiba-tiba

    ***[Selamat siang! Dengan bapak Hendra?][Iya bapak, dengan saya sendiri.][Baik bapak, kami dari pihak kepolisian ingin menyampaikan informasi yang sangat penting terkait tindak lanjut penyelidikan terhadap saudara tertuduh-Bima. Kami sudah mengikuti intruksi alamat sesuai dengan keterangan yang bapak dan istri bapak berikan, namun saat kami sudah tiba di lokasi, saudara Bima tidak ada di rumah yang beralamat sesuai yang diberikan kemarin. Kami juga sudah berusaha menanyakan keberadaan saudara Bima tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaannya sekarang dan kami kuat menduga bahwa ini telah direncanakan karena menurut informasi dari tetangga sekitar bahwa saudara Bima beserta keluarganya mereka diperkirakan tidak ada di rumah ini sejak semalam.][Te-terima kasih atas informasinya pak!][Sama-sama bapak Hendra, meskipun demikian kami dari pihak kepolisian akan terus memastikan pencarian ini dilakukan sampai saudara Bima bisa kami temukan untuk dimintai keterangan dan memasti

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Praduga!!!

    “Kalau soal itu kami kurang tau pak, mungkin anak-anak kami bisa menjelaskannya lebih lanjut ke kantor dan kami akan meneruskan informasi ini kepada mereka,” ucap Yani.“Baik kalau begitu pak bu. Kami tunggu kedatangan orang tua dari saudara Arkanza untuk memberikan laporan atau informasi lebih dalam terkait hal ini!”“Baik pak, terima kasih.” Yani dan suaminya pun gegas kembali ke rumah Hendra.“Semoga anak-anak tidak shock mendengar penjelasan kita ya Pa! Mama takut banget jiwa mereka terguncang terutama yang Mama takutin itu Aisyah, kasian dia sampai sekarang masih susah buat makan,” ucapnya khawatir. Bagaimana tidak pastinya jiwa seorang ibu akan sangat terguncang terlebih ini soal kehilangan seorang anak.“Semoga mereka berdua ditabahkan!”*“Assalamualaikum.”“Anak-anak pada ke mana ya Ma?” Tak lama ada bu Asih muncul dari belakang rumah.“Waalaikumsalam.”“Loh, bu Asih udah dari tadi di sini?”“Lumayan bu, saya dari tadi nyariin mereka berdua. Saya kira

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keresahan

    ***“Mas gimana ini Mas? Arka di mana? Kasian dia belum aku kasi asi Mas …” tukasnya lirih.“Sabar sayang! Kita cari sama-sama ya, Mas juga udah buat laporan di polisi. Kamu tenangin diri dulu! Kamu makan dulu ya,” ucapnya khawatir.“Nggak bisa Mas, aku nggak nafsu makan!”“Yah kok gitu sih? Kasian Arkanya nanti Aisyah, kita sekarang harus kuat dan harus jaga kesehatan demi Arka kalau semisal kita sakit nanti pencariannya nggak maksimal,” bujuknya. Hendra berusaha merayu Aisyah agar makan setidaknya sesuap saja.“Mas, mau sampai kapan kita diem aja di sini? Aku mau ikut nyariin Arka Mas!”“Iya, Mas tau kamu khawatir dengan keberadaan Arka sekarang tapi kita coba serahin ke kepolisian dulu ya. Sekarang, di sini kita bantu doa lagian udah ada Mama sama Papa aku yang bantuin juga. Aisyah, bukannya Mas ngelarang kamu tapi kamu juga harus mikirin kondisi kamu!” tegasnya. Aisyah terdiam, tak terasa air matanya kembali mengucur membasahi pipinya. Hendra mendekap erat tubuh istrin

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status