Selena berkenalan dengan cukup banyak orang dalam satu malam. Dia berkenalan dengan orang-orang penting karena Damian yang mengajaknya berkeliling menemui mereka. Dia jadi dikenal banyak orang juga, sekaligus mengenal banyak orang. Dia mulai memiliki jaringannya.
“Mereka menghasilkan perabotan rumah tangga dengan kualitas yang sangat bagus. Kau pasti pernah melihat beberapa label mereka di mansion,” ucap Damian.“Ah, aku memang melihatnya. Semuanya terasa sangat nyaman,” timpal Selena.“Kalian tampak serasi. Apakah kalian belum memikirkan untuk segera menikah?” Pria yang sebelumnya tengah dipuji Damian karena produknya itu terkekeh pelan.“Ah, bukankah aku yang harusnya bertanya demikian. Usia kepala tigamu sudah berjalan setengahnya, bukankah kau yang seharusnya menikah lebih dulu?” balas Damian.Mereka tertawa. Selena memperhatikan bagaimana tawa Damian yang terkesan tenang. Dia juga berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih tenangDamian melingkarkan tangannya pada paha Selena, mengangkat tubuh Selena dengan lengan kirinya. Tubuh Selena bertumpu pada lengan kiri Damian, dan Selena melingkarkan tangannya di leher Damian, menatapi mata pria itu yang sekarang lebih rendah darinya. “Aku suka digendong, meski kadang rasanya menyakitkan dan membuatku pegal serta sakit badan.” Selena terkekeh pelan setelah mengakui hal tersebut, yang membuat Damian selaku orang yang sering menggendongnya hanya bisa terkekeh mendengar pengakuan Selena. Keduanya memasuki kamar mandi. Damian menaruh Selena di sekitar wastafel. Selena duduk memperhatikan pria itu yang menyalakan keran untuk memenuhi bak mandi. “Aku tidak akan berendam, aku akan mandi di bawah pancuran dengan cepat. Sebentar lagi makanan kita datang. Aku tidak mau berlama-lama di kamar mandi. Nanti waktu kita untuk menonton film juga sedikit,” keluh Selena. “Baiklah.” Damian hanya menghela nafasnya dan mematikan keran yan
Selena membuka matanya, merasakan lengan besar mendekapnya dengan kuat. Selena tersenyum sambil bersandar ke belakang. Damian mendekapnya sepanjang malam, dia bisa merasakan tubuh hangat Damian. Damian juga terbangun saat merasakan tubuh Selena menekan ke arah tubuhnya. Dengan menarik Selena lebih dekat, Damian mengecup bahunya juga. Selena yang masih agak mengantuk hanya bisa terkikik geli. Keduanya tidur tanpa sehelai benang, bisa diketahui dengan pasti apa yang terjadi semalam setelah mereka menikmati makanannya sambil menonton. Keduanya memulai hari dengan berendam bersama. Damian mendekap Selena lagi, yang duduk di antara kedua kakinya, merasakan tubuhnya tetap saling berdempetan.Selesai mandi, keduanya pergi untuk sarapan. Mereka menikmati sarapan yang disajikan hotel. Seperti rencana Selena kemarin, Selena ingin sarapan di hotel. Dia ingin mencicipi banyak hal. Tengah menikmati makanannya, Selena melihat ke arah keluarga Yohan. Sayangny
“Memangnya kau tidak senang jika akhirnya kau bisa membalas dendam pada orang yang membunuh ibumu? Kau seharusnya senang, apa lagi dia benar-benar ibu kandungmu.” Axel menatapi Selena tak percaya jika Selena justru menganggapnya menyeramkan karena keinginannya untuk balas dendam. “Aku ingin memenjarakan mereka, sangat ingin. Menurutku, itu lebih pantas untuk mereka.” Damian tertawa. Dia jelas tahu jika Selena memang polos. Namun, itu membuat Selena hanya menatap ke arah Damian dengan tatapan bingung dengan tawa Damian yang renyah. “Polisi tidak bisa dipercaya. Jangan terlalu percaya pada mereka!” Damian meredakan tawanya. “Dia benar. Mereka mudah untuk disogok dan mereka juga mudah dimanipulasi,” tambah Axel. Selena terdiam sejenak. Dia kemudian teringat akan sesuatu. Di masa lalu, saat kasusnya yang dianiaya oleh Alice, Damian menguruskan semua itu ke polisi dan pengadilan. Dia juga sempat bersaksi dari rumah sakit tentang
“Kau akan menikahinya?” Selena melebarkan matanya saat Axel membuat keputusan cukup cepat. Damian juga mengangkat alisnya melihat Axel yang terlalu cepat dalam mengambil keputusan seperti itu. Apa lagi, Axel dan Arsella tidak begitu cukup mengenal satu sama lain. Damian bisa mencium sesuatu yang aneh yang sedang Axel rencanakan, namun dia hanya menutup mulutnya. “Ya, menurutku, aku sudah cukup melajangnya. Aku juga ingin punya seseorang yang menungguku pulang ke rumah,” ucap Axel sambil tersenyum ke arah Selena. “Aku tidak mencium ketulusan dalam ucapanmu,” cibir Damian sambil menatapi Axel tak percaya. “Kau mau mencium ketiakku saja?” “Berengsek kau!” Selena mendesis, dia merasa jijik dengan ucapan Axel yang seperti itu. “Kau tahu, pernikahan impian semua orang adalah sekali seumur hidup,” ucap Damian. “Aku tahu. Makanya, aku akan memilihnya. Dia mencintaiku duluan. Kurasa aku tidak akan takut dia berpaling atau
Dalam kasus ini, semua orang bisa dengan jelas melihat motif Axel. Meski motifnya terlalu jelas, wajah Axel dan keteguhannya membuat siapa pun meragukan motifnya tersebut. “Kau yakin tentang ini? Dia kan, putri dari orang yang membunuh ibumu. Begitu pula Selena... aku tidak yakin Selena bisa menerimanya,” gumam Kakek sambil menggeleng ragu. “Aku bisa menerimanya. Tentang reaksiku barusan, sebenarnya aku hanya kaget jika Axel mengatakannya malam ini juga. Kami baru membicarakan hal ini hari ini,” jelas Selena. “Kau yakin, Selena?” Nenek menatapi Selena, terlihat jelas jika dia hanya khawatir. Selena menganggukkan kepalanya. Dia yakin akan keputusannya menerima Arsella. Toh, dia hanya memikirkan kalau Arsella tidak bersalah, terlepas dari Arsella berusaha menyakitinya. Sementara itu, Kakek menatap Axel dengan tatapan skeptis, mengenai apa sebenarnya niat Axel. Dia tidak tahu apakah Selena mengetahui atau tidak. Yang jelas, Kakek tidak
Selena: Aku bertaruh dengan Axel sebelumnya tentang proyek apa yang kau kerjakan. Dan dia bilang kalau itu galeri seni. Jadi, aku kalah taruhan dan aku harus mendiamimu selama tiga bulan. Damian: Oh, ya? Kau sepertinya sering mengobrol dengannya dan karena kalian tinggal di rumah yang sama, kalian sepertinya semakin dekat saja. Selena: Kami hanya kakak dan adik. Kakek dan Nenek tidak tahu menahu tentang hubungan kami di masa lalu. Jadi, kuharap kau tidak membahasnya juga di depan mereka. Biarkan itu terkubur sendiri. Damian: Pantas saja mereka benar-benar memperlakukan kalian seperti cucunya. Selena: Kami memang cucu mereka. Meski tidak ada hubungan darah, kelihatannya hubungan Axel dan keluarga ini terbentuk seiring waktu yang telah berlalu. Kakek dan nenek bahkan akan memberikan banyak hal yang Axel butuhkan tentang pernikahannya. Bahkan nenek memberikannya vila! Wah, aku tidak menyangka Axel bisa mendapatkan hati mereka seutuhnya.
“Ah, tentang cincin ini... Sebenarnya, Damian hanya ingin menandaiku dulu kalau aku sudah dia miliki. Dia bilang akan melakukannya dengan benar nanti.” Selena menyengir ke arah neneknya sambil menyembunyikan tangannya. Dia merasa malu kalau digoda seperti itu oleh neneknya. Rona merah timbul di pipi tembamnya. “Pria biasanya tidak bisa memegang omongannya,” umpat Kakek, terdengar kecewa. “Dia hanya perlu waktu. Dia kan, sedang sibuk dengan galeri seni itu. Lagi pula, sejauh ini aku sangat mempercayainya. Dia sangat baik padaku sejak aku bukan siapa-siapa.”Dengan nada merayu, Selena menatapi kakeknya. Suaranya yang sedikit dibuat manis memang digunakan untuk memancing kakeknya agar lebih tenang dan mengikuti keinginannya. “Ya, ya, ya. Kakek akan menunggu,” ucap Kakek sambil menghela nafasnya pasrah. Nenek hanya tersenyum sambil menggeleng pelan. Selena sudah semakin hebat dalam mengambil hati kakeknya itu agar tak banyak bic
Ini sedikit ironis bagi Selena. Jika Renata tahu semua masa lalunya, kemungkinan besar dia tidak akan mengatakan hal seperti itu. Dan justru akan terdengar sangat syok kalau tahu hubungan Axel da Selena di masa lalu. Tapi bagi Selena, semuanya hanya masa lalu. Hari itu, Selena pergi ke rumah ibunya bersama Axel. Akhirnya mereka pergi ke rumah itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya bagi Axel datang ke sana. Dia sempat datang beberapa kali untuk mengambil barangnya atau sekedar berdiam diri di rumah yang telah kosong itu. “Ngomong-ngomong kenapa kau tidak menempati rumah ini saja setelah menikah nanti?” Selena menatapi rumah yang berdebu dan ada banyak kotoran kayu. Kelihatannya rumah yang tidak terawat cukup lama ini jarang ada yang membersihkannya juga. “Aku tidak akan melakukannya. Entah kenapa aku merasa kau tidak akan suka ide itu,” balas Axel. “Kenapa? Santai saja, dan gunakan rumah ini, dari pada tidak dipakai sama sekali. Ka
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann