All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 241 - Chapter 250

322 Chapters

Lepas Rindu, Lepas Baju

Tangan Selena meremas kemeja Damian begitu Damian menahan kepalanya untuk terus berada dalam posisi yang sama. Selena tak memberontak sama sekali, dia menikmatinya sebagaimana Damian menikmatinya juga. Keduanya larut dalam bertautan lidah. Sesekali mata mereka terbuka, bergantian hanya untuk saling menatap wajah satu sama lain. Dan begitu mata mereka akhirnya bertemu di detik yang sama, perlahan mereka saling menarik diri. Nafas mereka memendek untuk sesaat. Rambut Selena berantakan lagi akibat tangan Damian. “Aku merindukanmu,” bisik Damian sambil menatapi Selena dan mengusap rambutnya. “Kupikir aku juga merindukanmu. Aku awalnya tak merasakan apa pun. Tapi aku sangat senang bertemu denganmu.” Selena tersenyum mengakuinya. “Baiklah, sekarang waktunya aku mendapatkanmu. Aku belum menyentuhmu dalam waktu yang lama. Itu sangat menyiksaku,” goda Damian sambil melepaskan kancing kemejanya. Tangan Damian yang satunya tetap mendekap Selena
Read more

Kau Sangat Bersemangat

“Sebenarnya, aku tidak tahu berbedaan kau bercanda atau serius. Kadang semua yang kau lakukan seperti bercanda tapi kau serius. Kadang juga kau seperti serius padahal tengah bercanda. Aku benar-benar tidak bisa membedakannya,” jawab Selena. Damian membuka lutut Selena, dia berada di antara kedua kaki Selena. Damian membuka pengamannya di depan Selena dan menatapi Selena yang kelihatannya meragukan dirinya. “Apa kau tengah meragukanku?” Damian menghentikan gerakannya dan menatapi Selena. Selena meneguk ludahnya, memperhatikan pria yang duduk di antara kakinya itu. Selena menghela nafasnya panjang, hingga perutnya gemetar dan Damian bisa melihat itu. “Aku bukannya meragukanmu, aku hanya...” Damian segera bangkit dan kembali ke tasnya. Entah apa yang dia lakukan kali ini. Selena menoleh ke arah Damian lagi, memperhatikan apa yang dilakukan Damian dari tempatnya berbaring. Damian kembali lagi ke tempatnya, duduk di antara kaki
Read more

Putaran Berikutnya

Damian semula tak memperhatikan Selena yang bangkit dari kasur dan memungut pakaian yang berserakan. Dan saat Selena menggunakan salah satu pakaian itu, Damian sadar jika itu kemejanya, yang berukuran besar di tubuh Selena. Selena mengancingkannya dengan asal. “Bukankah itu milikku?” Damian terkekeh pelan. “Oh, ini sepertinya kemejamu. Aku akan memakainya sebentar, kok. Soalnya aku tidak punya pakaian bersih di sini. Untungnya aku menyimpan pakaian di lokerku.” Damian memperhatikan Selena yang berjalan mendekati buket bunga dengan kaki yang terbuka seperti itu. Sebenarnya pemandangan biasa melihat Selena dengan rok pendek, hanya saja ini berbeda karena kemeja Damian agak tembus pandang dan membuat Damian tergoda untuk menatapi tubuh Selena dari balik kemejanya itu. Apa lagi saat puncak dadanya Selena tercetak jelas di kemejanya. Dia tahu, dia baru saja keseluruhan tubuh Selena tadi malam. Hanya saja, penampilan Selena saat ini menggodanya lagi
Read more

Pria dengan Banyak Wanita

Selena merapikan rambutnya sambil berjalan dengan tenang seperti biasanya. Suasana hatinya sedang bagus karena Damian dan bagaimana pria itu mengekspresikan kasih sayangnya pada Selena. “Kau tidak melewati pintu depan?” Renata adalah orang yang sekarang tengah berjaga di bagian administrasi, menatapi Selena yang baru saja melakukan absen sidik jari tak jauh darinya. “Aku menginap di sini malam ini,” jawab Selena sambil terkekeh pelan ke arahnya. “Kau menginap di griya tawang?” tanya Renata sambil melebarkan matanya. “Uh... tidak. Sebenarnya, ada pacarku yang menyempatkan bermalam di sini. Jadi, aku bermalam bersamanya. Ah, aku lupa tentang penthouse. Benar juga, aku seharusnya tidak perlu menyewa kamar dan justru menikmati fasilitas khusus,” gumam Selena sedikit menyesal. “Tunggu, siapa sebenarnya pacarmu?” tanyanya dengan penasaran sambil mengecek tamu yang sudah check-out. Selena hanya mendekatinya dan tersenyum. Selena m
Read more

Acara Mendadak

Selena melebarkan matanya saat melihat Yohan yang ada di sana, dia bersama dengan keluarganya sedang bermain golf. Selena tersenyum ke arah seorang wanita muda yang menatapnya. “Jadi, kau adalah cucu keluarga Gallent, ya? Wah, senang rasanya bisa bertemu denganmu! Aku Emma, aku kakaknya Yohan. Yohan sudah bercerita tentangmu sedikit,” sapanya dengan ramah. Selena tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Meski dia tampak sedikit bingung kenapa Yohan menceritakan tentang dirinya kepada keluarganya, terutama kakaknya. Itu membuatnya sedikit tersipu karena lebih dikenal oleh orang lain saat ini. “Aku Selena,” ucap Selena tak luput dari senyumnya sama sekali. “Seperti yang Yohan bicarakan, kau tampak cantik dan manis.” Seorang pria tua terkekeh, suara rasanya terdengar seperti uang kertas yang bertebaran di sekitarnya. “Seperti yang Yohan bicarakan?” Selena tak bisa menghilangkan senyumnya, namun jelas dia bingung dengan situasi dan kondisi
Read more

Perkenalan Galeri Seni

Ternyata benar, tentang proyek yang tengah dikerjakan Damian berupa sebuah galeri seni. Dan malam itu, Damian tengah memperkenalkan galeri seni miliknya guna mengundang investor dalam proyeknya tersebut. Diketahui kalau sebenarnya tempat acaranya ada di pinggir kota. Hanya saja, karena terjadi kesalahan dan bentrokan, acaranya dialihkan ke hotel Gallent. “Apa kubilang.” Axel menatap Selena dengan tatapan penuh kemenangan. Selena mendengus, mengetahui kalau dirinya kalah taruhan. Dan dia harus mendiami Damian selama tiga bulan setelah ini karena taruhannya. Dia tak tahu bagaimana jadinya nanti, tapi membayangkan itu membuatnya merinding. Reaksi Damian pasti sangat mengerikan. Gadis itu memperhatikan Damian yang sangat berwibawa di panggung. Cara bicaranya yang sama sekali tidak terpotong membuat Selena terpana. Ini pertama kalinya, Selena menghadiri acara seperti ini. Belum lagi, orang-orang di sekitarnya terlihat sangat luar biasa. Begitu Dami
Read more

Griya Tawang

Selena berkenalan dengan cukup banyak orang dalam satu malam. Dia berkenalan dengan orang-orang penting karena Damian yang mengajaknya berkeliling menemui mereka. Dia jadi dikenal banyak orang juga, sekaligus mengenal banyak orang. Dia mulai memiliki jaringannya. “Mereka menghasilkan perabotan rumah tangga dengan kualitas yang sangat bagus. Kau pasti pernah melihat beberapa label mereka di mansion,” ucap Damian. “Ah, aku memang melihatnya. Semuanya terasa sangat nyaman,” timpal Selena. “Kalian tampak serasi. Apakah kalian belum memikirkan untuk segera menikah?” Pria yang sebelumnya tengah dipuji Damian karena produknya itu terkekeh pelan. “Ah, bukankah aku yang harusnya bertanya demikian. Usia kepala tigamu sudah berjalan setengahnya, bukankah kau yang seharusnya menikah lebih dulu?” balas Damian. Mereka tertawa. Selena memperhatikan bagaimana tawa Damian yang terkesan tenang. Dia juga berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih tenang
Read more

Aktivitas Lain

Damian melingkarkan tangannya pada paha Selena, mengangkat tubuh Selena dengan lengan kirinya. Tubuh Selena bertumpu pada lengan kiri Damian, dan Selena melingkarkan tangannya di leher Damian, menatapi mata pria itu yang sekarang lebih rendah darinya. “Aku suka digendong, meski kadang rasanya menyakitkan dan membuatku pegal serta sakit badan.” Selena terkekeh pelan setelah mengakui hal tersebut, yang membuat Damian selaku orang yang sering menggendongnya hanya bisa terkekeh mendengar pengakuan Selena. Keduanya memasuki kamar mandi. Damian menaruh Selena di sekitar wastafel. Selena duduk memperhatikan pria itu yang menyalakan keran untuk memenuhi bak mandi. “Aku tidak akan berendam, aku akan mandi di bawah pancuran dengan cepat. Sebentar lagi makanan kita datang. Aku tidak mau berlama-lama di kamar mandi. Nanti waktu kita untuk menonton film juga sedikit,” keluh Selena. “Baiklah.” Damian hanya menghela nafasnya dan mematikan keran yan
Read more

Sekutu

Selena membuka matanya, merasakan lengan besar mendekapnya dengan kuat. Selena tersenyum sambil bersandar ke belakang. Damian mendekapnya sepanjang malam, dia bisa merasakan tubuh hangat Damian. Damian juga terbangun saat merasakan tubuh Selena menekan ke arah tubuhnya. Dengan menarik Selena lebih dekat, Damian mengecup bahunya juga. Selena yang masih agak mengantuk hanya bisa terkikik geli. Keduanya tidur tanpa sehelai benang, bisa diketahui dengan pasti apa yang terjadi semalam setelah mereka menikmati makanannya sambil menonton. Keduanya memulai hari dengan berendam bersama. Damian mendekap Selena lagi, yang duduk di antara kedua kakinya, merasakan tubuhnya tetap saling berdempetan.Selesai mandi, keduanya pergi untuk sarapan. Mereka menikmati sarapan yang disajikan hotel. Seperti rencana Selena kemarin, Selena ingin sarapan di hotel. Dia ingin mencicipi banyak hal. Tengah menikmati makanannya, Selena melihat ke arah keluarga Yohan. Sayangny
Read more

Fakta yang Membebani

“Memangnya kau tidak senang jika akhirnya kau bisa membalas dendam pada orang yang membunuh ibumu? Kau seharusnya senang, apa lagi dia benar-benar ibu kandungmu.” Axel menatapi Selena tak percaya jika Selena justru menganggapnya menyeramkan karena keinginannya untuk balas dendam. “Aku ingin memenjarakan mereka, sangat ingin. Menurutku, itu lebih pantas untuk mereka.” Damian tertawa. Dia jelas tahu jika Selena memang polos. Namun, itu membuat Selena hanya menatap ke arah Damian dengan tatapan bingung dengan tawa Damian yang renyah. “Polisi tidak bisa dipercaya. Jangan terlalu percaya pada mereka!” Damian meredakan tawanya. “Dia benar. Mereka mudah untuk disogok dan mereka juga mudah dimanipulasi,” tambah Axel. Selena terdiam sejenak. Dia kemudian teringat akan sesuatu. Di masa lalu, saat kasusnya yang dianiaya oleh Alice, Damian menguruskan semua itu ke polisi dan pengadilan. Dia juga sempat bersaksi dari rumah sakit tentang
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
33
DMCA.com Protection Status