Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Istri Tuan Muda Lumpuh: Chapter 111 - Chapter 120

224 Chapters

111. Perjuangan untuk Melepaskan Diri

Sadar jika percuma saja mengejar orang yang telah lari jauh tanpa tahu kemana perginya, Axton memutuskan untuk kembali ke tempat tinggal penculik itu.Dia memeriksa setiap sudut rumah dan ruangan yang ada di sana, membuka setiap lemari dan laci serta memeriksa tumpukan buku dan kertas yang berceceran berantakan dan kotor.Mencari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa yang dicari, Axton hanya berharap mendapatkan sebuah petunjuk.Di tengah pencarian, mata elang Axton menangkap sobekan kertas yang ada di tempat sampah. Dia mengambilnya dan seringai pun terkembang di bibir, tampak jika Axton telah mendapatkan sebuah petunjuk.Sambil menggenggam sobekan kertas tersebut, Axton menemui orang kepercayaan Richard yang telah menunggunya.“Apakah Anda mendapatkan petunjuk?” tanya orang itu ketika melihat Axton keluar dari rumah.“Ya, aku mendapatkannya. Panggil pihak berwenang dan hubungi Richard untuk menyelidiki tempat ini. Aku tidak memiliki waktu menunggu Richard bertindak lebih lanjut, ”
Read more

112. Jangan Mati

Johana menangis histeris ketika mendapat kiriman kedua dari orang tidak dikenal yang berisi foto Inggrid yang tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka. “Aku tidak bisa menyelamatkan putriku,” serunya menyayat hati.“Hentikan tangisanmu, Johana! Belum tentu Inggrid sudah mati. Kita harus berpikir jernih disaat keadaan seperti ini,” tegur Richard yang melampiaskan kemarahannya karena sikap cengeng Johana. Wanita yang selalu tegar itu kini seperti kehilangan kekuatannya.Tak lama setelahnya, anak buah Richard datang untuk memberikan informasi. “Kita menemukan mayat, tetapi belum diketahui identitasnya karena masih dalam proses penyelidikan.”Johana yang mendengar informasi tersebut, langsung menghampiri orang kepercayaan Richard. “Apa dia Inggrid?” tanyanya dengan suara bergetar.Orang itu menggeleng, menjawab pertanyaan Johana. “Bukan Nyonya, mayatnya seorang pria dan kemungkinan dia ...” Perkataannya terputus ketika Kimberly ganti yang berlari mendapatkannya. “Apakah dia kakakku?”
Read more

113. Tak Menemukan yang Dicari

Di tengah keputusasaan, harapan Axton muncul ketika melihat sebuah bayangan di balik asap yang mengepul pekat dan api yang berkobar di sekelilingnya.“Tolong …!” teriaknya berharap dirinya dan Inggrid ditemukan.“Aku ada disini …!” teriaknya lagi untuk memastikan jika orang yang ada di balik asap pekat itu mendengar teriakannya.Tak lama kemudian, seseorang muncul dari asap pekat itu dan perasaan lega seketika menyelimuti dirinya melihat orang tersebut adalah Richard.“Axton …!” seru Richard menerjang api yang mulai membumbung tinggi. Dia terkejut melihat keadaan Axton yang penuh luka. “Apa yang terjadi?” tanya Richard cemas.“Syukurlah kamu datang, tolong selamatkan Inggrid!” ujar Axton tak menanggapi perkataan Richard karena mereka tidak memiliki banyak waktu.Richard dengan cepat membawa Inggrid ke dalam gendongannya untuk menyelamatkan wanita itu. “Bagaimana denganmu? Apakah kamu bisa berdiri agar aku bisa membantumu keluar dari sini?”Axton berusaha untuk berdiri tetapi kembali t
Read more

114. Mencari Tahu Tentang Kebenaran

Seminggu setelah kepulangannya dari rumah sakit, Inggrid masih mengurung diri di kamar. Dia dibawa pulang ke kediaman Jackson demi keselamatan dan kesehatannya.Awalnya Inggrid ingin tetap tinggal di Woodstock, tetapi mamanya dengan tegas melarang sehingga dirinya dan keluarga Richard pindah ke kota. Dirinya pulang ke rumah orang tuanya sedangkan Richard membawa keluarganya pulang ke rumahnya sendiri.Inggrid merasa semakin kacau, seakan dirinya sedang berada di jalan yang buntu saat Axton tak bisa dihubungi, bahkan nomor ponsel pria itu sudah tidak aktif lagi. Pikirannya makin tersesat, terseret dalam bayangan negatif yang melingkupi.Belum lagi setiap pagi saat bangun tidur, perutnya selalu mual dan muntah, emosinya labil membuat suasana hatinya mudah berubah. Dia tahu jika semua yang dia rasakan adalah efek dari kehamilannya dan dia butuh ayah dari bayi yang dia kandung untuk bisa membuatnya tenang.Suatu hari, Kimberly masuk ke kamar Inggrid sambil membawa makanan. Setelah meletak
Read more

115. Misteri Tentang Dia

Kimberly masuk ke kamar dan memastikan Inggrid tidak mengetahui apa yang dia lakukan. Dia mengambil ponsel dan menghubungi sebuah nomor yang menyambungkannya pada kakaknya.Berulang kali dia mendengar nada sambung yang berdering, namun tidak ada jawaban dari kakaknya. Beberapa detik sebelum nada dering itu berakhir, teleponnya akhirnya tersambung.“Axton, bagaimana kabarmu?” tanya Kimberly dengan nada cemas.“Belum ada perubahan, dokter hanya memberiku jawaban tak pasti,” jawab Axton dengan suara berat.“Kamu harus bersabar, butuh waktu untuk sembuh dan kamu harus tetap semangat.”“Itu yang sedang berusaha aku lakukan. Ada apa kamu meneleponku?”“Aku tidak bisa terus diam, Inggrid terus menanyakanmu dan dia sangat marah padamu karena merasa kamu tidak bertanggung jawab atasnya,” protes Kimberly.“Biarkan dia dengan pemikirannya, itu yang terbaik bagi kami,” balas Axton menurut pikirannya sendiri.“Sebenarnya ada apa diantara kalian? Aku yakin hubungan kalian tidak hanya sekedar hubung
Read more

116. Mencari Keberadaannya

Sebulan setelah dirinya tinggal di Woodstock, Inggrid disibukkan dengan kegiatan operasional peternakan. Meski dia tidak sering ke lapangan mengingat kehamilannya, tetapi dia selalu memantau semua yang terjadi di peternakan dan tidak mengabaikan hal kecil sekalipun.Menyibukkan pikiran dengan pekerjaan adalah satu cara yang dia gunakan untuk melupakan Axton dan menekan harapannya pada pria itu. Kehamilannya juga berhasil menyita perhatiannya sehingga bayangan Axton tak lagi menyiksa hari-harinya.Hanya saja jika malam hari, dia tetap merasa kesepian dan jika pagi hari ketika rasa mual menyerang, dia akan menangis berharap kehadiran Axton untuk sekedar mengusap perutnya yang terasa tidak nyaman dan menenangkannya.Pagi ini Inggrid sudah disibukkan dengan berbagai bahan makanan yang dia masak karena Richard dan Kimberly akan datang. Seorang pekerja dari peternakan membantu untuk mempersiapkan semua yang dia butuhkan.Dia ingin memberi kesan pada kakaknya jika dirinya dalam keadaan baik-
Read more

117. Bukan Tak Peduli

Setelah mengantongi alamat yang Kimberly berikan, Inggrid memutuskan untuk pergi menemui Axton, melewati jalan yang hanya bisa dilewati satu mobil, menuju tempat terpencil yang Kimberly katakan.Sesampainya disana, dia melihat Axton yang sedang duduk di teras rumah. Seketika jantungnya berdetak kencang menyadari pertemuan yang akan terjadi antara dirinya dengan suaminya tersebut, namun rasa marah mengalahkan kerinduannya pada pria itu.Awalnya Axton tidak menyadari kedatangan Inggrid, namun ketika dia menegakkan kepala dan menatap siapa orang yang keluar dari mobil yang berhenti di depan rumahnya, tubuhnya seketika membeku dan menegang.Mata keduanya saling terkunci, tatapan mereka menyimpan sejuta makna tetapi mulut mereka sama-sama bungkam.Inggrid yang geram dengan sikap suaminya yang tak merespon kedatangannya, berjalan penuh percaya diri mendekati pria itu. “Bagaimana kabarmu Axton?” tanyanya dingin.“Kenapa kamu kemari? Siapa yang memberikan alamatku padamu?” balas Axton tak kal
Read more

118. Tak Mampu Mengelak

Axton masih terbaring tertelungkup ketika mobil Inggrid kembali ke tempat tinggalnya. Dia terkejut karena tak menyangka jika Inggrid akan kembali datang.Dengan cepat dia segera menegakkan tubuhnya dan berusaha untuk bangun, merambat ke kursi yang sebelumnya dia duduki. Sayang kakinya tidak bisa diajak kerja sama sehingga usahanya hanya sia-sia saja.Melihat hal tersebut, Inggrid segera keluar dari mobil dan berlari mendapatkan Axton. Dia segera menyangga tubuh suaminya dan membantunya untuk duduk kembali seperti pertemuan mereka sebelumnya.“Kenapa kamu membohongiku tentang keadaanmu? Bahkan nyawamu hampir melayang demi menyelamatkanku dan kamu pura-pura tak peduli padaku. Kenapa kamu melakukannya?” tanya Inggrid dengan mata berkaca-kaca.“Pulanglah Inggrid! Akan berbahaya jika malam hari kamu masih berada di sini,” ujar Axton menghiraukan pertanyaan Inggrid dan menghindari tatapan wanita itu.Tidak ingin kehilangan perhatian suaminya, Inggrid menangkup wajah Axton dan menatap mata p
Read more

119. Takut Kehilangan

Malam harinya, Axton tidak bisa tidur karena masih tidak percaya jika Inggrid ada bersamanya dan tidur di sampingnya.Dia khawatir jika memejamkan mata dan tertidur, istrinya akan menghilang karena semua yang terjadi ternyata hanyalah mimpi. Dia terus menatap Inggrid, memastikan wanita itu tetap bersamanya.Untuk lebih menyakinkan dirinya, Axton mengulurkan tangan dan mengusap wajah cantik istrinya. “Kamu memang nyata,” gumamnya lirih.Terganggu dengan sentuhan suaminya, Inggrid terbangun dan membuka mata. “Kenapa kamu belum tidur, ini sudah larut malam?”“Aku takut kamu menghilang jika aku tertidur. Aku sering memimpikanmu dan ketika bangun, aku akan kehilangan dirimu, aku tidak ingin hal itu terjadi,” terang Axton.Inggrid tersenyum lalu mengusap kantong mata Axton yang menghitam. “Aku bisa menebak jika selama ini kamu pasti tidak pernah tidur dengan nyenyak.”“Karena kamu tidak ada di sampingku.”Mendengar apa yang Axton ucapkan, Inggrid menggeser tubuhnya, lalu memeluk suaminya. “
Read more

120. Sudah Waktunya Diselesaikan

Inggrid menatap suaminya gamang, manik matanya bergerak ke segala arah kecuali ke arah Axton. Rasa gugup dan malu menyerangnya, seolah dia gadis perawan yang dihadapkan pada seorang pria dewasa dan berpengalaman.Melihat ekspresi istrinya, Axton mengusap lembut tangan Inggrid. “Aku merindukanmu,” ucapnya membuat hati Inggrid bergetar.“Aku juga merindukanmu, tapi …”“Apa yang membuatmu ragu?” Axton memastikan hati dan perasaan istrinya.“Kita berdua tahu kelanjutannya jika kita bersama dalam keadaan tanpa pakaian, kita mungkin bisa …” perkataan Inggrid terhenti karena terlalu malu untuk melanjutkannya.Axton tersenyum lebar membuat hati Inggrid menghangat. “Bagaimana jika memang itu yang aku inginkan, apakah dokter melarangmu untuk kita berhubungan?”Inggrid menggeleng menjawab pertanyaan suaminya. “Tapi bagaimana denganmu? Apakah kakimu baik-baik saja?”“Apakah kamu sedang mengkhawatirkan keadaanku? Kemarilah! Aku tidak selemah yang kamu bayangkan,” kata Axton menyakinkan istrinya.“
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
23
DMCA.com Protection Status