Semua Bab Menjadi Tawanan Mafia: Bab 251 - Bab 260

322 Bab

Rencana Pernikahan

“Kau akan menikahinya?” Selena melebarkan matanya saat Axel membuat keputusan cukup cepat. Damian juga mengangkat alisnya melihat Axel yang terlalu cepat dalam mengambil keputusan seperti itu. Apa lagi, Axel dan Arsella tidak begitu cukup mengenal satu sama lain. Damian bisa mencium sesuatu yang aneh yang sedang Axel rencanakan, namun dia hanya menutup mulutnya. “Ya, menurutku, aku sudah cukup melajangnya. Aku juga ingin punya seseorang yang menungguku pulang ke rumah,” ucap Axel sambil tersenyum ke arah Selena. “Aku tidak mencium ketulusan dalam ucapanmu,” cibir Damian sambil menatapi Axel tak percaya. “Kau mau mencium ketiakku saja?” “Berengsek kau!” Selena mendesis, dia merasa jijik dengan ucapan Axel yang seperti itu. “Kau tahu, pernikahan impian semua orang adalah sekali seumur hidup,” ucap Damian. “Aku tahu. Makanya, aku akan memilihnya. Dia mencintaiku duluan. Kurasa aku tidak akan takut dia berpaling atau
Baca selengkapnya

Cicit Pertama

Dalam kasus ini, semua orang bisa dengan jelas melihat motif Axel. Meski motifnya terlalu jelas, wajah Axel dan keteguhannya membuat siapa pun meragukan motifnya tersebut. “Kau yakin tentang ini? Dia kan, putri dari orang yang membunuh ibumu. Begitu pula Selena... aku tidak yakin Selena bisa menerimanya,” gumam Kakek sambil menggeleng ragu. “Aku bisa menerimanya. Tentang reaksiku barusan, sebenarnya aku hanya kaget jika Axel mengatakannya malam ini juga. Kami baru membicarakan hal ini hari ini,” jelas Selena. “Kau yakin, Selena?” Nenek menatapi Selena, terlihat jelas jika dia hanya khawatir. Selena menganggukkan kepalanya. Dia yakin akan keputusannya menerima Arsella. Toh, dia hanya memikirkan kalau Arsella tidak bersalah, terlepas dari Arsella berusaha menyakitinya. Sementara itu, Kakek menatap Axel dengan tatapan skeptis, mengenai apa sebenarnya niat Axel. Dia tidak tahu apakah Selena mengetahui atau tidak. Yang jelas, Kakek tidak
Baca selengkapnya

Menjalankan Masa Taruhan

Selena: Aku bertaruh dengan Axel sebelumnya tentang proyek apa yang kau kerjakan. Dan dia bilang kalau itu galeri seni. Jadi, aku kalah taruhan dan aku harus mendiamimu selama tiga bulan. Damian: Oh, ya? Kau sepertinya sering mengobrol dengannya dan karena kalian tinggal di rumah yang sama, kalian sepertinya semakin dekat saja. Selena: Kami hanya kakak dan adik. Kakek dan Nenek tidak tahu menahu tentang hubungan kami di masa lalu. Jadi, kuharap kau tidak membahasnya juga di depan mereka. Biarkan itu terkubur sendiri. Damian: Pantas saja mereka benar-benar memperlakukan kalian seperti cucunya. Selena: Kami memang cucu mereka. Meski tidak ada hubungan darah, kelihatannya hubungan Axel dan keluarga ini terbentuk seiring waktu yang telah berlalu. Kakek dan nenek bahkan akan memberikan banyak hal yang Axel butuhkan tentang pernikahannya. Bahkan nenek memberikannya vila! Wah, aku tidak menyangka Axel bisa mendapatkan hati mereka seutuhnya.
Baca selengkapnya

Pernikahan yang Terburu-Buru

“Ah, tentang cincin ini... Sebenarnya, Damian hanya ingin menandaiku dulu kalau aku sudah dia miliki. Dia bilang akan melakukannya dengan benar nanti.” Selena menyengir ke arah neneknya sambil menyembunyikan tangannya. Dia merasa malu kalau digoda seperti itu oleh neneknya. Rona merah timbul di pipi tembamnya. “Pria biasanya tidak bisa memegang omongannya,” umpat Kakek, terdengar kecewa. “Dia hanya perlu waktu. Dia kan, sedang sibuk dengan galeri seni itu. Lagi pula, sejauh ini aku sangat mempercayainya. Dia sangat baik padaku sejak aku bukan siapa-siapa.”Dengan nada merayu, Selena menatapi kakeknya. Suaranya yang sedikit dibuat manis memang digunakan untuk memancing kakeknya agar lebih tenang dan mengikuti keinginannya. “Ya, ya, ya. Kakek akan menunggu,” ucap Kakek sambil menghela nafasnya pasrah. Nenek hanya tersenyum sambil menggeleng pelan. Selena sudah semakin hebat dalam mengambil hati kakeknya itu agar tak banyak bic
Baca selengkapnya

Rumah Sabrina

Ini sedikit ironis bagi Selena. Jika Renata tahu semua masa lalunya, kemungkinan besar dia tidak akan mengatakan hal seperti itu. Dan justru akan terdengar sangat syok kalau tahu hubungan Axel da Selena di masa lalu. Tapi bagi Selena, semuanya hanya masa lalu. Hari itu, Selena pergi ke rumah ibunya bersama Axel. Akhirnya mereka pergi ke rumah itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya bagi Axel datang ke sana. Dia sempat datang beberapa kali untuk mengambil barangnya atau sekedar berdiam diri di rumah yang telah kosong itu. “Ngomong-ngomong kenapa kau tidak menempati rumah ini saja setelah menikah nanti?” Selena menatapi rumah yang berdebu dan ada banyak kotoran kayu. Kelihatannya rumah yang tidak terawat cukup lama ini jarang ada yang membersihkannya juga. “Aku tidak akan melakukannya. Entah kenapa aku merasa kau tidak akan suka ide itu,” balas Axel. “Kenapa? Santai saja, dan gunakan rumah ini, dari pada tidak dipakai sama sekali. Ka
Baca selengkapnya

Pergi Meminang

“Memangnya, kau akan butuh tempat menyendiri setelah menikah? Bagaimana dengan Arsella?” “Semua orang akan membutuhkan waktu sendirian. Dia juga pasti akan selalu punya waktu seperti itu. Ngomong-ngomong, kau dan Damian tidak saling menghubungi sesuai taruhannya? Kau jarang terlihat memainkan ponselku di depanku atau menelepon Damian.”“Ya, aku sedang menjalankan risiko dari taruhan itu.” Axel tersenyum, dia senang mendengarnya. Dia ingin tahu reaksi Damian. Sepertinya Damian belum bereaksi. Atau justru memang sedang sibuk hingga membiarkan Selena juga larut dalam kesibukan. ***Beberapa hari setelah mereka mengunjungi rumah Sabrina dan saat itu mereka juga menyempatkan untuk berkunjung ke makam Sabrina. Axel sepertinya ingin meminta restunya untuk menikah dengan Arsella. Hingga hari ini tiba, Axel akan mengunjungi Arsella secara langsung. “Kau sudah menyiapkan hotel untukku menginap di sana? Aku tidak akan menginap di rumah
Baca selengkapnya

Melamar Arsella

“Kau mendengarku, kan? Tidak perlu membuatnya seperti spesial,” ucap Axel sambil menatap ke arah Richard. “Tidak perlu melakukan apa pun yang tidak aku minta. Simpan tenagamu!” Richard hanya menganggukkan kepalanya. Dia berusaha memahami tuannya ini walau sepertinya memang tidak semudah itu. Apa lagi Axel memang bersikap agak dingin padanya. Mungkin karena dia baru dan Axel masih belum terbiasa dengan kehadiran Richard. “Kami akan ke mencari makan terlebih dahulu sebelum ke hotel.” Mobil yang mengangkut rekannya yang lain itu lewat di depan Axel yang tengah menantikan buket bunganya di depan toko bunga. “Ya, kalian boleh pergi.” Axel menganggukkan kepalanya. “Kau yakin akan langsung ke rumah calon istrimu? Akan lebih baik jika aku beristirahat dulu.”“Aku ingin melakukannya dengan cepat. Aku akan ke hotel secepat.” Begitu Max dan Gilbert pergi menggunakan mobil yang satunya, Axel menerima buket bunga yang cukup besar itu. Di
Baca selengkapnya

Kehangatan Sosok Axel

“Hanya kau yang aku ingat jika membahas tentang pernikahan. Aku tidak tahu kenapa. Tapi hanya kau yang muncul di benakku.” Axel menatap Arsella sambil tersenyum tipis. Jelas-jelas jika dia bisa membuat Arsella menjerit saat itu juga. Arsella tersenyum balik ke arah Axel. Senyuman malu-malunya, disertai dengan usahanya untuk mengalihkan pandangannya dari Axel terlihat cukup menggemaskan.“Tapi maafkan aku, kali ini aku belum membawa cincin untukmu karena aku tidak tahu ukuran jarimu. Aku akan memesankan cincinnya. Biarkan Richard mengukur jarimu,” ujar Axel. Richard langsung bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Arsella. Axel memperhatikan bagaimana Richard langsung mengukur ukuran jari manis Arsella. Dan Arsella tentunya dengan senang hati bisa diajak bekerja sama, dia tidak memberontak sama sekali sesuai dugaan. Sementara Dedek dan Alice saat itu hanya bisa terdiam menatapi Arsella yang kelihatannya tak mau menolak Axel sama sekali. Alice
Baca selengkapnya

Udang di Balik Batu

“Baiklah, kita akan mencarikanmu gaun pernikahan yang kau suka. Atau, jika kau ingin membuatnya, aku akan mencarikan orang yang mampu membuatkannya untukmu. Aku akan mengambil antrian cepat agar kau tidak lagi khawatir tentang gaunmu.” Axel menganggukkan kepalanya, dia memperhatikan wajah Selena dari tempatnya berdiri. Entah kenapa gadis itu terlihat seperti gadis kecil saat sedang gembira seperti ini. Arsella yang biasanya menatap dengan sorot matanya yang tajam disertai dagunya yang terangkat dengan arogan, kini sedikit berubah. Tatapannya sangat lembut dan polos, dan raut wajahnya tak lagi setegar dulu. Dia hanya terlihat seperti gadis biasa dan bukan gadis yang berkekuatan besar. Entah karena keluarga ini telah kehilangan kekuatannya hingga menyebabkan Arsella juga kehilangan kepercayaan dirinya yang biasa, menggantikan dirinya menjadi sosok yang lebih lugu dan polos seperti gadis biasanya. Meski begitu, Arsella tetap punya daya tarik. “Ba
Baca selengkapnya

Bukan Saudara Kandung

Derek menangis sejadinya. Murni air mata seorang ayah yang tahu dia telah menghancurkan kehidupan putrinya. Sementara Alice hanya bisa berpaling dari Derek sambil menyeka air matanya. Alice juga tak kuasa melihat kondisi Derek yang putus asa seperti itu. Mereka telah melewati banyak kesulitan belakangan ini. Dan Arsella ingin bebas dari kesulitan yang harus dia hadapi. Menikah dengan Axel baginya berarti keluar dari rumah dan keluarganya yang menurutnya beracun dan dia akan mendapat kehidupan yang lebih baik karena Axel adalah pria cerdas yang mapan. Dia meyakini masa depan Axel yang cerah akan dibagi dengannya. *** Selena berada di hotel seperti biasa. Dia mendengus bosan karena belakangan ini tak ada yang bisa dia ajak bicara. Semua orang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Axel seharusnya sudah pulang kemarin. Namun, Axel mengatakan kalau ada urusan yang belum selesai, jadi dia baru pulang malam ini. Dan seperti yang Selena pikirkan, Axel me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
33
DMCA.com Protection Status