"Sayang, sudahlah, jangan membuat masalah. Ayo kita pergi," ucap Adira setengah berbisik saat sadar beberapa pengunjung tengah memperhatikan mereka dari kejauhan."Baik, sesuai permintaan Istriku. Kita pergi sekarang," ucapnya lembut seraya menatap teduh ke arah Adira, sebelum wajahnya mendekat dan mengecup puncak kepala milik sang istri.Hal itu sontak membuat hati Keenan semakin memanas. Hingga dadanya terasa sesak dan sedikit kesulitan untuk bernafas."Om baik, Naura pergi dulu, ya," pamit Naura dengan suara cadel khas balita. Membuat sesaknya dada Keenan terasa sedikit melonggar.Kini ketiganya mulai beranjak pergi. Mata Adira sesekali melirik ke arah pria yang pernah ia harapkan membahagiakan hidupnya dulu. Namun sekarang harapan itu telah pupus. Bahkan kenangan pahit yang pernah ditangkap memori otaknya berusaha ia hilangkan untuk saat ini.Mungkin, harapan Keenan untuk memupuk kembali hubungan mereka tidak akan pernah terlaksana.Kini tatapan nanar Keenan layangkan, mengiringi
Read more