Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Istri Tuan Muda Lumpuh: Chapter 201 - Chapter 210

224 Chapters

201. Dia Bukan Milikmu Tapi Milikku

“Allie, kamu mau kemana?” seru Petric dari ambang pintu kamar dimana Allie dirawat.Pria itu langsung berlari cepat melihat Allie tertatih turun dari ranjang berusaha untuk berdiri dengan tiang infus sebagai penopangnya. Dengan sigap dia membantu Allie dan memastikan jika wanita itu baik-baik saja.“Aku ingin keluar sebentar,” balas Allie tanpa menjelaskan lebih rinci tentang tujuannya.“Tubuhmu belum sepenuhnya membaik, dokter menyarankanmu jangan banyak bergerak,” Petric mengingatkan.“Pergilah jika kamu datang ke sini hanya untuk melarangku ini dan itu,” tolak Allie.Tidak menanggapi perkataan wanita itu, Petric menggandeng tangan Allie dan tak melarang lagi kemana wanita itu akan pergi. “Aku akan mengantarmu dan memastikan keadaanmu baik-baik saja. Jadi, kemana kamu akan pergi?”Mendengar hal tersebut langkah Allie terhenti, dia menatap Petric dan terdiam sejenak, membuat pria itu salah tingkah dengan sikap anehnya.“Aku ingin pergi ke ruang rawat anak,” jawab Allie kemudian.“Unt
Read more

202. Menuruti Keinginannya

Allie duduk di ruang tunggu gedung Jackson dengan perasaan cemas, kakinya terus bergerak di bawah meja dengan tangan saling terkait, sesekali dia meremas jari-jari tangan untuk mengurangi kegugupan yang melanda.Rasa syok melingkupi ketika Petric memberitahu tentang kepindahannya ke kantor pusat. Jika saja dirinya tidak butuh uang untuk pengobatan Barnes serta tidak terikat kontrak dengan Arlo, saat itu juga dia pasti sudah mengajukan pengunduran diri. Namun kenyataannya, Arlo berhasil mengikatnya demi memuaskan hasrat dan balas dendam.Allie menegakkan tubuh ketika pintu ruangan terbuka, seorang wanita dengan rambut disanggul rapi dan sepatu hak tinggi muncul dari balik pintu lalu berjalan mendekatinya.“Nona Allie, Tuan Jackson memanggil Anda. Mari ikut dengan saya, saya akan mengantar Anda ke ruangannya,” ujar wanita itu dengan sopan.Allie mengangguk lalu beranjak dari tempat duduk, perasaannya campur aduk, dia pun pasrah berjalan di belakang wanita itu seakan sedang diantar ke pe
Read more

203. Tidak Berani untuk Percaya

Setelah melakukan semua perintah Arlo, Allie menjauhkan diri dari kerumunan. Dia mencari keberadaan pria itu yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Beberapa kali dia melihat jam di tangan karena tidak ingin terlalu malam kembali ke New City, mengingat Barnes di rumah sakit.“Nona Allie?” suara seorang wanita mengagetkan.“Ya,” jawab Allie heran karena ada yang mengenalnya di tempat asing tersebut selain Arlo.“Tuan Jackson meminta Anda untuk ke kamar terlebih dahulu karena dia masih ada urusan. Ini adalah kunci kamar Anda, di dalamnya sudah ada nomor kamar dan lantainya,” kata wanita itu sambil menyerahkan amplop berisi kartu kamar hotel yang jadi satu dengan gedung konferensi.“Kamar? Apa maksudmu? Aku harus segera kembali ke New City sebelum malam,” protes Allie yang bingung dengan rencana Arlo, dia tidak mungkin menginap di Skyland.“Anda diminta menemani Tuan Jackson sampai acara konferensi selesai.”“Bukankah acaranya sudah selesai? Aku sudah menemui para tamu seperti yang dia p
Read more

204. Larut dalam Rasa

Sesampainya di kamar hotel, pikiran Allie masih tersita dengan pembicaraannya dengan Abraham. Selama ini Arlo ingin balas dendam padanya, lalu kenapa pria itu sekarang mendukung idenya? Bahkan dari awal Arlo sudah menolaknya.“Tidak mungkin Arlo mendukung ideku,” gumam Allie sambil berjalan ke kamar mandi. Dia butuh air dingin untuk mendinginkan otaknya.“Kemana Arlo pergi seharian? Kenapa dia tidak menemuiku saat konferensi?” pikiran Allie kini tertuju pada pria itu.Hal itu membuat kesadarannya terhenyak, sambil menatap cermin di depannya, Allie kembali bergumam, “Apakah aku sedang mengharapkannya?”Dengan cepat dia menggelengkan kepala, lalu melepas seluruh pakaian, masuk ke bawah shower, menyalakan air dingin dan membiarkan air itu membasahi tubuhnya.Untuk sesaat dia hanya berdiri terdiam, menundukkan kepala, merasakan setiap butiran air dingin memijat kepala. Dahinya mendekat ke dinding kamar mandi dan menempelkannya disana, memejamkan mata berusaha menetralkan pikiran tentang A
Read more

205. Lingkaran Tak Terlihat

Tak cukup menyentuhnya, Arlo membuka kedua kaki Allie lalu menurunkan kepala untuk mengecapnya di sana. Allie sempat menggeleng meminta Arlo tidak melakukannya, tetapi bukan Arlo namanya jika pria itu tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.Tubuh Allie seketika melengkung menyambut cecapan panas yang menyengat nikmat, tak mampu berkata-kata lagi, hanya desahan dan teriakan nikmat yang keluar dari mulutnya. Tidak ada seorang pria pun yang Allie izinkan untuk menyentuhnya, hanya Arlo satu-satunya pria yang bisa menyentuhnya karena dia tidak bisa menolak godaan yang Arlo tawarkan.Entah berapa kali pria itu membuatnya meledak dalam waktu yang berdekatan, hingga akhirnya Arlo kembali tenggelam di dalamnya, menari dengan penuh kelembutan sekaligus menghanyutkan, hingga akhirnya meledak tak kalah dahsyat dengan ledakannya.Saking lelahnya, Allie tertidur setelah pria itu meledak, memenuhi dan memanaskan rahimnya, tanpa tahu lagi apa yang Arlo lakukan padanya setelah dirinya tertidur.Keeso
Read more

206. Ahli Waris Tersembunyi

Allie memeluk putranya dengan air mata menetes penuh haru. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa menggendong dan memeluknya, kulit Barnes yang sebelumnya selalu kelihatan pucat, kini tampak kemerahan, matanya bersinar dengan warna mata seperti papanya.“Bahkan wajahmu lebih mirip papamu dibanding mama,” gumam Allie kesal namun dengan ekspresi bahagia menghiasi wajahnya.Dokter mengatakan jika operasi Barnes berhasil, dia akan tumbuh normal seperti bayi pada umumnya. Meski mungkin harus ada pengawasan yang lebih ketat terkait kesehatan Barnes, tetapi Allie tidak masalah dengan hal tersebut.Meski keadaan Barnes sudah membaik, namun Allie tidak bisa segera membawanya pulang karena dokter harus melakukan pengamatan dan tindakan lebih lanjut untuk memastikan kondisi Barnes sudah benar-benar baik.Allie terus menatap wajah putranya penuh kekaguman, dia tidak merasa lelah meski sudah menggendongnya selama beberapa jam.“Kamu anak yang hebat dan kuat,” pujinya sambil mengusap kulit lembut B
Read more

207. Saling Membuat Cemburu

“Malam ini aku merasa sangat bahagia,” ujar Petric sambil menikmati makan malamnya di sebuah restoran mahal di pusat kota bersama Allie.“Jangan berpikiran macam-macam! Aku mentraktirmu sebagai ucapan terima kasih karena kamu telah membantuku,” tanggap Allie.“Apapun alasannya, yang penting aku bisa makan malam denganmu karena aku sudah memimpikannya selama ini.”Kening Allie berkerut tajam mendengar apa yang Petric katakan. “Aku tidak mengerti maksudmu, jangan membuatku berpikir jika kamu tertarik padaku.”“Semenjak kamu menolongku, aku sadar jika kamu wanita yang sangat spesial dan aku merasakan hal yang berbeda padamu. Aku tidak akan melepaskan wanita sepertimu.”“Kamu hanya merasa berhutang budi padaku dan kini hutangmu telah lunas dengan membantuku. Aku rasa kita impas.”“Berapapun uang yang aku berikan padamu tidak akan bisa menggantikan pengorbanan yang kamu lakukan hingga kamu hampir mati karenaku.”Allie tertawa sumbang merespon sikap Petric yang dianggap berlebihan, tawanya
Read more

208. Pikiran yang Menyesatkan

“Bukankah dia karyawan baru yang menggoda Tuan Jackson?” bisik beberapa karyawan saat melihat Allie lewat di depan mereka.“Dia yang membuat Besse dipindah ke bagian admin, aku yakin wanita itu mengatakan hal yang buruk tentang Besse agar dia bisa menggantikan tempatnya.”“Bahkan wajahnya tidak lebih cantik dari Besse, apa yang Tuan Jackson lihat dari wanita sepertinya.”“Wanita licik memang selalu memenangkan semuanya, tetapi aku yakin kejayaannya tidak akan bertahan lama, Tuan Jackson akan segera menendangnya jika sudah bosan.”Bisikan-bisikan negatif tentang dirinya, membuat Allie semakin tidak nyaman. Dia tidak tahu penyebabnya sehingga seluruh karyawan di perusahaan Jackson menyerang dan mengatakan semua hal buruk tentangnya.Dia pun segera menyingkir untuk menghindari berita miring tersebut.“Jika kamu masih punya rasa malu, sebaiknya kamu segera mengundurkan diri,” ucap Besse yang tiba-tiba sudah ada di belakang Allie.“Apakah kamu yang menyebarkan berita miring tentangku?” All
Read more

209. Ya, Aku Memang Bodoh

Arlo terkejut melihat Allie berada di apartemennya, dia tidak menyangka wanita itu akan datang setelah ketegangan yang terjadi diantara mereka. Dengan langkah panjang dia mendatangi Allie dan memeluknya erat.“Kamu ada disini, aku membutuhkanmu,” ucap Arlo sambil menyandarkan kepala di bahu wanita itu.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Allie yang masih ragu membalas pelukan Arlo.“Sudah jauh lebih baik,” jawab Arlo.“Apa kamu sudah makan?”Arlo menggeleng menjawabnya.“Pakai bajumu, aku akan membuatkanmu makanan,” ucap Allie.Sadar jika dirinya sangat lapar, Arlo mengangguk pasrah lalu melepaskan pelukannya. Allie segera menjauh dari pria itu dan melesat ke dapur untuk membuat makanan sekaligus menghindari Arlo dengan penampilannya yang menggoda, dia harus pergi sebelum kendali dirinya runtuh.Tak lama kemudian, aroma harum masakan memenuhi ruang apartemen. Allie menggunakan keahliannya untuk menghasilkan hidangan lezat dan berkelas dan dia tidak pernah gagal dalam melakukannya.Di sela ke
Read more

210. Tak Cukup Hanya Sekali

Arlo menelusupkan jarinya di sela jari-jari Allie dan menggenggamnya erat, dia bergerak dengan ritme lembut namun semakin lama semakin cepat, meningkatkan permainan.Kaki Allie yang awalnya membuka lebar di bawah kungkungan Arlo, kini melingkar ke pinggang kokoh yang bergerak di atasnya, menginginkan lebih dari penyatuan mereka.Erangan parau bersahut dengan desahan lembut menggema di dinding kamar, udara di sekitar mereka memanas dengan cepat, permukaan kulit keduanya lembab dan licin menimbulkan suara menggoda menambah semangat percintaan.Kulit punggung Arlo memantulkan cahaya lampu membuatnya mengkilap, kaki kekarnya menumpu tubuhnya dan bergerak menonjolkan ototnya yang mempesona.Allie hanya bisa pasrah menikmati setiap gairah yang Arlo bangkitkan dalam dirinya, tubuhnya terpampang polos memperlihatkan dua bukit kembar yang bergerak seirama dengan hentakan tubuh Arlo.Bibir mereka saling mengecap dan larut dalam tarian yang menggoda, nafas keduanya menderu kasar, dengan jantung
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status