Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Istri Tuan Muda Lumpuh: Chapter 121 - Chapter 130

224 Chapters

Perdebatan Adik Ipar

Kedatangan Richard yang penuh dengan kemarahan membuat suasana menjadi tegang. Tanpa diduga, Richard mendekati Axton dan memukulnya dengan keras hingga Axton jatuh dengan kursi roda yang terbalik.“Richard ...!” seru Inggrid dan Kimberly bersamaan.Inggrid langsung berjongkok membantu suaminya yang terjatuh sedangkan Kimberly menahan Richard agar tidak melakukan tindakan diluar kendali.“Lepaskan aku, Kimberly! Aku akan menghajar pria brengsek itu,” geram Axton berusaha melepaskan diri dari istrinya.“Cukup Richard! Dia kakakku, aku tidak ingin kalian berdua terluka,” Kimberly mengingatkan suaminya.“Dia pria yang sangat pengecut. Dulu dia melarangku untuk mendekatimu saat dengan baik-baik aku meminta restunya, aku menjaga dan melindungimu tetapi dia tetap menghajarku. Kini apa yang pantas aku lakukan pada kakakmu ketika dia begitu mengecut dan tidak berani menyatakan perasaannya hingga membuat Inggrid terluka dan menderita selama bertahun-tahun.”Kemarahan Richard tak terbendung lagi
Read more

122. Kebahagiaan Inggrid dan Axton

Keesokan paginya setelah seluruh anggota keluarga Jackson selesai sarapan, Axton dan Inggrid kembali menemui Johana untuk bicara pada wanita itu.“Apakah mama ada waktu? Kami ingin bicara,” ucap Inggrid yang membuat suasana pagi itu kembali tegang.“Mama juga ingin bicara dengan kalian,” balas Johana yang kemudian mengajak Axton dan Inggrid pergi ke ruang kerja Issac untuk bicara pada mereka.“Apa yang ingin mama bicarakan pada kami?” tanya Inggrid yang malah fokus dengan apa yang ingin mamanya bicarakan, bukan pada apa yang ingin dia sampaikan.Tatapan tajam Johana beralih ke Axton. Dia ingin menyampaikan apa yang semalam telah dia pertimbangkan.“Pergilah ke luar negeri! Ada dokter bagus yang dulu menangani Richard, aku yakin dia bisa menanganimu dengan baik. Aku tidak ingin Inggrid tidak merasakan kehidupan wanita normal pada umumnya. Aku tidak ingin waktu dan tenaganya habis karena merawatmu dengan keadaanmu yang seperti ini,” ujar Johana pada Axton.Mendengar hal tersebut, Inggr
Read more

123. Anak Rahasia

Keesokan harinya, Richard pergi ke kediaman Douglas seperti janjinya pada Winie. Sesampainya di sana, dia langsung disambut oleh wanita tua itu.“Terima kasih Anda sudah mau datang,” kata Winie dengan wajah sedikit pucat.“Apa yang ingin kamu katakan?” tanya Richard.“Apakah Tuan Douglas akan dihukum untuk waktu yang lama?” Winie balik bertanya.“Mengingat kejahatannya, aku rasa dia akan mendekam di penjara seumur hidup,” jawab Richard.“Kalau begitu, bisakah Anda ikut saya?” pinta Winie yang kemudian diiyakan oleh Richard.Winie mengajak Richard menuju bagian belakang rumah Douglas dan membuka sebuah pintu yang menghubungkannya dengan lantai bawah tanah.Richard mengerutkan kening merasa heran karena selama ini dia tidak tahu jika di rumah uncle-nya, ada ruang bawah tanah yang cukup luas. Padahal dulu sering kali dia ke rumah Douglas dan tidur di rumah tersebut, tetapi uncle-nya itu tidak pernah menyinggung tentang tempat rahasia di rumahnya.Saat Sayangnya ruangan itu cukup pengap d
Read more

124. Kelahiran di Malam Tahun Baru

Setelah membawa Ciara ke rumah sakit, keesokan harinya Richard pergi mengunjungi Douglas di penjara. Wajah pria itu tampak lebih tua dengan kerut yang semakin jelas, kakinya pincang karena tragedi terakhir yang pria itu alami bersama Axton.Kakinya terbakar dan luka parah sehingga dia tidak akan bisa berjalan normal lagi seumur hidupnya. Richard menganggapnya sebagai hukuman atas kejahatan yang telah dilakukan. Douglas berjalan mendekat lalu duduk di depan Richard di kursi pengunjung yang telah disediakan yang menjadi salah satu fasilitas penjara. Dia menegakkan wajah menatap Richard.“Akhirnya kamu mau mengunjungi uncle-mu di penjara, setelah kamu melupakanku karena hidupmu sudah nyaman di ketiak mama tirimu,” pria itu sengaja memprovokasi Richard.“Hentikan omong-kosongmu! Aku tidak akan terpengaruh dengan perkataanmu,” tegur Richard.“Jangan bangga dengan apa yang kamu miliki saat ini, Johana masih mengekangmu dan tanpa kamu sadari, dia terus mengatur hidupmu,” ujar Douglas.“Aku
Read more

125. Rahasia Besar Terkubur

Semua anggota keluarga Jackson berkumpul di sebuah kamar rumah sakit di mana Inggrid terbaring di sana pasca melahirkan. Mereka menunggu bayi yang baru saja lahir itu untuk dibawa ke kamar tersebut.Senyum penuh kebahagiaan terpancar di wajah Axton dan istrinya, menyambut kelahiran anak mereka.“Kami memiliki anak kembar, mereka dua perempuan yang sangat cantik seperti mamanya dengan keadaan yang sehat dan normal. Meski lahir lebih cepat, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan,” ucap Axton dengan bangga sambil menatap Inggrid dengan penuh cinta.Semua orang yang ada di ruangan tersebut bertepuk tangan dan mengucapkan selamat, mereka ikut larut dalam kebahagiaan suami istri tersebut.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan seorang perawat menggendong seorang bayi lalu menyerahkannya pada Inggrid.“Cantik sekali cucuku,” seru Johana sambil mengusap wajah cucu ketiganya tersebut.Orang-orang mengerubungi Inggrid untuk melihat bayi itu dan memuji kecantikannya, tak memungkiri ketampana
Read more

126. Kematian yang Tidak Diharapkan

“Dasar Bodoh!” umpat Douglas sambil mengepalkan tangannya kuat saat anak buahnya mengunjungi di penjara.Keterbatasan ruang gerak dan pengawasan ketat oleh petugas penjara membuatnya tidak bisa memberi pelajaran dan melampiaskan kemarahannya pada anak buahnya.Sambil menurunkan nada suaranya agar tidak ada yang mendengar apa yang dia bicarakan selain anak buahnya, dia mendekatkan wajahnya dan berbisik pada lawan bicaranya.“Bagaimana bisa pria brengsek itu membawa kabur bayinya?”“Saya menunggu Benjamin keluar dari rumah sakit, tetapi setelah lama pria itu tidak kunjung datang, saya baru menyadari jika Benjamin telah kabur membawa bayi itu.” Anak buah Douglas balas berbisik.“Cari keberadaan Benjamin dan pastikan jika anak Axton dan Inggrid mati! Aku ingin hidup keluarga Jackson tidak pernah merasa tenang. Aku akan membuat mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan, sama seperti mereka yang telah merenggut kebahagiaanku,” ujar Douglas.“Saya akan segera mencari Benjamin dan bayi itu da
Read more

127. Saling Menyayangi

Mattew terbangun ketika mendengar suara tangis bayi, dia mengucek mata dan merasa bingung karena berada di tempat yang berbeda dari sebelum dia tidur. Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, dia semakin bingung karena semua bangku di dalam bus telah kosong.“Gramy …?” dia memanggil Winie yang tidak terlihat dimanapun.“Gramy, kamu dimana? Geena terus menangis,” seru Mattew sambil turun dari tempat duduknya dan mencari Winie.Dia berlari dari tempat duduknya ke kursi paling depan lalu memeriksanya satu persatu sampai belakang, namun bus itu kosong, tidak ada satupun orang di dalamnya.“Gramy …?” teriak Mattew panik. Dia berlari ke kursi Geena yang tangisannya semakin kencang.Mattew yang masih berumur 12 tahun, tidak mengerti apa yang harus dia lakukan bersama dengan bayi yang baru berumur beberapa hari.Tangisan Geena yang keras terdengar sampai luar bus membuat seorang sopir yang sedang beristirahat tidak jauh dari bus tersebut datang untuk memeriksanya, dia terkejut mendapati anak
Read more

128. Bertemu Saudara Kembar

Menyambut acara penggalangan dana, semua anak panti asuhan dikumpulkan dalam ruangan besar untuk menyambut para tamu yang mulai berdatangan satu persatu. Hanya Mattew yang tidak terlihat di antara mereka karena masih terkunci di sebuah ruangan.Geena yang duduk bersama dengan teman-temannya tampak gelisah, matanya mengamati keadaaan dan merasa cemas ketika kursi tamu mulai penuh terisi. Dia harus bisa pergi dari ruangan tersebut sebelum acara dimulai.Diam-diam dia mengamati pergerakan Barbara, lalu segera beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan ruangan tersebut. Baru saja dia hendak mencapai pintu, suara Barbara menegur dan menghentikan langkahnya.“Geena! Mau kemana kamu? Kenapa kamu tidak duduk di tempatmu?” tanya wanita itu.Geena menoleh dengan wajah pucat dan jantung berdetak kencang. “Tamu-tamu itu membuatku gugup, bolehkah aku ke kamar kecil terlebih dahulu sebelum acara dimulai,” jawab Geena.Mata Barbara menyipit curiga, wanita itu mengamati ekspresi Geena yang terl
Read more

129. Mencari Tempat Aman

Barbara datang kembali menemui Inggrid dan Axton dengan raut wajah penuh rasa bersalah dan ketakutan, raut wajah yang tidak diinginkan untuk dilihat oleh Inggrid.Melihat wanita itu datang dengan tangan kosong, membuat Inggrid terduduk lunglai di kursi di belakangnya dengan air mata meleleh.“Jangan bilang kamu membawa kabar buruk,” kata Inggrid menatap tajam ke arah Barbara.“Maafkan saya Nyonya Hogan, saya tidak bisa menemukan Geena meski telah mencarinya kemana-mana.” Barbara mengatakannya dengan suara bergetar karena takut dengan kemarahan yang sudah pasti menimpanya.“Apa maksudmu tidak bisa menemukannya? Apakah dia hilang? Bagaimana sistem keamanan panti asuhan ini?” geram Inggrid dengan kemarahan memuncak.“Sekali lagi, maaf atas kelalaian kami. Kami akan menyelidiki ...”Perkataan Barbara terpotong ketika seorang penjaga keamanan datang mendekati wanita itu dan berbisik di telinganya. Wajah Barbara seketika memucat ketika mendapatkan informasi dari penjaga tersebut.“Nyonya Ho
Read more

130. Mengambil Kesempatan

Saat bus yang ditumpangi Mattew dan Geena berhenti di tujuan akhir, hujan turun deras dengan halilintar yang menyambar menyambut mereka, tubuh Geena gemetar di pelukan kakaknya.“Apakah tidak sebaiknya kita pulang ke panti asuhan saja? Keadaan di sini sangat menakutkan,” ujar Geena dengan suara gemetar.“Kita tidak bisa kembali ke panti asuhan, jaraknya terlalu jauh dan Barbara sudah pasti sangat marah pada kita,” balas Mattew.“Tapi aku takut dengan hujan dan halilintarnya,” kata Geena.“Aku ada disini untuk melindungimu, kamu akan baik-baik saja,” Mattew menyakinkan adiknya.“Bisakah kita tetap di dalam mobil? aku merasa lebih aman berada di sini,” pinta Geena.“Mereka akan mengusir kita jika kita tetap di sini. Bus ini akan pergi lagi dan tidak mungkin mereka menunggu hujan reda karena mereka memiliki jadwal yang tidak bisa ditunda,” jelas Mattew.Mengikuti perkataan kakaknya, Geena akhirnya turun dari bus dan tak lagi protes ketika Mattew mengajaknya pergi mencari tempat berteduh.
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
23
DMCA.com Protection Status