Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Istri Tuan Muda Lumpuh: Chapter 191 - Chapter 200

224 Chapters

191. Belajar untuk Kuat

“Apakah dia ayah Cedric?” tanya Allie ketika melihat Britne kembali bergabung dengannya.“Bukan,” jawab Britne singkat karena tidak ingin siapapun tahu tentang keluarganya.“Yang pasti dia sangat menyayangimu?” lanjut Allie.“Ya, dia sangat menyayangiku dan karena dia aku bisa bertahan sampai saat ini. Dia yang selalu mendukungku di masa-masa sulit, tidak pernah menghakimiku dan tidak pernah bertanya tentang apa yang tidak ingin aku katakan,” terang Britne.“Dia sangat mengerti dirimu, kamu beruntung mendapatkan kasih sayang yang besar seperti itu,” gumam Allie merasa sedikit cemburu dengan apa yang Britne dapatkan karena dia tidak pernah mendapatkannya.“Kita tidak butuh semua orang mendukung dan mengerti keadaan kita agar tetap bisa berdiri tegar dan kuat menghadapi masalah, hanya butuh satu orang yang tulus dan setia untuk selalu mendukung kita. Aku telah memilikinya dan aku harap, kamu pun memilikinya.”Allie tersenyum masam menanggapi perkataan Britne. “Aku tidak yakin ada yang m
Read more

192. Demi Barnes Mengubur Impian

Allie berdiri di depan jendela kaca dengan tatapan sendu dan mata sembab. Tangannya menyentuh dan mengusap kaca tersebut, seolah sedang mengusap anaknya yang terbaring lemah di dalam ruangan.Peralatan medis terpasang di tubuh kecil itu untuk memonitor detak jantung dan nafasnya, memastikan jika alat vitalnya berfungsi dengan normal.“Kamu butuh istirahat, tidak ada gunanya berdiri disini tanpa bisa berbuat apa-apa,” suara Britne mengagetkan Allie.Dia mengusap air mata yang sempat menetes dan menatap Britne dengan tatapan menyedihkan. “Sudah tiga bulan anakku terbaring di sana dan dokter belum mengambil tindakan apapun.”“Tubuh anakmu masih terlalu kecil, dokter menunggu dia siap untuk dioperasi. Percayakan semuanya pada petugas medis, tugas kita adalah mendoakan keselamatannya dan memohon agar operasinya bisa segera dilakukan serta berjalan lancar,” ujar Britne menguatkan.“Maaf jika aku belum bisa mengurus toko, aku jadi merepotkanmu untuk mengurusnya padahal toko kita baru berjala
Read more

193. Tidak Ingin Bertemu Dengannya

“Apakah kamu sudah mau berangkat kerja?” tanya dokter yang mengurus Barnes melihat Allie yang berdiri memandangi putranya dari balik kaca.Hal yang selalu dilakukan wanita itu sampai dokter sangat hafal kebiasaannya.Allie mengangguk mengiyakan tanpa menatap dokter tersebut. Tatapannya hanya tertuju pada putranya yang masih terbaring lemah. “Sampai kapan keadaan putraku akan terus seperti ini?”“Kami sudah menjadwalkan operasi untuk putramu,” ujar dokter yang berhasil mengalihkan tatapan Allie, sehingga wanita itu menatap lekat padanya.“Benarkah? Apakah itu berarti Barnes memiliki harapan?” tanya Allie mendapat semangat baru.“Aku tidak bisa memberimu kepastian karena hasilnya belum pasti. Yang patut disyukuri saat ini adalah keadaan putramu cukup stabil sehingga kami bisa menyiapkannya untuk operasi,” jawab dokter itu.“Hal itu sudah menjadi kabar yang menggembirakan bagiku, apapun hasilnya aku percaya hal itu bisa membuat keadaan Barnes menjadi lebih baik. Kapan operasinya bisa dil
Read more

194. Menghancurkanmu

Tubuh Arlo menegang menatap wanita yang dicarinya selama ini. Dia tidak menyangka jika Allie akan mendatanginya dengan cara yang tak terduga. Betapa bodoh dirinya yang tidak mengetahui jika wanita itu adalah salah satu dari ribuan karyawannya.Seringai sinis tergambang jelas di wajahnya, matanya menatap tajam penuh kebencian. Alih-alih mempermalukan Allie seperti yang selama ini dia inginkan, dia memilih bersikap profesional dan pura-pura tak mengenal wanita itu.“Senang bertemu denganmu, Petric. Aku yakin kamu sudah siap dengan presentasimu,” ujar Arlo mengabaikan Allie, mengalihkan tatapannya ke arah pria yang berada di samping wanita itu.“Saya membawa karyawan saya, namanya Allie. Dia yang akan mempresentasikan proposal yang sudah kami ajukan karena ide tersebut awalnya berasal darinya. Saya hanya memberi sedikit bantuan untuk mengembangkannya,” Petric memberi ruang pada Allie untuk memperlihatkan kemampuan wanita itu.Arlo melirik sekilas ke arah Allie, meragukan kemampuan wanita
Read more

195. Bukan Itu

Intimidasi Arlo sangat kental terasa, tetapi Allie tidak sedang ingin menanggapinya. Nasib Petric lebih penting dari ejekan pria itu tentang dirinya.Atasannya adalah pria yang baik dan cerdas, yang menghargai setiap kerja kerasnya, dia tidak ingin Petric menjadi korban karena kemarahan Arlo yang sebenarnya ditujukan pada dirinya.“Apakah kamu menolak proposal kami hanya karena ingin membalas dendam padaku? Jangan libatkan Petric dalam masalah kita karena semua yang terjadi di masa lalu sepenuhnya adalah salahku, pria itu tidak tahu apa-apa tentang kita.”Senyum sinis menghiasi bibir Arlo merespon apa yang Allie katakan. “Kamu pikir aku memiliki pikiran sepicik itu hanya karena dirimu? pimpinan perusahaan seperti Petric jauh lebih berharga daripada karyawan rendahan sepertimu.”“Kalau begitu, biarkan karir Petric berkembang sesuai prestasi dan pencapaiannya. Aku akan memperbaiki proposalnya dan menyerahkan semuanya pada Petric. Dia yang akan menyampaikannya langsung kepadamu,” Allie m
Read more

196. Memupuskan Harapan

Sesampainya di kamar, bukannya segera memeriksa luka Allie, Petric malah mondar-mandir di tengah ruangan sambil meracau tidak begitu jelas, suaranya bergetar dan tangannya pun gemetar.“Bagaimana jika lukamu parah? Bagaimana jika kamu mati? apa yang harus aku lakukan?” Petric terus mengulang kata-kata itu mengabaikan kondisi Allie.“Petric!” seru Allie menyadarkan pria itu.Langkah Petric seketika terhenti dan dia menatap nanar ke arah Allie.“Dengarkan aku, Petric. Pergilah ke apotek dan belilah obat ini!” perintah Allie sambil mengulurkan kertas catatan dengan tangan yang berlumuran darah. Bahkan Petric tidak tahu kapan Allie menulis apa yang dia butuhkan.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Petric memastikan.“Aku baik-baik saja, ini hanya luka goresan dan waktu kecil aku sering mendapatkan luka seperti ini. Aku hanya butuh semua barang yang aku tuliskan untuk menghentikan darahnya,” jawab Allie berusaha menenangkan Petric.Mendengar hal itu, Petric segera bergegas pergi untuk menc
Read more

197. Ada Harga yang Harus Dijual

“Kamu tidak bisa melakukannya, aku sangat membutuhkan uang itu,” mohon Allie menekan harga diri demi operasi putranya.Dengan tampang dingin dan tatapan mengunci, Arlo berjalan mendekati Allie, memutari tubuh wanita itu dan berhenti di belakangnya.Allie terpekik kaget ketika tangan pria itu melingkar di perutnya dan menarik tubuhnya, sehingga punggungnya menabrak dada Arlo yang terasa lebih liat dan keras dari terakhir kali dia merasakannya.Nafasnya tercekat merasakan tangan pria itu bergerak mengusap ke permukaan perutnya lalu naik menyentuh leher jenjangnya.Bibir Arlo mendekat ke telinga Allie dan berbisik halus di sana. “Aku bisa memberimu uang lebih banyak dari yang ingin kamu pinjam dan kamu tidak perlu membayarnya kembali, tetapi tentu saja semua itu tidak ada yang gratis.”Tubuh Allie gemetar merasakan nafas panas yang menyapu daun telinganya, bahkan Arlo sengaja menyentuhkan ujung lidahnya ke sepanjang daun telinga tersebut, meninggalkan jejak dingin ketika sesuatu yang lem
Read more

198. Harga Diri yang Hancur

Allie terkejut tetapi tidak bisa melakukan apapun saat Arlo mengungkungnya. Tubuhnya membeku saat tangan pria itu membuka satu persatu kancing bajunya hingga memperlihatkan kedua bukit kembar yang masih tertutup rapat.Dengan kasar, Arlo menurunkan penutupnya hingga pemandangan indah terpampang jelas di depan mata. Sinar matahari yang menempa kulit Allie membuat kulit itu bersinar mengagumkan. Arlo menatapnya dengan binar senang, namun ekspresi pria itu membuat Allie merasa muak.Pria itu menelusuri leher jenjang Allie lalu turun menyapu puncak dadanya. Allie menggigit bibir agar tidak mendesah sambil memalingkan muka ketika tangan pria itu meremas dadanya dan menggodanya.Sikap Allie yang menghindarinya membuat Arlo marah, dia mencengkram rahang Allie dan menghadapkan wajah wanita itu ke arahnya.“Aku tidak suka kamu memalingkan muka dariku. Tatap aku! Lihatlah pria yang kamu campakkan ini, sekarang dia bisa memuaskanmu,” geram Arlo yang kemudian melumat bibir Allie dengan kasar dan
Read more

199. Menagih Janji

“Mana uang yang kamu janjikan?” tanya Allie saat melihat Arlo keluar dari kamar mandi.Dia menekan harga diri demi mendapatkan hak yang sudah dijanjikan karena jika hari ini dia tidak mendapatkan uang tersebut, maka operasi putranya akan diundur.“Kenapa kamu sekarang jadi tidak sabaran jika berurusan dengan uang?” balas Arlo dingin menahan rasa kesal karena yang dipikiran Allie hanya sekedar uang, bahkan dia tidak tahu apakah wanita itu menikmati percintaan mereka atau tidak.“Aku sangat membutuhkannya,” jawab Allie.“Untuk apa? Untuk jaminan hidupmu atau untuk bersenang-senang?” sindir Arlo.“Itu bukan urusanmu. Jangan jadi pria yang melanggar janjimu sendiri!” singgung Allie karena khawatir jika Arlo hanya mempermainkannya dan tidak benar-benar memberikan uang yang dia butuhkan.“Bukan aku yang suka melanggar janji, tetapi kamu yang melakukannya. Bercerminlah sebelum menuduh orang,” geram Arlo, membuat Allie bungkam karena tak bisa membela diri.Dia hanya bisa menunduk pasrah, berh
Read more

200. Ikatan yang Tak Mampu Dijelaskan

Setelah menyelesaikan semua berkas dan membayar biaya awal yang dibutuhkan untuk operasi putranya, Allie berjalan terseok di lorong rumah sakit. Nyeri di pinggang bekas benda tajam yang menggoresnya membuatnya kesakitan.Cengkeraman Arlo sepertinya membuat lukanya kembali terbuka dan berdarah, dia berniat untuk membersihkan luka tersebut dan mengobatinya tetapi tiba-tiba pandangannya menggelap. Keringat dingin membasahi tubuh dan wajahnya terlihat sangat pucat.Tak mampu mempertahankan kesadarannya, Allie jatuh tersungkur di lantai rumah sakit yang keras dan dingin.Saat membuka mata, dia sudah terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus yang terpasang di tangan. Dia menoleh dan mendapati seorang dokter sedang menatapnya.“Ada apa denganku? apa yang terjadi?” tanya Allie dengan suara parau lirih.“Luka di pinggangmu mengalami infeksi membuatmu demam dan hilang kesadaran,” jelas dokter tersebut.“Berapa lama aku pingsan?”“Satu hari lebih karena kami memberimu obat saat menanganimu.”
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status