Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Istri Tuan Muda Lumpuh: Chapter 211 - Chapter 220

224 Chapters

211. Tidak Ada Anak

Keesokan harinya sebelum berangkat ke kantor, Arlo menyempatkan diri untuk menemui dokter yang memeriksanya. “Kenapa kamu mengkonsumsi obat ini tanpa resep dokter?” tanya dokter sangat menyayangkan tindakan Arlo.“Aku kesulitan tidur dan butuh penenang,” jawab Arlo enteng.“Obat ini membuat kesehatanmu bermasalah.”“Aku merasa cukup sehat sampai detik ini, aku yakin tidak akan mati dalam waktu dekat kecuali Tuhan berkata lain.”“Ya, tubuhmu memang cukup sehat, tetapi tidak dengan kesuburanmu,” ucap dokter yang berhasil membuat Arlo memperhatikan ucapannya.“Apa maksudmu? Jelaskanlah dengan kata-kata yang mudah dimengerti!” tubuh Arlo menegang berharap dia salah dengar.“Kamu akan sulit mendapatkan keturunan, butuh pengobatan untuk jangka panjang dan mungkin kamu harus mencari istri yang lebih muda minimal 10 tahun agar dia bisa memberimu keturunan sambil menunggu pengobatanmu selesai,” terang dokter itu menggambarkan berapa lama pengobatan yang harus Arlo jalani.Tawa sumbang keluar
Read more

212. Berharap Ada Kesempatan Kedua

Allie seketika menjauh dari pelukan Arlo, lalu menegakkan tubuhnya. “Apa maksudmu?”“Anak hanya akan membuat hubungan kita berjarak, aku hanya menginginkanmu.”Wajah Allie seketika mengeras. “Aku tidak menyangka jika kamu ternyata sangat egois,” ucapnya dengan tatapan nanar, teringat Barnes yang butuh sosok papa dalam hidupnya.“Kamu tidak akan kesepian, aku akan selalu ada untukmu,” Arlo berusaha menyakinkan.“Bukan masalah kesepian atau tidak, tetapi dalam pernikahan paling tidak kita memiliki buah dari cinta kita. Bagaimana jika aku hamil? Apakah kamu akan menyuruhku menggugurkannya?” pancing Allie.“Kamu tidak akan hamil, aku bisa pastikan itu,” balas Arlo yang membuat Allie berseringai sinis.“Kamu bukan Tuhan yang bisa memastikan apa yang bakal terjadi, bahkan kita tidak pernah menggunakan pengaman saat bercinta.”“Itu karena ...” Arlo terdiam tak sanggup mengatakan jika dirinya tak sempurna sebagai seorang pria.“Karena apa?” Allie mengulang perkataan Arlo yang menggantung.“Ka
Read more

213. Sialnya Menjadi Bagian dari Jackson

Arlo memegangi kepala menahan rasa pening yang berdenyut. Ketenangannya terganggu ketika pintu ruang kerja terbuka dengan kasar.“Kenapa kamu memecat Allie?” Tuduhan Petric membuat rasa peningnya semakin menjadi.“Keluarlah! Aku sedang tidak ingin berdebat,” usir Arlo sambil memijat kepalanya.“Selama ini aku mencoba bersikap hormat padamu, tetapi kini aku sadar jika pria brengsek sepertimu tidak pantas mendapatkan rasa hormat. Seharusnya aku sudah membunuhmu jika saja Allie tidak berkorban demi dirimu.”Arlo langsung menegakkan wajah mendengar apa yang Petric katakan. “Apa maksudmu Allie berkorban untukku?”“Dia menahanku ketika aku ingin membunuhmu dengan pisau yang sudah aku siapkan. Hal itu membuatnya mengalami luka robek di bagian perut yang cukup dalam dan dia melakukannya demi dirimu agar kamu tidak terluka. Namun pengorbanannya sia-sia karena pria brengsek sepertimu.”Bibir Arlo bergetar mengetahui jika Allie hampir mati karenanya, tetapi sedetik kemudian rasa marah tersulut d
Read more

214. Apakah Masih Bisa Diperjuangkan

Selama beberapa hari Allie bersembunyi bersama Barnes dan sengaja mematikan ponsel untuk menenangkan diri sehingga memiliki waktu bersama putranya tanpa gangguan.Sadar jika tidak bisa terus bersembunyi karena butuh uang untuk membesarkan Barnes, Allie terpaksa harus kembali ke kehidupan nyata. Dia teringat bisnis toko kue yang dijalankan bersama Britne selama ini.Beruntung saat menghubungi pemilik dari rumah yang dulu pernah dia sewa, pemilik itu mengatakan jika kontraknya bisa diperpanjang. Tanpa ragu lagi, Allie memperpanjang kontraknya dan kembali ke tempat dimana dia menetap setelah kehilangan Arlo.“Tempat ini mengingatkanku jika aku memang harus memulai kehidupan baru tanpa Arlo,” gumamnya setelah dirinya dan Barnes sampai di rumah tersebut.Keesokan harinya dia memasak kue spesial yang akan dibawa ke rumah Britne. Tidak mungkin dia datang dengan tangan kosong setelah dirinya pergi terlalu lama, ditambah lagi tujuannya datang untuk membicarakan bisnis yang sudah lama ditinggal
Read more

215. Berusaha Meluluhkan Hati

“Apa yang ingin kamu jelaskan?” tanya Allie menatap tajam ke arah Arlo.“Pertama-tama, aku ingin minta maaf atas sikap papaku padamu. Papa telah menceritakan semua yang dia lakukan padamu sehingga membuatmu pergi, aku telah salah menilaimu, maafkan aku,” terang Arlo.“Aku sudah memaafkan kalian semua karena aku tidak ingin hidup dalam rasa benci, tetapi mulai sekarang aku tidak ingin berurusan dengan keluarga Jackson,” tegas Allie karena berpikir hidupnya akan lebih tenang tanpa keluarga Jackson di dalam hidupnya.“Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?”“Ada hal yang lebih penting dan berguna yang harus aku kerjakan dibanding harus larut dalam cinta yang membuat hidupku tersiksa.”Meski menyakitkan mendengar hal tersebut, tetapi Arlo menahan segala emosinya karena dia memang dalam posisi yang salah. Dia memilih bersikap sabar untuk membuat Allie kembali percaya padanya.“Aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar padamu, jadi aku tidak akan menyalahkanmu memiliki pemikiran se
Read more

216. Tak Bisa Menghindar Apalagi Menolak

Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak
Read more

217. Punya Hak Untuk Bahagia

“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Read more

218. Tak Semuanya Buruk

Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
Read more

219. Bukan Rasa Hutang Budi

Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Read more

220. Saatnya Mengambil Keputusan

Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status