Home / Pernikahan / DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL: Chapter 41 - Chapter 50

118 Chapters

Bisnis Berkembang Pesat

Pak Ahmad berbisik pada Hendra, “Maafkan saya nak Hendra, saya salah. Kamu orang baik dan saya harap terus begitu selamanya untuk menjaga anak saya yang sebelumnya pernah menderita. Saya secara pribadi menitip anak saya sama kamu, tolong jaga Aisyah.” Tangan kanan Hendra meraih bahu pak Ahmad, “Saya pasti akan menjaga anak bapak sebaik-baiknya saya menjaga keluarga saya selama ini.” Pada akhirnya sang dokter yang tampan dan baik hati itu berhasil memenangkan hati pak Ahmad yang sebelumnya sangat keras kepala dan menentang hubungan antara Aisyah-anaknya dan dokter Hendra karena pak Ahmad menilai keluarga dokter itu hanya akan menjadikan Aisyah sebagai bahan olokan saja di tengah kondisinya menjadi seorang janda dan mempunyai seorang anak yang masih dalam kandungan dari mantan suaminya. “Gimana perasaan kamu setelah bertemu dengan keluarga saya?” Aisyah tersenyum, “Mereka baik terutama adik kamu sangat welcome dengan saya, saya berasa punya seorang adik peremp
Read more

Rencana Pernikahan

“Kamu tidak usah khawatir soal itu, kamu dan anak kamu ini akan segera menjadi bagian dari keluarga kami yang akan disambut dengan sangat senang hati.” “Hendra … apa kamu yakin mau menerima saya? Ini masalah yang serius dan seumur hidup, apa kamu tidak malu dan takut?” “Malu? Takut? Untuk apa? Saya ini serius dengan kamu apa pun resiko ke depannya saya siap tanggung jawab atas rasa ini padamu, lagian apa yang akan membuat saya takut dan malu tidak ada yang salah dari kamu Aisyah,” tegasnya. “Aku ini seorang janda Hen.” “Kamu kenapa selalu mengatakan itu Aisyah? Saya tekankan sekali lagi sama kamu, tidak ada yang salah dengan status itu, itu bukan tindakan kriminal kan? Bukan juga perbuatan dosa, lantas apa masalahnya?” “Maaf kalau saya lancang dan selalu mengatakan ini tapi saya juga tidak bisa berbohong dengan rasa takut yang selalu saya rasakan Hen. Saya takut kamu dan keluargamu justru akan menemui kesulitan-kesulitan ke depannya karena saya, kamu tau kan masyarakat sekarang se
Read more

Gosip Buruk!!!

“Ditunda? Kenapa?” Semua orang terkejut mendengar pernyataan Aisyah. “Sebelumnya jangan salah sangka dulu, Aisyah ingin pernikahan ini ditunda karena Aisyah pikir akan lebih baik kalau pernikahannya ditunda sampai Aisyah melahirkan,” jelasnya ragu. “Aisyah tau lebih cepat akan lebih baik, namun ini hanya sebuah keinginan dan Aisyah tidak akan memaksakan juga jika kalian tidak setuju.” Hendra dan kedua orang tuanya saling beradu pandang. “E-e, kalau masalah itu kita sebagai orang tua tentunya akan mengembalikan keputusan akhir pada anak kami.” Kedua orang tua Hendra berusaha menyikapinya dengan bijaksana. “E kalau dari Hendra tetap mengedepankan kenyamanan bersama dan jika hal tersebut membuat Aisyah lebih nyaman, Hendra juga tidak masalah. Hal tersebut juga tentu akan lebih baik karena mengingat usia kandungan Aisyah yang sudah tidak muda lagi, Hendra juga minta maaf karena hal ini luput dari perhatian Hendra.” “Baiklah kalau begitu sekiranya semua sudah s
Read more

Masa Pemulihan

“Nggak sopan kamu ya, Bima! Bima! Mau ke mana kamu?” Bima pergi begitu saja setelah mengemasi barang-barang yang perlu dibawanya ke rumah sakit. “Hari ini aku nemenin kamu di sini jaga Kiara.” “Hah!” Jihan terkejut, “Kamu kesambet apa tadi di jalan? Tumben banget sikapnya kayak gini.” “Aku males di rumah, Mama marah-marah ke aku karena biayain operasi Kiara, aku capek kuping aku sumpek makanya aku di sini saja,” keluhnya kelelahan. “Emang Mama nggak pernah mau berusaha baik ya, terus sekarang Mama kamu tinggal sendirian gitu di rumah? Aku sih nggak papa selama aman-aman aja, tapi emang kamu yakin ninggalin Mama di rumah sendirian nggak makin nambah masalah kamu nanti?” “Kamu tenang aja, aku tadi minta tolong ke tante Siwi buat nemenin Mama karena dia emang ada rencana nginep ke rumah jadi ya sekalian aja.” Jihan mengerinyitkan dahinya, “Hah? Tante Siwi? Si tante-tante yang suka ngomentarin orang dengan kata-kata pedesnya itu! Kasian Mama pasti sekarang lagi dengerin
Read more

Frustrasi

“Oh, bagus deh kalau kamu ngerti sama kondisi suami kamu yang sekarang harus susah payah ngumpulin tabungan lagi, karena tabungannya sekarang udah kosong gara-gara biayain operasinya Kiara anak kamu itu!” “Iya ih, kasian Bima,” timpal Siwi. “Maaf, maksud Mama apa ya ngomong gitu? Kiara kan anak Mas Bima juga jadi wajar dong kalau dia harus tanggung jawab juga,” tegasnya, ia sangat kesal. “Sejak kapan Kiara jadi anaknya Bima, kamu ngarah deh,” celoteh Siwi yang mulai turut campur. Jihan meradang, ia menatap tajam ke arah Bima. “Tante, udah ya! Ini urusan keluarga aku, lagian aku sama Jihan juga udah pulang tante bisa pergi sekarang.” Tangan Bima menunjuk ke arah pintu. Siwi mendengus, “Huh, saya juga sudah mau pulang dari tadi!” Menenteng tasnya dan beranjak pergi dengan rasa kesal. “Berani kamu ngusir teman Mama Bima!” “Ma! Udah ya, tante Siwi itu terlalu jauh ngurusin rumah tangga aku. Bima nggak suka!” “Tapi yang dibilang sama Siwi bener semua, kok!” kekehnya. “
Read more

Kehilangan Pekerjaan

“Makasi ya, jujur akhir-akhir ini gua capek banget. Menurut lu gua harus gimana sih?” “Gua juga bingung mau nyaranin kek gimana ke lu Bima, ya gua cuma bisa bilang lu harus banyak-banyakin sabar sih.” * “Kamu kenapa lagi Mas? Pulang-pulang muka udah ditekuk gitu?” tanya Jihan khawatir. “Aku di kantor habis dapet SP 1 dari atasan,” jawabnya lesu. “Hah SP 1! Memang kamu ada masalah apa sih di kantor?” “Kinerja aku menurun, bukan masalah di kantornya tapi masalah di rumah ini,” tegasnya, sembari melonggarkan dasi di lehernya. “Maksud kamu?” “Kamu tuh emang nggak peduli sama aku ya, dengan hal yang seperti ini aja kamu nggak peka. Kamu nggak sadar selama ini udah banyak nuntut aku harus gini, harus gitu, belum lagi Mama yang makin buat pikiran aku penuh tekanan dan hampir setiap hari kalian berdua berantem mulu. Capek aku!” “Loh, kok jadi nyalahin aku si Mas? Itu semua kan gara-gara Mama kamu itu suka nyari gara-gara duluan, omongannya nggak pernah dijaga, gimana aku mau tahan cob
Read more

Meredam

“Tuh kan! Emang bener sampean dendam sama ya!” “Lah kok jadi ibu yang nyolot! Heran saya!” “Ibu duluan yang nyari gara-gara sama saya!” Keduanya saling adu nada tinggi, situasi semakin tak terkendali. Aisyah yang mendengar keributan itu lekas menghampiri mereka berdua. “Ibu sudah Bu! Nggak enak dilihat sama yang lain.” “Dia ngomongin kamu yang jelek-jelek Nak! Ibu nggak terima,” kekehnya yang masih emosi. “Bilangin sama ibu kamu itu jangan suka nyari gara-gara sama orang!” “Iya tante, maaf ya atas ketidaknyamanannya.” Aisyah membiarkannya pergi begitu saja. “Orang kayak begitu sekali-kali harus dikasi pelajaran Ya!” “Bu udah Bu udah, kalau Ibu kayak gini justru semakin memperkeruh suasana. Biarkan saja orang lain mau ngomong apa, selama mereka nggak main kekerasan Aisyah nggak apa-apa.” Bu Asih berusaha menenangkan dirinya dan meminum segelas air putih. “Huh, ma-maaf Ya Ibu tadi kepancing emosi, Ibu cuma nggak mau aja ada orang yang ngehina-hina anak ibu. Soalnya
Read more

Kembalinya Masa Lalu Hendra

“Iya Mas Hendra saya setuju, eh maksudnya aku. Gitu kan?” Hendra tertawa melihat kelucuan Aisyah dan sedikit merasa canggung. “Kamu ini bisa saja.” “Terima kasih ya Hen untuk semuanya.” “Ehmm, siapa?” Aisyah tersipu malu, “Maksudnya Mas Hendra, makasi ya.” “Gitu dong, sama-sama Aisyah.” *** Hari ini rasanya seperti hari baru untuk Aisyah, ia kini jauh lebih bahagia ketimbang dengan Aisyah yang sebelumnya. Kedatangan Hendra ke dalam hidupnya telah merubah banyak hal, terlebih lagi keluarga dokter itu sangat menerima keadaan Aisyah dengan baik tanpa memandang masa lalu Aisyah seperti apa, hal tersebut membuat Aisyah merasa beruntung karena ia akhirnya bisa bebas dari bayang-bayang masa lalunya yang kelam. “Bu, Aisyah mau ke rumah sakit dulu ya,” ucapnya sembari menenteng tas kecil berisi kotak makanan. “Ngapain Ya?” “E-e, Aisyah mau bawain makanan ke Mas Hendra.” “Aduh, udah panggil Mas aja nih!” godanya. “Ibu! Aisyah malu.” “Ya udah, tapi hati-hati ya. Nanti ke
Read more

Pak Ahmad Jadi Tameng!

“Ya sudah kamu istirahat dulu. Bu, tolong temanin Aisyah dulu!” Pak Ahmad merasa khawatir dengan kondisi Aisyah, namun ia masih berperang dengan pikirannya tentang pernyataan anaknya. “Jika memang ini benar, sudah sangat keterlaluan Hendra berani mempermainkan anak saya!” Dokter Hendra menunggu tugasnya di rumah sakit selesai, pria itu menunggu dengan perasaan gelisah pasalnya tadi Aisyah pergi begitu saja dengan wajah kesal. “Gimana keadaannya Yaya Bu?” “Yaya udah istirahat, kasian dia Pak sepertinya Yaya syok berat.” “Hah, ada-ada saja cobaan pada anak kita padahal Bapak baru saja melihat wajahnya bahagia sekarang harus melihatnya menangis lagi.” “Kira-kira, apakah benar Hendra berbuat demikian ya Pak? Ibu takut, kasian Aisyah kalau harus melewati masa seperti ini lagi,” tuturnya gelisah. “Sejauh yang Bapak tau, rasanya tidak mungkin nak Hendra akan berbuat seperti itu sekarang kita tunggu saja penjelasan dari dia semoga saja ini hanya kesalah pahaman.” “Amin.”
Read more

Bima dan Aisyah Bertemu

Pada akhirnya kepercayaan di antara keduanya lah yang menang, meski demikian karena hal tersebut Aisyah kembali menaruh rasa ragu di hatinya. Hendra dan sahabatnya memiliki hubungan yang sangat dekat, Aisyah khawatir hubungan persahabatan Hendra dan Sintia akan menganggu hubungan antara dia dan Hendra. “Oh iya Aisyah, besok kamu mau ikut Mas ke Jakarta?” “Ke Jakarta? Ngapain Mas?” “Pengen ngajak kamu ke rumah aja, sekalian pendekatan biar kamu sedikit terbiasa.” “Tapi Mas lama nggak? Kan aku harus jagain kedainya juga.” “Sebentar aja, mau kan temenin Mas? Mumpung dapat libur gantian tugas.” “Iya Mas, tapi aku minta izin dulu sama Bapak dan Ibu boleh kan?” “Tenang aja masalah izin Mas udah minta izin duluan sama bapak dan ibu.” “Gercep banget ya Mas.” *** “Udah siap semuanya?” “Hati-hati di jalan ya, Hendra tolong jagain Aisyahnya ya ibu takut perutnya udah makin gede aja.” “Ibu ini lucu sekali, lupa ya calon mantunya kita ini dokter jadi dia sudah pasti lebih paham.” “Tena
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status