Pagi-pagi sekali Hendra sudah bersiap membeli semua bahan yang diperlukan Aisyah untuk berjualan, ia sudah tampak kemas dengan catatan kecil di tangannya yang berisikan list bahan yang harus dibeli. “Banyak sekali, Mas. Untuk stok istri di rumah ya?” cetus seorang pedagang sayur. Hendra tersenyum tipis, “Untuk calon, buk.” “Walah, semoga segera dihalalkan, ya.” “Amin. Ini total semuanya berapa?” “53 ribu semuanya.” Hendra merogoh kantongnya, “Ini, buk.” “Iya, ini kembaliannya. Makasi, ya.” “Sama-sama, mari buk.” Tangan dokter itu sudah tampak penuh dengan tentengan belanjaan, ia segera melangkah menuju mobil. “Hah, akhirnya. Bumbu-bumbu, sayuran, daging, ikan, penyedap semuanya emm … oke sudah lengkap semuanya.” Hendra lekas mengendarai mobilnya menuju ke rumah Aisyah “Assalamualaikum, Aisyah.” “Waalaikumsalam, eh … kamu!” Tak disangka yang membukakan pintu adalah pak Ahmad “Eh bapak.” Segera meraih tangan pak Ahmad untuk bersalaman “Ngapain kamu ke sini?” tanyanya ketus.
Read more