Selena melebarkan matanya saat melihat Yohan yang ada di sana, dia bersama dengan keluarganya sedang bermain golf. Selena tersenyum ke arah seorang wanita muda yang menatapnya.
“Jadi, kau adalah cucu keluarga Gallent, ya? Wah, senang rasanya bisa bertemu denganmu! Aku Emma, aku kakaknya Yohan. Yohan sudah bercerita tentangmu sedikit,” sapanya dengan ramah.Selena tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Meski dia tampak sedikit bingung kenapa Yohan menceritakan tentang dirinya kepada keluarganya, terutama kakaknya. Itu membuatnya sedikit tersipu karena lebih dikenal oleh orang lain saat ini.“Aku Selena,” ucap Selena tak luput dari senyumnya sama sekali.“Seperti yang Yohan bicarakan, kau tampak cantik dan manis.” Seorang pria tua terkekeh, suara rasanya terdengar seperti uang kertas yang bertebaran di sekitarnya.“Seperti yang Yohan bicarakan?” Selena tak bisa menghilangkan senyumnya, namun jelas dia bingung dengan situasi dan kondisiTernyata benar, tentang proyek yang tengah dikerjakan Damian berupa sebuah galeri seni. Dan malam itu, Damian tengah memperkenalkan galeri seni miliknya guna mengundang investor dalam proyeknya tersebut. Diketahui kalau sebenarnya tempat acaranya ada di pinggir kota. Hanya saja, karena terjadi kesalahan dan bentrokan, acaranya dialihkan ke hotel Gallent. “Apa kubilang.” Axel menatap Selena dengan tatapan penuh kemenangan. Selena mendengus, mengetahui kalau dirinya kalah taruhan. Dan dia harus mendiami Damian selama tiga bulan setelah ini karena taruhannya. Dia tak tahu bagaimana jadinya nanti, tapi membayangkan itu membuatnya merinding. Reaksi Damian pasti sangat mengerikan. Gadis itu memperhatikan Damian yang sangat berwibawa di panggung. Cara bicaranya yang sama sekali tidak terpotong membuat Selena terpana. Ini pertama kalinya, Selena menghadiri acara seperti ini. Belum lagi, orang-orang di sekitarnya terlihat sangat luar biasa. Begitu Dami
Selena berkenalan dengan cukup banyak orang dalam satu malam. Dia berkenalan dengan orang-orang penting karena Damian yang mengajaknya berkeliling menemui mereka. Dia jadi dikenal banyak orang juga, sekaligus mengenal banyak orang. Dia mulai memiliki jaringannya. “Mereka menghasilkan perabotan rumah tangga dengan kualitas yang sangat bagus. Kau pasti pernah melihat beberapa label mereka di mansion,” ucap Damian. “Ah, aku memang melihatnya. Semuanya terasa sangat nyaman,” timpal Selena. “Kalian tampak serasi. Apakah kalian belum memikirkan untuk segera menikah?” Pria yang sebelumnya tengah dipuji Damian karena produknya itu terkekeh pelan. “Ah, bukankah aku yang harusnya bertanya demikian. Usia kepala tigamu sudah berjalan setengahnya, bukankah kau yang seharusnya menikah lebih dulu?” balas Damian. Mereka tertawa. Selena memperhatikan bagaimana tawa Damian yang terkesan tenang. Dia juga berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih tenang
Damian melingkarkan tangannya pada paha Selena, mengangkat tubuh Selena dengan lengan kirinya. Tubuh Selena bertumpu pada lengan kiri Damian, dan Selena melingkarkan tangannya di leher Damian, menatapi mata pria itu yang sekarang lebih rendah darinya. “Aku suka digendong, meski kadang rasanya menyakitkan dan membuatku pegal serta sakit badan.” Selena terkekeh pelan setelah mengakui hal tersebut, yang membuat Damian selaku orang yang sering menggendongnya hanya bisa terkekeh mendengar pengakuan Selena. Keduanya memasuki kamar mandi. Damian menaruh Selena di sekitar wastafel. Selena duduk memperhatikan pria itu yang menyalakan keran untuk memenuhi bak mandi. “Aku tidak akan berendam, aku akan mandi di bawah pancuran dengan cepat. Sebentar lagi makanan kita datang. Aku tidak mau berlama-lama di kamar mandi. Nanti waktu kita untuk menonton film juga sedikit,” keluh Selena. “Baiklah.” Damian hanya menghela nafasnya dan mematikan keran yan
Selena membuka matanya, merasakan lengan besar mendekapnya dengan kuat. Selena tersenyum sambil bersandar ke belakang. Damian mendekapnya sepanjang malam, dia bisa merasakan tubuh hangat Damian. Damian juga terbangun saat merasakan tubuh Selena menekan ke arah tubuhnya. Dengan menarik Selena lebih dekat, Damian mengecup bahunya juga. Selena yang masih agak mengantuk hanya bisa terkikik geli. Keduanya tidur tanpa sehelai benang, bisa diketahui dengan pasti apa yang terjadi semalam setelah mereka menikmati makanannya sambil menonton. Keduanya memulai hari dengan berendam bersama. Damian mendekap Selena lagi, yang duduk di antara kedua kakinya, merasakan tubuhnya tetap saling berdempetan.Selesai mandi, keduanya pergi untuk sarapan. Mereka menikmati sarapan yang disajikan hotel. Seperti rencana Selena kemarin, Selena ingin sarapan di hotel. Dia ingin mencicipi banyak hal. Tengah menikmati makanannya, Selena melihat ke arah keluarga Yohan. Sayangny
“Memangnya kau tidak senang jika akhirnya kau bisa membalas dendam pada orang yang membunuh ibumu? Kau seharusnya senang, apa lagi dia benar-benar ibu kandungmu.” Axel menatapi Selena tak percaya jika Selena justru menganggapnya menyeramkan karena keinginannya untuk balas dendam. “Aku ingin memenjarakan mereka, sangat ingin. Menurutku, itu lebih pantas untuk mereka.” Damian tertawa. Dia jelas tahu jika Selena memang polos. Namun, itu membuat Selena hanya menatap ke arah Damian dengan tatapan bingung dengan tawa Damian yang renyah. “Polisi tidak bisa dipercaya. Jangan terlalu percaya pada mereka!” Damian meredakan tawanya. “Dia benar. Mereka mudah untuk disogok dan mereka juga mudah dimanipulasi,” tambah Axel. Selena terdiam sejenak. Dia kemudian teringat akan sesuatu. Di masa lalu, saat kasusnya yang dianiaya oleh Alice, Damian menguruskan semua itu ke polisi dan pengadilan. Dia juga sempat bersaksi dari rumah sakit tentang
“Kau akan menikahinya?” Selena melebarkan matanya saat Axel membuat keputusan cukup cepat. Damian juga mengangkat alisnya melihat Axel yang terlalu cepat dalam mengambil keputusan seperti itu. Apa lagi, Axel dan Arsella tidak begitu cukup mengenal satu sama lain. Damian bisa mencium sesuatu yang aneh yang sedang Axel rencanakan, namun dia hanya menutup mulutnya. “Ya, menurutku, aku sudah cukup melajangnya. Aku juga ingin punya seseorang yang menungguku pulang ke rumah,” ucap Axel sambil tersenyum ke arah Selena. “Aku tidak mencium ketulusan dalam ucapanmu,” cibir Damian sambil menatapi Axel tak percaya. “Kau mau mencium ketiakku saja?” “Berengsek kau!” Selena mendesis, dia merasa jijik dengan ucapan Axel yang seperti itu. “Kau tahu, pernikahan impian semua orang adalah sekali seumur hidup,” ucap Damian. “Aku tahu. Makanya, aku akan memilihnya. Dia mencintaiku duluan. Kurasa aku tidak akan takut dia berpaling atau
Dalam kasus ini, semua orang bisa dengan jelas melihat motif Axel. Meski motifnya terlalu jelas, wajah Axel dan keteguhannya membuat siapa pun meragukan motifnya tersebut. “Kau yakin tentang ini? Dia kan, putri dari orang yang membunuh ibumu. Begitu pula Selena... aku tidak yakin Selena bisa menerimanya,” gumam Kakek sambil menggeleng ragu. “Aku bisa menerimanya. Tentang reaksiku barusan, sebenarnya aku hanya kaget jika Axel mengatakannya malam ini juga. Kami baru membicarakan hal ini hari ini,” jelas Selena. “Kau yakin, Selena?” Nenek menatapi Selena, terlihat jelas jika dia hanya khawatir. Selena menganggukkan kepalanya. Dia yakin akan keputusannya menerima Arsella. Toh, dia hanya memikirkan kalau Arsella tidak bersalah, terlepas dari Arsella berusaha menyakitinya. Sementara itu, Kakek menatap Axel dengan tatapan skeptis, mengenai apa sebenarnya niat Axel. Dia tidak tahu apakah Selena mengetahui atau tidak. Yang jelas, Kakek tidak
Selena: Aku bertaruh dengan Axel sebelumnya tentang proyek apa yang kau kerjakan. Dan dia bilang kalau itu galeri seni. Jadi, aku kalah taruhan dan aku harus mendiamimu selama tiga bulan. Damian: Oh, ya? Kau sepertinya sering mengobrol dengannya dan karena kalian tinggal di rumah yang sama, kalian sepertinya semakin dekat saja. Selena: Kami hanya kakak dan adik. Kakek dan Nenek tidak tahu menahu tentang hubungan kami di masa lalu. Jadi, kuharap kau tidak membahasnya juga di depan mereka. Biarkan itu terkubur sendiri. Damian: Pantas saja mereka benar-benar memperlakukan kalian seperti cucunya. Selena: Kami memang cucu mereka. Meski tidak ada hubungan darah, kelihatannya hubungan Axel dan keluarga ini terbentuk seiring waktu yang telah berlalu. Kakek dan nenek bahkan akan memberikan banyak hal yang Axel butuhkan tentang pernikahannya. Bahkan nenek memberikannya vila! Wah, aku tidak menyangka Axel bisa mendapatkan hati mereka seutuhnya.