Semua Bab DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL: Bab 61 - Bab 70

118 Bab

Petuah Pak Ahmad

*** “Makasi ya Mas, maaf ngerepotin. Mas jadi harus ikut jagain Bapak di sini,” tukasnya sungkan. “Kembali kasih, nggak papa Aisyah. Mas tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa langsung kabarin Mas.” “Iya Mas, hati-hati ya.” Hendra beranjak pergi untuk bertugas di rumah sakit hari ini. “Bu, Ibu makan dulu ya.” Aisyah sangat khawatir dengan kondisi ibunya yang kehilangan selera makan. “Nanti aja Nak,” jawabnya lesu, dengan bibir yang sedikit kering. “Dikit aja Bu, Ibu dari pagi belum ada makan kasihan Bapak kalau sampai tau Ibu belum makan.” “Ibu nggak selera Ya, nanti kalau Ibu pengen makan pasti Ibu makan, kok,” kekehnya. “Bu, kalau nanti Ibu sakit karena kurang makan memangnya Ibu nggak kasihan dengan Aisyah?” Bu Asih menggerakkan kepalanya perlahan lalu menatap wajah putrinya dalam. Tangan ringkihnya itu bergerak meraih segelas air putih yang diberikan Aisyah dan meminumnya. Aisyah yang melihat hal tersebut lantas tersenyum, tangan kanan Aisyah lekas men
Baca selengkapnya

Risau

Aisyah berusaha memberikan ketenangan pada ibunya namun, sebenarnya dirinya sendiri juga sedang hancur. Melihat kondisi pak Ahmad seperti itu Aisyah larut dalam kesedihan yang mendalam tetapi dipaksa kuat oleh keadaan demi sang ibu, wanita itu sudah ditempa sedemikian rupa oleh keadaan menyakitkan yang membuatnya kini menjadi sesosok yang terlihat kuat. “Bu, kita pulang dulu ya. Nggak baik terlalu lama di rumah sakit lagi pula Bapak nggak bisa kita jenguk setiap saat.” “Tapi Ya, Ibu mau nemenin Bapak di sini. Kasian Bapak sendirian.” “Ayo dong Bu, jangan keras kepala begini. Ada Aisyah dan Mas Hendra yang bakalan ngawasin kondisi Bapak tiap hari, Bapak nggak sendirian Bu,” bujuknya. “Kalau Ibu masih mau tetap di sini, Ibu juga harus mikirin kesehatan Ibu sendiri, ini rumah sakit Bu tempatnya orang sakit kita nggak tau virus apa aja yang tersebar di sini. Aisyah nggak mau kesehatan Ibu juga terganggu.” Asih menghela napas panjang, sejenak ia merenung lantas kakinya bergerak diajakny
Baca selengkapnya

Kita Cerai Mas!!!

“Bisa nggak kalau ngomong itu di saring dikit!”“Ya habis kamu sukanya cari gara-gara! Suami pulang bukannya dibikin seneng malah diajak ribut tiap hari!” protesnya.“Aku nggak bakalan ribut kalau semua kebutuhan aku terpenuhi! Emang kamu pikir di rumah enak? Capek Mas! Kamu belum pernah kan muter otak buat berpikir ngolah keuangan yang ngepres banget biar dicukup-cukupin aja dan itu aku rasain tiap hari di rumah. Belum lagi Mama kamu itu suka nyari ribut, bikin kesel aja!” keluhnya tanpa henti.“Ya udah, impas lah ya! Harusnya kita tu saling support, kamu doain aku biar dapet kerja dan aku tanggung jawab buat menuhin kebutuhan rumah, adil kan!”“Saling support, enak banget mulut kamu bilang gitu Mas! Tapi nyatanya apa? Kamu selalu rendahin dan ngeremehin pekerjaan rumah yang aku kerjain, kamu bilang cuma di rumah doang enak lah, ini lah. Itu yang namanya saling support?”“Makanya jangan suka ngeluh dan ngomel-ngomel nggak jelas. Aku ngomong gitu karena mood aku rusak gara-gara kamu n
Baca selengkapnya

Pasrah

Jihan merenung, ia tampak memikirkan perkataan Bima. “Kenapa kamu diem? Kamu masih mau kalau kita pisah? Bayangin aja di kondisi kayak gini kamu menyampaikan berita buruk ke Kiara terus dia jadi drop terus …” cecarnya. “Stop Mas!” potong Jihan yang sudah tak tahan. “Tega ya kamu Mas, memanfaatkan anak aku sebagai senjata kamu. Aku nggak habis pikir sama jalan pikiran di otak kamu itu.” “Ayo lah Jihan, aku nggak sejahat itu tapi kenyataannya aku nggak ada maksa anak kamu untuk melakukan semua ini kan? Anak kamu sendiri yang mau,” jelasnya. Apa yang dikatakan oleh pria itu memang benar adanya namun, apa yang ia lakukan dan memanfaatkan semua itu jelas adalah hal yang salah dan sangat merugikan posisi Jihan. Jihan tertunduk lesu, “Egois banget kamu Mas! Kenapa kamu tamak banget sih, di sisi lain kamu terus aja mikirin Aisyah mantan istri kamu itu tapi di sisi lain lagi kamu mau mempertahankan aku, mau kamu apa sih Mas?” “Aku mau keduanya,” gumamnya dalam hati.
Baca selengkapnya

Kritis

Hendra meraih tubuh Aisyah dan memeluknya erat, “Aisyah, Mas tau kondisi sekarang sangat sulit untuk kamu hadapin, kita doain bapak supaya cepat sembuh ya … kamu jangan takut ada Mas di sini!” “Makasi banyak Mas karena selalu ada buat aku, Aisyah minta maaf ya selalu buat Mas ngerasa nggak berguna selama ini tapi Aisyah nggak ada maksud demikian, soalnya Aisyah bingung aja saat kondisi kayak gini, di sisi lain Aisyah juga nggak mau terlalu beratin Mas.” “Nggak papa Aisyah, Mas paham. Intinya jadiin ini semua pelajaran ke depannya, kamu jangan pernah sungkan lagi untuk berbagi cerita dan ingat … Mas nggak pernah merasa diberatin atau pun direpotin dengan kamu berkeluh kesah ke Mas, justru Mas akan seneng banget dengernya.” “Iya Mas, terima kasih untuk semuanya … kalau nggak ada Mas Hendra aku udah nggak tau lagi harus kayak gimana. Aisyah bisa sampai di titik ini, itu semua karena campur tangan dari Mas.” “Bukan hanya Mas tapi kamu juga Aisyah. Kamu yang nggak mudah menyerah dan sel
Baca selengkapnya

Kontraksi

“Aisyah juga bingung Bu, Ibu tenang dulu ya.” Aiyah sudah tidak bisa meredam kepanikannya. “Ibu nggak bisa tenang kalau udah masalah Bapak,” kekehnya. Bu Asih terus saja menangis. Kondisi ini membuat pikiran Aisyah tak karuan, di sisi lain ada dirinya sendiri yang sedang berusaha keras menahan air mata agar terlihat tenang di depan ibunya namun, suasananya sudah tak terkendali lagi apa pun kata-kata yang di keluarkan Aisyah sudah bebal di telinga bu Asih yang tingkat kerisauannya semakin bertambah setelah mendengar kabar suaminya kritis. Aisyah meraih gawainya [Halo, assalamualaikum Mas Hendra] [Waalaikumsalam Aisyah … kamu kenapa?] [Bapak Mas, kondisi Bapak kritis dan sekarang Aisyah sudah di rumah sakit dengan Ibu] [Astagfirullahaladzim, kondisi ibu sekarang gimana Aisyah? Mas tau pasti ibu sekarang sedang tidak baik-baik saja] terkanya. [Mas bener, Aisyah minta tolong ya disusul ke sini. Urusan Mas udah selesai kan? Aisyah udah bingung, nggak tau lagi mau gimana.]
Baca selengkapnya

Lahirnya Putra Pertama

Bu Asih tidak bisa tenang, kakinya terus saja diajaknya mondar-mandir di depan ruangan bersalin, mulutnya tetap konsisten komat-kamit mengucapkan doa. Proses persalinan Aisyah memakan waktu yang cukup lama, setelah menunggu beberapa jam akhirnya bu Asih merehatkan dirinya karena merasa lelah. Wanita tua itu memutuskan untuk menghubungi Hilda agar datang untuk menemaninya di rumah sakit.[Halo, assalamualaikum Hilda.][Halo, waalaikumsalam bu. Ada apa ya?][Ibu bisa minta tolong kamu ke rumah sakit sekarang? Nanti kedainya ditutup saja dulu.][Di rumah sakit? Ibu baik-baik saja, mbak Aisyah bagaimana?][Ibu baik-baik saja Hilda, mbak Aisyah sudah mau melahirkan. Ibu minta tolong kamu buat nemenin ibu di sini, bisa kan?][Ah … iya bu saya siap-siap sekarang.]***Tepat pukul 03:00 dini hari bu Asih dibangunkan oleh Hilda.“Bu, ibu bangun!” Hilda berusaha membangunkan bu Asih yang tengah tertidur karena kelelahan. Tubuh bu Asih merespon sangat cepat pasalnya ia b
Baca selengkapnya

Namanya Arkanza Narendra

“Papa sama Mama sebentar lagi sampai bu.” “Ibu sudah tidak sabar bertemu mereka. Adik kamu ikut?” “Una lagi kuliah bu, jadi untuk sementara waktu belum bisa ke sini tapi Insya Allah segera menyusul pasti dia bakalan seneng banget ketemu Aisyah dan bayinya.” “Iya. Nak Hendra di sini dulu ya temani Aisyah, ibu mau ke kamar bapak.” “Ibu, mau Hendra antar saja?” “Tidak usah nak, kamu di sini saja temani Aisyah.” “Ya sudah kalau begitu.” Bu Asih lekas ke ruang perawatan pak Ahmad. “Assalamualaikum Pak,” ujarnya mengucap salam pada pak Ahmad yang tengah berbaring. Pak Ahmad belum bisa banyak merespon karena tubuhnya masih belum bisa bebas bergerak. “Pak, Ibu punya kabar bahagia buat Bapak. Selamat ya Pak, sekarang Bapak sudah jadi Kakek anak kesayangan Bapak sudah melahirkan.” Pak Ahmad tampak senang, terlihat dari tatapan matanya yang seketika berbinar. “Aisyah se-sehat Bu?” “Alhamdulilah, Aisyah dan bayinya sehat Pak. Bapak juga cepet sembuh
Baca selengkapnya

Sales Keliling

*** Lowongan Pekerjaan! Fokus pandangan Bima teralihkan, pandangannya mengedar ke arah selebaran pengumuman yang tertempel di batang pohon tepat di depan warung makan yang baru saja ia singgahi. Mata pria itu seketika berbinar memancarkan secerca harapan. “Coba aja dulu!” gumamnya dalam hati. Lantas kaki Bima melangkah tegas, pergi meninggalkan selebaran itu setelah memotretnya. “Permisi,” ucapnya pada satpam yang sedang berjaga. “Iya, pak. Ada yang bisa saya bantu?” “E maaf, saya ke sini mau konfirmasi tentang info ini. Apakah betul di sini sedang mencari pekerja pada lowongan yang tertera di info ini ya?” “Oh iya, betul sekali bapak. Sebentar saya konfirmasi ke dalam dulu!” “Baik, terima kasih.” Pandangan Bima kembali beredar, matanya mengamati seluruh sudut ruangan, sesekali ia mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah karena merasa kegerahan. “Permisi bapak!” ucap satpam itu, mengagetkan Bima yang tengah asyik clingak-clinguk. “Eh iya, maaf.” “Bapak bisa ik
Baca selengkapnya

Firasat!!!

*** [Halo, assalamualaikum Kak.] [Waalaikumsalam, Una. Kamu apa kabar?] [Aku baik, Kak. Kakak dan kak Aisyah gimana kabarnya?” [Alhamdulilah kita semua baik.] [Oh iya, maaf ya Kak Hend. Una baru bisa hubungin Kakak lagi soalnya Una habis sibuk project kampus dan ini baru kelar, hah … capek banget.] [Iya, nggak papa. Kakak juga ngerti kok, kamu inget jaga kesehatan aja di sana dan kalau ada apa-apa langsung hubungi Kakak atau keluarga di rumah.] [Iya Kak, makasi. Oh iya, ngomong-ngomong Una hari ini ada rencana mau ke Surabaya mau nengok kak Aiyah dan Arka, nggak papa kan?] [Ye, yang ngelarang emangnya siapa? Kamu kalau mau dateng, dateng aja Una selama itu nggak ganggu kesibukan kamu di sana.] [Hehe, iya Kak. Aman kok, Una sekarang udah free.] [Ya udah, baguslah kalau begitu. Kakak tunggu di sini ya, ngomong-ngomong nanti saja sambung ceritanya Kakak lagi nugas ini, kamu nanti hati-hati ya di jalan dan jangan lupa baca doa.] [Siap kak Hen, assalamualaikum.] [Waalaikumsalam.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status