Home / Pernikahan / TERTAWAN GODAAN CINTA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of TERTAWAN GODAAN CINTA: Chapter 41 - Chapter 50

94 Chapters

Bab 41. Perasaan Bersalah

“Oh, sorry. Aku cuma mau balikin map kamu yang tertinggal di kursi mobil. Takut dokumen penting!” Ravin menyerahkan sebuah map merah milik Belva.Belva pun jadi salah tingkah. Kenapa juga ia harus terpergok langsung oleh suaminya sendiri.“Terimakasih, Rav.” Belva berjalan ke arah Ravin dan mengambil map-nya.“Aku permisi!” Ravin langsung berbalik badan.Namun, Belva dengan cepat meraih lengan pria itu.“Rav, tunggu! Maaf, aku sama Tigor ....” Belva menjeda ucapannya.“Apakah ini rutinitas pagimu setiap hari?” Ravin segera menyela ucapan Belva.Tigor pun hanya bisa terpaku dan merasa tak enak hati. Diam-diam ia telah menjadi pencuri.“Tidak, kamu salah paham. Aku gak seperti itu! Bisa kita bicara di dalam aja?” Belva mengajak Ravin ke dalam ruangan pribadinya. Karena tidak enak jika sudah ada karyawan yang datang dan melihat perseteruan mereka.
Read more

Bab 42. Hak Suami

Belva nyaris terperanjat kaget saat Ravin menahan pintu dengan satu tangannya. Tatapan matanya pun sangat nanar, membuat Belva menelan ludah.“Kamu mau apa?” Belva terlihat gugup.Ravin hanya menatap dalam. Sementara Belva masih terus berusaha menutup pintu itu, tetapi tenaganya kalah kuat dengan Ravin.Ravin memasuki kamar mandi, memblokade pintu itu agar Belva dalam kuasanya. Wanita itu mundur perlahan dan Ravin terus mengikuti langkahnya sampai punggung sang istri buntu di tembok. Belva semakin tercekat, rasanya takut sekali melihat suaminya seperti ini.Apalagi dengan dirinya yang hanya mengenakan handuk saja.“Rav, kamu mau apa, sih?” Belva semakin resah dengan suara yang tercekat.Ravin menyunggingkan senyuman. Satu tangannya mulai berani meraih pinggang sang istri. Wajahnya ia dekatkan ke pipi Belva, menciptakan desiran hangat menjalar ke seluruh tubuh.“Aku menginginkanmu!” bisik Ravin denga
Read more

43. Percakapan Alana dan Titan

“Maafkan aku, Ravin.” Kata Belva, ia pun beranjak dari kasur dan duduk di sebelah suaminya.Kini tubuhnya ia lilit menggunakan bed cover dengan handuk yang masih juga terpasang ditubuhnya.“Jangan pernah ulangi kesalahanmu lagi. Karena jika kamu mengulanginya, saat itu aku tidak akan memberimu ampun untuk mencegah keinginanku!” tandas Ravin yang memberi peringatan.Belva menyeka pipi dan merasa lebih lega saat ini. Ravin pun memilih beranjak dari kamar dan meninggalkan istri mudanya.Belva memejamkan mata dan menghela napas. Hari ini kesalahannya nyaris berakibat fatal. Setelah itu ia segera bergegas memakai pakaian tidur. Sesaat ia kembali teringat saat aktivitas panasnya dengan Ravin, entah mengapa mendadak ia terbayang masa-masa remaja kala itu.Ravin adalah cinta pertama sekaligus ciuman pertamanya kala remaja. Hanya satu kali mereka pernah melakukan itu. Hanya sebatas itu dan tidak lebih. Wajar saja, namanya anak ABG yang sedang dimabuk cinta kala itu.Dan kini mereka melakukanny
Read more

Bab 44. Cerita yang Janggal

“Kenapa mereka membahas soal cinta dan mencintai? Apa pentingnya untuk mereka?” Ravin terus menerka-nerka.Akan tetapi, bukti yang dipegang hanyalah dari percakapan ini. Ia kemudian menyalin seluruh percakapan itu ke ponselnya melalui sebuah sistem rahasia. Sekaligus mencatat nomor kontak Titan ke ponselnya.Keesokan paginya, Ravin sudah bersiap-siap berangkat ke luar kota karena urusan proyek. Alana dengan gesit membantu mempersiapkan kebutuhan suaminya. Belva pun sedang membantu Bi Yola memasak sarapan untuk Ravin.Di dalam kamar utama. Ravin masih sibuk bersiap-siap.“Sayang. Kalau bisa kamu cepat selesaikan pekerjaan kamu di sana, ya!” Alana mendekap suaminya dari belakang. Ravin yang sedang mengancingi kemeja hanya bisa menghela napas.“Waktunya kan sudah di atur. Aku 3 hari di sana! Jaga dirimu baik-baik ya.” Ravin berbalik badan dan mengecup puncak kepala sang istri.Amarahnya sudah mulai memudar. Mengingat rasa penasarannya akan hubungan Alana dengan pria di masa lalunya itu t
Read more

Bab 45. Kesal

“Tadi ciri-ciri orangnya kayak gimana, Pak?” tanya Belva untuk memastikan.“Tinggi, kulitnya bersih, ganteng orangnya. Terus mukanya sih mirip-mirip orang Turki gitu lah, waktu pertama kali dia datang ke sini itu ... dia pake baju kemeja putih yang ketiga kancing atasnya kebuka gitu lah, gaya-gaya model majalah gitu! Hahaha. Pake celana bahan pendek selutut warna cokelat muda.” Papar Pak Santoso sembari terkekeh.Belva semakin tercekat. Tidak salah lagi, out fit lelaki yang dipaparkan oleh Pak Santoso, sama persis dengan yang digunakan Tigor saat mereka berjalan-jalan di pantai, kemudian setelahnya Tigor mengantar pulang Belva kala itu.“Tapi kan, waktu itu Tigor emang bilang sengaja belum pulang? karena khawatir sama keadaan aku. Tapi apa hubungannya dia sama Alana kalau gitu?” Belva bergumam lagi. Mencocokkan informasi dengan kejanggalan hari itu.Kemudian Belva kembali ke kamarnya. Merenungi kembali setiap teka-teki yang tadi belum terpecahkan. Kepalanya mendadak berdenyut nyeri, m
Read more

46. Alana Bertemu Maria

“Eh, kamu mau ke mana? Masih banyak tamu tuh!” Cindy mengejar Belva.“Kamu aja yang handle tamu dan acara ini ya. Aku mendadak gak enak badan!” kata Belva yang ucapannya tidak bisa dibantah.“Kok tiba-tiba gak enak badan?” Cindy terheran. Sementara Belva hanya terdiam masam.“Oke, oke. Kamu istirahat aja kalau gitu!” Cindy kemudian membiarkan Belva melanjutkan langkahnya.“Cindy, Belva kenapa?” Tigor berlari kecil ke arah Cindy. Pria itu pun ternyata tadi sempat melihat Belva meninggalkan acara.“Katanya gak enak badan.” Cindy menjawab santai.“Dia sakit? Kok gak bilang aku?” Tigor terheran.“Hatinya yang sakit!” ketus Cindy. Membuat Tigor menoleh cepat dan menatap penuh tanda tanya.“Lagian emang kamu siapanya Belva, sampe dia harus laporan sama kamu kalau lagi sakit?” Cindy bertanya penuh menantang.Tigo
Read more

47. Sebuah Ide

Sesampainya di ruangan memang tidak ada siapa-siapa di sana. Tigor pun teringat satu hal, ibunya sedari tadi pun tak nampak di mana-mana. Padahal malam semakin larut. Harusnya Maria berpamitan untuk kembali ke hotel, karena wanita paruh baya itu tidak bisa berlama-lama dalam sebuah acara apalagi sampai larut malam.Di lain tempat, Alana sedang ditangani di ruang UGD. Belva dan Maria terlihat sangat panik. Meskipun tadi sempat saling mencela, tetapi Maria tidak setega itu melihat Alana mendadak kesakitan.Tidak lama kemudian, dokter pun keluar dari ruangan dan memberitahukan bagaimana kondisi Alana.“Dia mengalami pecah ketuban. Tetapi dari hasil pemeriksaan oleh dokter kandungan, robekan pada selaput ketuban tidak terlalu parah, keadaan bayinya juga masih baik-baik saja. Hanya Bu Alana mengalami syok akibat kontraksi sementara.” Jelas Dokter.Belva dan Maria menghela napas lega.“Boleh aku menemuinya, Dok?” tanya Belva.
Read more

48. Ternyata

Mendadak Belva sangat berantusias dan tidak sabar ingin pulang. Lalu menjalankan misi pertamanya. Pesan-pesan dan panggilan tak terjawab dari Cindy dan Tigor sudah tak terhitung lagi, saat ini urusan pekerjaan seperti dikesampingkan dulu oleh Belva. Ia percaya saja bahwa kinerja manager dan sekretarisnya itu tak perlu diragukan lagi.Akhirnya ia tidak menggubris sama sekali panggilan dan pesan dari Cindy dan Tigor. Kedua rekannya itu pasti semakin dibuat panik olehnya.“Maaf Bu Maria tadi asisten di rumah telepon. Oh ya, jadi Alana itu salah satu model gaun pengantin rancangan Bu Maria juga?” ujar Belva melanjutkan basa-basi. Meski ia belum mendengar pernyataan terakhir dari Maria.“Iya. Katanya dia juga finalis model dari kamu ya, Bel?” tanya Maria.“Iya betul, Bu. Oh ya, cuma itu sih yang mau aku tanyakan. Dan aku juga mau bilang terimakasih banget karena udah bantuin aku bawa Alana ke rumah sakit.” Belva tersenyum hangat.“Iya sama-sama. Ibu juga khawatir banget, oh iya, kamu udah
Read more

49. Serius!

Pria di bawah sana hanya bisa membeku tak bisa berkata-kata. Sementara Belva langsung menutup kembali gorden kamar. Tubuhnya sangat lemas saat ini, jika itu memang Tigor, mengapa selama ini dia tidak pernah mengatakan apa-apa?Lagi dan lagi, Belva tidak bisa menemukan malam yang tenang. Ia pasti terjaga malam ini. Saat ini pun ia tidak tau harus pada siapa bersandar. Mengeluhkan segala keresahan yang menghimpit hidupnya belakangan ini.“Kenapa kalian semua begitu jahat padaku!” Belva berteriak di dalam kamarnya. Bahkan melempar sebuah vas bunga hingga menciptakan kegaduhan.Ia sangat kecewa, karena kembali merasa dibohongi. Merasa begitu bodoh karena secepat itu ia memberikan hati pada Tigor, tanpa tahu seperti apa kisahnya di masa lalu. Meskipun sudah mengenal lama, tetapi tidak menjamin seseorang itu layak untuk terus di sisinya.Suara pintu di ketuk. Membuat Belva menyeka pipi dan menarik napas dalam-dalam.“Permisi, Nyonya. Apa kita jadi berangkat ke rumah sakit?” tanya Bi Yola. S
Read more

50. Bukti Dari CCTV

Mata Ravin membulat. Saat melihat nomor itu ternyata sama. Belva ternyata tidak berbohong apalagi bergurau.“Aku benar kan?” Belva menatap serius. Hatinya semakin terasa nyeri.“Bagaimana mungkin? Jujur saja ... aku masih tidak percaya ini!” gumam Ravin yang kini merasa sangat gusar.“Kalau kamu masih tidak yakin, ada satu bukti lagi yang pastinya akan memperkuat semua dugaan!” ucap Belva yang teringat sesuatu.Ravin pun menoleh dan mengernyit menatap Belva. “Apa yang kamu pikirkan?”“Cctv!” ucap Belva. “Cctv di sebelah rumah yang kamu pindahkan ke kamar utama! Di sana pasti ada jejak yang tertinggal, bukan?”Ravin melebarkan mata. Bagaimana ia bisa lupa, itu ide yang bagus. Saat itu juga Ravin langsung membuka sebuah sistem yang terhubung langsung pada cctv tersebut di layar laptop. Kemudian dengan tangan yang bergerak lincah tak sabar ingin memutar rekaman pada setiap
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status