“Hanya kau yang aku ingat jika membahas tentang pernikahan. Aku tidak tahu kenapa. Tapi hanya kau yang muncul di benakku.”
Axel menatap Arsella sambil tersenyum tipis. Jelas-jelas jika dia bisa membuat Arsella menjerit saat itu juga. Arsella tersenyum balik ke arah Axel. Senyuman malu-malunya, disertai dengan usahanya untuk mengalihkan pandangannya dari Axel terlihat cukup menggemaskan.“Tapi maafkan aku, kali ini aku belum membawa cincin untukmu karena aku tidak tahu ukuran jarimu. Aku akan memesankan cincinnya. Biarkan Richard mengukur jarimu,” ujar Axel.Richard langsung bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Arsella. Axel memperhatikan bagaimana Richard langsung mengukur ukuran jari manis Arsella. Dan Arsella tentunya dengan senang hati bisa diajak bekerja sama, dia tidak memberontak sama sekali sesuai dugaan.Sementara Dedek dan Alice saat itu hanya bisa terdiam menatapi Arsella yang kelihatannya tak mau menolak Axel sama sekali. Alice“Baiklah, kita akan mencarikanmu gaun pernikahan yang kau suka. Atau, jika kau ingin membuatnya, aku akan mencarikan orang yang mampu membuatkannya untukmu. Aku akan mengambil antrian cepat agar kau tidak lagi khawatir tentang gaunmu.” Axel menganggukkan kepalanya, dia memperhatikan wajah Selena dari tempatnya berdiri. Entah kenapa gadis itu terlihat seperti gadis kecil saat sedang gembira seperti ini. Arsella yang biasanya menatap dengan sorot matanya yang tajam disertai dagunya yang terangkat dengan arogan, kini sedikit berubah. Tatapannya sangat lembut dan polos, dan raut wajahnya tak lagi setegar dulu. Dia hanya terlihat seperti gadis biasa dan bukan gadis yang berkekuatan besar. Entah karena keluarga ini telah kehilangan kekuatannya hingga menyebabkan Arsella juga kehilangan kepercayaan dirinya yang biasa, menggantikan dirinya menjadi sosok yang lebih lugu dan polos seperti gadis biasanya. Meski begitu, Arsella tetap punya daya tarik. “Ba
Derek menangis sejadinya. Murni air mata seorang ayah yang tahu dia telah menghancurkan kehidupan putrinya. Sementara Alice hanya bisa berpaling dari Derek sambil menyeka air matanya. Alice juga tak kuasa melihat kondisi Derek yang putus asa seperti itu. Mereka telah melewati banyak kesulitan belakangan ini. Dan Arsella ingin bebas dari kesulitan yang harus dia hadapi. Menikah dengan Axel baginya berarti keluar dari rumah dan keluarganya yang menurutnya beracun dan dia akan mendapat kehidupan yang lebih baik karena Axel adalah pria cerdas yang mapan. Dia meyakini masa depan Axel yang cerah akan dibagi dengannya. *** Selena berada di hotel seperti biasa. Dia mendengus bosan karena belakangan ini tak ada yang bisa dia ajak bicara. Semua orang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Axel seharusnya sudah pulang kemarin. Namun, Axel mengatakan kalau ada urusan yang belum selesai, jadi dia baru pulang malam ini. Dan seperti yang Selena pikirkan, Axel me
“Itu pasti keadaan keluarganya yang saat ini membuatnya kehilangan kepercayaan dirinya.” Selena menghela nafasnya. Dia turut prihatin atas apa yang harus dialami Arsella. Meski dia tidak tahu apakah Arsella peduli padanya sebagai mana dia peduli pada Arsella. Axel menghela nafasnya, dia merasa ironi saat Selena berusaha memahami kondisi Arsella. Tetapi Arsella justru bertanya padanya tentang tempat tinggal, menandakan Arsella ingin menghindari Selena sebisa mungkin. Walau sebenarnya Selena tak menunjukkan kalau dia tertarik padanya juga. “Habiskan makananmu dan ayo kita pulang! Aku sudah ingin tidur sekarang,” ucap Axel. “Yang mengajak ke mal duluan adalah kau. Dan sekarang kau juga yang mengeluh. Huft.”Axel hanya terkekeh pelan. Dia tidak mau waktunya di lain hari terbuang sia-sia karena hal seperti ini lagi. Makanya, dia ingin menuntaskan semua persiapan tentang pernikahan dengan segera. *** Waktu berlalu begitu
“Yang benar saja! Memangnya Selena akan menerimanya? Tidak, tidak. Gadis itu terlalu polos. Axel akan menikahi putri dari pembunuh ibunya? Itu sangat tidak masuk akal,” ungkap Grace. “Sebenarnya itu ibu angkat.” Damian meluruskannya dengan malas. “Tetap saja. Itu sangat tidak masuk akal. Axel harusnya memikirkan perasaan Selena jika dia menikahi Arsella, bukan? Perasaan persaudaraan di antara mereka, setidaknya.” Grace mendengus pelan, dia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Axel. Sementara Damian tak begitu tertarik membicarakan hal yang sama dua kali. Dia hanya memakan makanan yang dibawakan Grace dengan santai. Ini kegiatan mereka belakangan ini, saling mentraktir. “Aku tidak tahu pasti, tapi kelihatannya Axel ingin balas dendam,” ucap Luca. “Baguslah kalau begitu! Aku juga kesal karena keluarganya membuat kita dalam masalah. Mereka menghancurkan acara kita. Jika bisa, aku ingin merusak pernikahan mereka juga. Tapi karena
“Huft, aku lelah karena bersenang-senang.” Selena menghela nafasnya begitu tiba di rumah. Rumah sedikit berarakan karena beberapa barang yang berkaitan dengan pernikahan ada di sana. “Kau akhirnya pulang. Apakah menyenangkan?” tanya Axel sambil meliriknya sejenak. “Ya, sangat. Mereka bertiga juga bersenang-senang!” seru Selena seraya berjalan mendekat. Selena duduk dan melemparkan tasnya di sofa kosong di sisinya. Selena menatapi Axel yang masih sibuk bekerja. Selena mengambil nafas sejenak sebelum mengatakan sesuatu pada Axel. “Ngomong-ngomong, untuk kamar pengantin, kau hanya akan menggunakan kamar atas di griya tawang, kan?” tanya Selena sambil menatap Axel penuh harap. “Ya, rencananya begitu. Dan aku akan mengundang teman-temanku untuk menginap—““Sudah kau lakukan?” Selena melebarkan matanya. “Belum,” jawab Axel seraya mengalihkan pandangannya, menatap Selena, dia akan mendengarkan permintaan gadis i
Arsella terkejut saat Luca mengatakan kalau Axel mengizinkannya menginap di griya tawang. Itu membuatnya menatap Axel yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan senang hati. “Ya, apa pun untuk teman-teman Selena. Juga, kalian telah berjasa padaku waktu itu, utamanya kau, Grace. Aku senang kami datang hari ini. Terima kasih juga, karena telah memenuhi undangan.” Axel mengatakannya dengan santai pada Luca dan Grace. Setelah Luca dan Grace pamit untuk melakukan hal lain, Arsella menatap ke arah Axel dengan heran. Entah kenapa saat itu juga Arsella merasakan adanya perbedaan dari tatapan Axel padanya yang sebelumnya lembut. “Kau mengizinkan mereka menginap di griya tawang? Bukankah kau bilang itu akan menjadi kamar pengantin?” tanya Arsella, dia bertanya dengan sedikit hati-hati di sana.“Di sama tersedia beberapa kamar. Dan ada dua lantai. Kita akan menggunakan kamar yang ada di atas, itu adalah kamar masternya. Dan mereka akan menginap di
Setelah pesta pernikahan selesai, Arsella bersama Axel menuju ke griya tawang. Arsella tak mengatakan apa pun karena tak ingin membuat suasana hati Axel yang kelihatannya memburuk entah kenapa. Dan Axel di sisinya juga hanya diam dengan wajah yang tampak kesal. Tiba di griya tawang, mereka disambut oleh kehadiran Selena, Damian, Luca, dan Grace. Keempatnya sedang berkumpul di ruang tengah dan bermain kartu saat itu. Keempatnya langsung menoleh ke arah pengantin baru yang baru saja memasuki ruangan itu. “Nah, ini dia pengantin barunya. Kau mau bergabung, Axel?” Luca menyambutnya. “Ah, sepertinya aku akan bergabung nanti. Ada sesuatu yang harus aku lakukan dulu,” tolak Axel. Axel melirik Arsella yang langsung tertunduk lagi begitu bertemu dengan Damian. Bisa dipastikan semua yang dilakukan Damian sangat berdampak besar padanya. Axel berjalan lebih dulu dan Arsella segera mengikuti Axel dari belakang. Dia berjalan dengan perasaan tidak nyaman.
Tanpa melakukan pemanasan lebih lanjut dan tidak memastikan Arsella siap, Axel sudah mengambil posisi di antara kedua kaki Arsella yang terbuka untuknya. Dia berusaha untuk melakukan penyatuan, sayangnya Arsella seperti menolak miliknya. Axel bahkan sudah berkeringat karenanya. “Itu aneh. Kurasa itu tidak akan muat sama sekali. Tolong jangan dipaksakan!” pinta Arsella. Mendengar rengekan Arsella membuat Axel mendengus. Dia tahu seharusnya dia melakukan pemanasan lebih lama. Tapi dia tak ingin melakukannya. Dia akhirnya meraba inti tubuhnya lagi dengan jemarinya. Dia harus membuat jalan yang lebih licin untuk menjadi akses masuknya. “Lebarkan kakimu jika kau tidak ingin ini terasa sakit.” Axel berusaha membuat jalan dengan salah satu jemarinya, tangannya yang lain berusaha mempermainkan titik tersebut. Arsella dibuat menggeliat tak karuan karena apa yang dilakukan Axel di bawah sana. Tubuhnya yang sudah tak lagi menggunakan sehelai benang pun m