Home / Pernikahan / TERTAWAN GODAAN CINTA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TERTAWAN GODAAN CINTA: Chapter 31 - Chapter 40

94 Chapters

Bab 31. Tamu Pagi-pagi

“Itu cuma mimpi, Ayah. Mimpi buruk yang gak akan pernah menjadi nyata!” komentar Ravin, berusaha bersikap wajar.“Ya, semoga saja begitu. Itulah, saat tadi ayah melihat kamu dan Belva begitu mesra, rasanya sangat tenang. Artinya kalian memang baik-baik saja.” Givari tersenyum hangat.Sementara Ravin hanya tersenyum getir. Pasalnya pelukan yang tadi ia dan Belva lakukan bukanlah pelukan penuh cinta layaknya suami istri yang tengah bermesraan, melainkan hanya dekapan sebagai rasa saling menguatkan dan permohonan maaf saja. Tidak lebih.Namun, biarlah. Biarkan seperti apa adanya saja orang tua menilai keadaan mereka.Di kamar utama, Alana sempat lupa kalau hari ini masih ada orang tua Ravin dan Belva. Saat hendak membuka pintu ia terkejut ketika melihat Givari dan Ravin sedang berbincang di ruang tengah. Dan, Alana pun sempat mendengar perbincangan mereka.“Andaikan aku diterima dalam keluargamu, Rav. Aku pasti sangat bah
Read more

Bab 32. Sekretaris Belva

Dari perawakannya sudah jelas sekali itu adalah seorang wanita. Pakaian semi formal, rambut pendek sebahu dengan postur tubuh yang ramping.“Selamat pagi. Maaf menunggu lama!” sapa Belva membuat sekretarisnya menoleh.Mata mereka saling beradu. Beberapa detik Belva menatap lekat dan mengingat-ingat. Sampai akhirnya ia baru tersadar bahwa wanita dihadapannya itu adalah orang yang sangat ia kenal.“Cindy?” ucap Belva dengan mata yang melebar.“Hai, Belva!”Wanita bernama Cindy itu tersenyum sumringah dan langsung berdiri siap menyambut pelukan penuh kerinduan.“Ini beneran kamu? Ya ampun, apa kabar?” Belva langsung berhambur dalam pelukan itu. Mereka terlihat sangat akrab dan senang sekali.Sementara Ravin hanya termangu memperhatikan keduanya.“Aku baik. Kamu apa kabar, Bel? gak nyangka akhirnya aku ketemu juga sama desainer internasional!” ujar Cindy.“Alh
Read more

Bab 33. Aku Istri Mudanya

“Aku tadi sempat dengar kamu seperti berharap seseorang merindukan kamu juga. Namanya ... Titan? Kalau boleh tau, siapa dia?” tanya Ravin serius.Alana menelan ludah. Ia mendadak gugup.“Oh, itu ... dia ... sepupuku!” Alana berbohong.Ravin menaikkan kedua alis. Sorot matanya penuh selidik.“Sepupu darimana? bukankah orang tuamu sama-sama anak tunggal?” tanya Ravin.Alana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ravin mengetahui segalanya tentang Alana termasuk keluarga dan orang tuanya, tetapi satu hal yang tidak pernah Alana katakan pada suaminya, yaitu tentang masa lalu.“Kita kan sudah menikah, tidak perlu takut untuk berterus terang tentang banyak hal. Kita bisa saling terbuka, apa pun itu aku siap menjadi pendengar yang baik buat kamu!” sambung Ravin.Alana masih terdiam dengan kepala menunduk.“Apa kamu sedang merindukan seseorang?” tanya Ravin. Pria itu masih bers
Read more

Bab 34. Cerita Dari Cindy Benar

Belva hanya tertawa getir. Cindy tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi ini.“Nggak terjadi apa-apa, kok. Semalaman aku gak tidur sama mereka!” ucap Belva.Kini sepanjang perjalanan, Belva menceritakan semuanya pada Cindy. Mulai saat pernikahannya kandas dengan Arav, kemudian dipaksa menikah dengan Ravin yang ternyata telah beristri, hingga segala drama yang terjadi selama kurang lebih satu bulan ini Belva tinggal bersama Ravin.Cindy hanya terdiam penuh rasa iba pada temannya itu. Ia sangat prihatin dengan keadaan Belva yang amat memprihatinkan. Belva pun menceritakan selama itu hanya ada Tigor yang bersamanya.“Aku juga kalau jadi kamu pasti melakukan hal yang sama kok, Bel. Ogah banget disentuh sama lelaki kayak si Ravin. Bisa-bisanya gitu tega bohongin keluarga demi nikahin model murahan kayak si Alana itu!” gerutu Cindy. Ia memang tipikal wanita yang ceplas-ceplos.Sebenarnya Belva tidak mengatakan hal yang
Read more

Bab 35. Dua Minggu Kemudian

“Mungkin itu klien kami di Australia. Tigor banyak laporan kalau di sana banyak peminat gaun rancanganku itu dari kalangan wanita yang masih muda-muda. Mungkin wanita itu salah satunya!” ujar Belva.“Mungkin kali ya. Kirain pacar barunya. Eh, pas kemarin ketemu katanya dia masih single selama 6 tahun! beuhhh gak lumutan apa tuh bahunya.” Cindy terkekeh.“Eh iya, sekarang kan udah gak lumutan lagi bahunya. Udah ada yang bersandar, haha!” goda Cindy.Belva hanya tertawa saja. Mobil mereka pun sudah tiba di lokasi meeting. Sembari menunggu klien, Belva dan Cindy kembali berbincang-bincang. Kali ini perbincangan mereka serius mengenai pekerjaan.Kemudian ponselnya berdering. Kali ini yang sedang dibicarakan membuat panggilan untuknya.Cepat-cepat Belva menjawab panggilan itu.“Ya, Tigor.”“Hai, Bel. Gimana? Lebih enak ditemani Cindy atau aku?” ucap Tigor. Langsung pada intinya.
Read more

Bab 36. Menaikkan Kesepakatan

“Kamu kenapa, Mas?” Alana membawakan secangkir teh hangat untuk Ravin yang sedang termenung di kursi teras.“Nggak apa-apa, sayang.” Ravin tersenyum manis. Setiap kali pikirannya gusar, kemudian melihat senyuman indah dari Alana, seketika beban hati dan pikirannya runtuh.Walaupun sedang hamil, kecantikan Alana tak pernah berkurang. Dia tetap terlihat sangat cantik dan seksi di mata Ravin. Wajar saja, dulunya seorang model yang hebat. Tentu akan tau bagaimana caranya tetap bisa mengurus diri. Apalagi fasilitas yang diberikan oleh Ravin padanya pun cukup paripurna.“Oh ya, Belva mana?” tanya Alana.“Sudah berangkat barusan!” jawab Ravin.“Dia makin sibuk ya, Mas.” Alana menghela napas sembari mengusap-usap perutnya.“Ya, karena grand opening cabang butik sama event bridal show-nya tinggal hitungan hari. Apalagi acaranya diwaktu yang bersamaan. Pasti butuh tena
Read more

Bab 37. Kehamilan yang Janggal

“Apa maksud kamu? Itu tidak mungkin!” timpal Ravin.“Berarti menyentuhku juga sebuah ketidakmungkinan untukmu, Ravin!” balas Belva dengan seringaian di wajahnya.Ravin mendengus perlahan. Belva memang wanita yang cerdas. Tentu saja dia tidak mau rugi soal apa pun.“Kalau aku melakukan itu, hubunganku dengan Alana akan berakhir! Kamu tega sekali, Belva!” seru Ravin dengan nada pelan.“Tepat sekali. Apa perlu aku perjelas sekali lagi?” Belva menatap lurus dan tajam ke arah Ravin.“Kamu bisa menyentuhku asal kamu menjadi milikku satu-satunya! Karena aku tidak sudi berbagi raga dengan siapa pun!” Belva tetap teguh pada pendiriannya.Ravin bungkam. Belva ternyata tak pernah berubah. Kemudian Ravin jadi teringat tentang kisah Belva dan managernya saat ini“Tapi, andaikan aku bercerai dengan Alana dan memilihmu, apakah ada jaminan hubunganmu dengan Tigor akan berakhir juga?&rd
Read more

Bab 38. Mengusik

“Awalnya aku tidak yakin, tapi aku percaya sepenuhnya pada Alana. Dalam rahimnya adalah benih cinta kami.” Ravin tampak percaya diri.Sementara Belva hanya mencebikkan bibir. Dalam hatinya Belva pun berbicara, Dasar lebay.“Baiklah, kalau begitu. Semoga persalinannya lancar, ya.” Hanya itu komentar Belva.“Terimakasih,” sahut Ravin. “Tapi aku punya sebuah usul, Belva.”“Apa itu?” tanya Belva.“Aku berniat, bayi kami ingin aku berikan pada keluargaku dan mengatakan bahwa itu adalah anakmu dan aku!” ujar Ravin, membuat Belva membelalakan mata dengan mulut terbuka.“Sinting kamu!” umpat Belva.“Itu satu-satunya cara agar Oma dan Ayahku berhenti meminta cucu sama kita!” kata Ravin.“Tapi bukan begitu caranya, Ravin. Duh, bisa gak sih kamu itu berpikir cerdas sedikit aja, Rav!” timpal Belva, ia terlihat geram.
Read more

Bab 39. Ponsel Rahasia

“Kamu ngomong sama aku, Rav?” Belva menoleh ke arah teras rumah. Belva menoleh ke kanan dan kiri. Berpikir mungkin saja Ravin sebenarnya berbicara pada Alana.Ravin mengangguk dan tersenyum.“Kamu kan ada penyakit lambung, kalau melewatkan sarapan terus bisa bahaya buat kesehatanmu. Ayo, kita sarapan dulu!” ajak Ravin sembari merangkul istri mudanya itu.Belva mengernyit. Masih bingung dengan sikap Ravin. Kemudian ia menilik ke arah jam tangan. Masih ada waktu jika ia menyempatkan untuk sarapan. Terlebih perutnya pun sudah mulai terasa perih.“Oke, deh.” Belva kembali ke dalam rumah bersama dengan Ravin.Kalau biasanya Belva tak pernah mau sarapan di rumah, karena Tigor pasti sudah menyiapkan sarapan untuknya di butik, tetapi pagi ini perut Belva sudah tidak bisa di ajak toleransi. Pekerjaannya tadi malam sungguh menguras pikiran dan tenaga, jadilah sepagi ini pun perutnya sudah keroncongan tak tertahankan.
Read more

Bab 40. Kecupan

Belva melipat bibir, tidak menyangka dengan perbuatan Alana.“Kok dia tega banget sih. Padahal kamu kan sudah mengerahkan seluruh waktu dan diri kamu buat dia! Apa masih kurang?” komentar Belva.“Entahlah. Mungkin di lain sisi karena masalah kejiwaannya yang terganggu!” pikir Ravin. Kemudian ia menjelaskan tentang keadaan Alana yang pernah mengaku merindukan masa lalunya itu.“Terus kata psikiaternya apa? Maksud aku, kenapa dia merasa masih kekurangan kasih sayang dari kamu. Sementara kamu sudah memberikan semuanya, dan dia malah ingat terus sama masa lalunya itu?” tanya Belva.“Kata penjelasan dokter sih, kemungkinan ada trauma di masa kecil yang membuat dia saat bertemu dengan pria yang membuatnya jatuh cinta pertama kali, menjadi terserap hingga ke alam bawah sadar. Aku gak inget penjabaran secara ilmiahnya dibagian otak manusia, tapi yang jelas hal itu akan berdampak pada kehidupan sehari-hari pasien seperti A
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status