All Chapters of Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Chapter 61 - Chapter 70

113 Chapters

Aku mau es krim!

Lama Adira menatap ke seberang jalan dengan keraguan yang kembali menyelimuti hati."Mama, kenapa kita berhenti di sini? Ayo pergi!" rengek Naura dengan kedua tangannya yang tak berhenti menarik ujung baju ibunya."Ki-kita pergi sekarang." Adira nampak gelagapan kala tersadar dari lamunannya. Ia tak bisa melakukan apa pun selain menuruti kemauan putri kecilnya.Setelah beranjak menyebrang jalan. Kini Adira menatap ragu ke arah pintu minimarket yang berada di hadapannya.Perasaan harap-harap cemas mulai ia rasakan. Dirinya berharap tidak akan bertemu dengan sang mantan mertua yang akan mengenalinya saat berada di dalam nanti."Mama! Ayo!" Namun teriakkan Naura berhasil mengejutkan semua orang yang berada di sekitar mereka. Kini beberapa pasang mata mulai mengamati dengan tatapan penuh tanya. Tak terkecuali Betari yang baru keluar dari dalam minimarket. Wanita paruh baya itu nampak memicing sebelum terkejut dengan kehadiran Adira di hadapannya."Wah, wah ... lihat siapa yang datang," uc
Read more

Kerinduan yang terpendam

"Apa yang ingin kamu makan untuk saat ini, Sayang?" tanya Aksa memastikan, tanpa menghilangkan fokusnya pada jalanan.Jujur saja, selama tinggal di luar negeri. Adira tak sekali pun menemukan makan favoritnya di sana. Hingga membuat rasa laparnya kembali bergejolak saat mengingat kembali nikmatnya bakso dan es kelapa muda yang menjadi makanan favoritnya sejak lama."Em ... bisakah kita mencari warung bakso? Aku ingin memakan itu untuk saat ini," jawab Adira dengan keraguan. Ia tak yakin sang suami mau diajak untuk menikmati makanan di warung kecil yang terletak di pinggir jalan."Oke, kita hari ini makan bakso," jawab Aksa tanpa keraguan. Hal itu sontak membuat Adira kembali tertegun untuk beberapa saat. Sebelum kedua sudut bibirnya menyunggingkan senyum puas.Setelah beberapa menit kemudian, mobil mewah itu akhirnya berhenti di sebuah warung yang terletak di pinggiran jalan besar."Tunggu sebentar, aku akan membukakan pintu untuk kalian," ucap Aksa sebelum keluar dari dalam mobil.Ad
Read more

Kecemburuan Adira

Setelah menghabiskan makanan mereka. Kini ketiganya kembali beranjak menaiki mobil. Nampak senyuman kebahagiaan muncul dari bapak tua pemilik warung, yang tengah mengantar kepergian mereka. Setelah Aksa membayarnya dengan beberapa lembar uang kertas berwarna merah tanpa meminta kembalian.Adira tidak pernah mengira sebelumnya. Jika suaminya yang bersikap sangat dingin di depan orang lain, bisa merasakan iba pada sosok pria tua yang tengah menunggu pelanggan singah di warungnya dengan begitu sabar."Jadi kita mau cari angin ke mana?" Aksa nampak kebingungan dengan arah tujuan yang hendak mereka tuju."Beli es krim!" teriak Naura dengan wajah girangnya.Ya, Aksa sebenarnya hampir melupakan itu. Untungnya Naura dengan semangatnya yang luar biasa sempat mengingatkan.Kini mobil mewah berwarna silver itu kembali menerobos bisingnya kota, untuk mencari gerai es krim ternama yang terletak di kota itu.Sesaat kemudian, mobil itu kembali berhenti di sebuah halaman parkir luas yang terlihat cuk
Read more

Pertemuan yang tidak disengaja

"Hay, namamu Naura ya?"Naura yang baru keluar dari dalam kamar kecil pun sontak terkejut, saat seorang pria tampan yang terlihat seumuran dengan sang ibu datang menghampirinya.Pria itu nampak tersenyum dalam balutan seragam kaos berwarna biru gelap dan celemek yang menggantung di lehernya. Berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan Naura yang jauh lebih pendek darinya."Om, siapa?" tanya Naura polos dengan beberapa kali mengedipkan mata."Panggil Om Keenan. Om adalah teman Mama Naura. Jadi, jangan takut," jelasnya dengan tersenyum tipis."Naura kenapa di sini sendiri? Keluyuran di tempat ramai itu berbahaya loh. Mama Naura di mana?" imbuh Keenan dengan tatapan khawatir. Tak ada sedikit pun ia menaruh dendam, pada gadis kecil yang menyebabkannya berpisah dengan Adira saat kehamilan itu terjadi."Itu! Mama dan Ayah sedang makan es krim di sana," ujar Naura seraya menunjuk ke arah meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri.Sementara Keenan pun menatap ke mana jari telunjuk Naura mengar
Read more

Foto keluarga

"Sayang, sudahlah, jangan membuat masalah. Ayo kita pergi," ucap Adira setengah berbisik saat sadar beberapa pengunjung tengah memperhatikan mereka dari kejauhan."Baik, sesuai permintaan Istriku. Kita pergi sekarang," ucapnya lembut seraya menatap teduh ke arah Adira, sebelum wajahnya mendekat dan mengecup puncak kepala milik sang istri.Hal itu sontak membuat hati Keenan semakin memanas. Hingga dadanya terasa sesak dan sedikit kesulitan untuk bernafas."Om baik, Naura pergi dulu, ya," pamit Naura dengan suara cadel khas balita. Membuat sesaknya dada Keenan terasa sedikit melonggar.Kini ketiganya mulai beranjak pergi. Mata Adira sesekali melirik ke arah pria yang pernah ia harapkan membahagiakan hidupnya dulu. Namun sekarang harapan itu telah pupus. Bahkan kenangan pahit yang pernah ditangkap memori otaknya berusaha ia hilangkan untuk saat ini.Mungkin, harapan Keenan untuk memupuk kembali hubungan mereka tidak akan pernah terlaksana.Kini tatapan nanar Keenan layangkan, mengiringi
Read more

Rencana kepergian Sean

"Em ... Adira." Panggilan lirih itu membuat kepala Adira berputar menghadap sumber suara.Pemuda tampan dengan balutan kaos hitam itu tengah menatapnya penuh arti."Apakah kamu bersedia untuk kembali bersamaku ke rumah kita?" imbuhnya dengan sedikit keraguan dalam hati. Matanya yang berembun menatap teduh ke arah wanita cantik yang tak akan bisa ia gapai sampai kapan pun.Helaan nafas panjang terdengar cukup jelas, sebelum Adira mulai bersuara. "Sepertinya itu tidak mungkin terjadi, Sean," jawabnya dengan raut kekhawatiran."Huh! Seperti dugaanku," timpal Sean dengan tersenyum getir. Manik coklatnya menatap lurus ke arah rumput yang tengah ia pijak."Maafkan aku, Sean," ucap Adira parau dengan tangis yang bersusah payah ia tahan. Mengingat pengorbanan Sean yang tidak mudah untuk menghidupi dirinya dan Naura sejak dalam kandungan."Tidak perlu mengucapkan kata maaf. Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Disini, hanya aku yang terlalu banyak berharap," ucapnya dengan tersenyum getir.
Read more

Ayo buat yang ada gajahnya!

Tok! Tok! Tok!Buku-buku jari kecil itu beberapa kali terlihat mengetuk pintu sebuah ruangan. Hingga beberapa saat kemudian, pintu yang sebelumnya tertutup, perlahan terbuka lebar."Naura? Ada apa? Ini sudah malam sekali. Sudah melewati jam tidurmu. Kenapa kamu belum tidur?" tanya Sean yang kebingungan melihat gadis kecilnya berdiri di depan pintu kamar."Papa, Naura datang untuk meminta maaf atas sikap Naura tadi siang," ucap Naura dengan tertunduk lesu. Wajahnya tak berani mendongak, menatap Sean yang tengah berdiri di ambang pintu.Pemuda itu seketika menghela nafas panjang, sebelum berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan Naura yang tengah memeluk boneka kesayangannya."Tidak apa-apa, Papa tidak marah, kok," lirihnya seraya mengusap lembut puncak kepala sang putri."Papa Sean akan pergi besok kan?"Pemuda itu lantas mengangguk pasti tanpa keraguan."Bolehkah Naura tidur dengan Papa Sean malam ini?" Tanyanya dengan ragu, seraya mengayun-ayunkan kedua tangannya untuk beberapa kali
Read more

Telur buatan Papa Sean

Keesokan harinya."Naura, ayo bangun, Sayang."Suara berat itu menjadi sambutan hangat bagi Naura setiap pagi. Dengan kecupan ringan yang mendarat di dahi kecilnya untuk beberapa kali. Nampaknya Naura akan merindukan sambutan itu setelah hari ini berganti.Nampak gadis kecil itu mengerjap sesaat, sebelum melihat dengan jelas wajah malaikat yang menjadi penyemangat hidupnya. "Papa, apa ini sudah pagi?" tanya gadis itu dengan suara serak, seraya beberapa kali mengusap kedua matanya."Iya, ayo cepat bangun!" ucap pemuda itu lembut. Setelahnya membantu sang putri untuk terduduk di atas tempat tidur.Melihat Sean yang telah berpakaian rapi, dengan balutan jaket jeans yang menandakan ia akan pergi, membuat Naura dengan cepat memeluk tubuh kekar itu."Naura, ada apa? Ayo cepat mandi!" pinta Sean dengan memegangi tangan Naura yang merasa enggan untuk melepaskan pelukan dari tubuhnya.Gadis kecil itu pun sontak menggeleng cepat.Sean tertegun untuk sesaat, setelah merasakan rembesan air mata y
Read more

Selamat jalan, Papa Sean

Sampai pada akhirnya, waktu yang tak ditunggu-tunggu itu tiba.Dengan berat hati, keluarga kecil itu mengantarkan Sean ke bandara untuk segera terbang mewujudkan mimpinya.Terlihat raut penuh kekecewaan dari gadis kecil yang tengah duduk di pangkuannya."Naura, kenapa cemberut begitu? Ayo senyum," ucap Sean yang menyadari hal itu.Namun Naura sama sekali tidak menggubris ucapannya. Gadis kecil itu menatap ke arah luar jendela mobil dengan harap-harap cemas. Ia tak ingin segera sampai di tempat tujuan.Namun harapan itu mustahil akan terjadi. Kini mobil mewah berwarna putih yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di depan bandara.Keempatnya mulai terlihat beranjak turun dengan berat hati. Tak ada kebahagiaan sedikit pun mengiringi kepergian itu."Sean, kami akan mengantarmu sampai kamu memasuki pesawat, setelah itu kami akan pulang," ucap Aksa dengan tatapan sendu."Tidak usah, Om. Sebaiknya kalian segera pulang. Jika kalian tetap di sini, aku takut akan berubah pikiran," jawab Sean de
Read more

Ibu panti telah meninggal

"Sayang, jangan bicara sembarangan!" bisik Adira seraya mencubit pelan lengan sang suami yang tengah tertawa ria.Aksa nampak memutar kepala menghadap ke arah sang istri dengan tersenyum kecil, sebelum kembali mengedarkan pandangan matanya ke segala penjuru ruangan."Bu Idah, sebenarnya kedatangan saya hari ini untuk bertemu dengan Ibu Jasmine. Tapi kenapa sejak tadi saya tidak melihatnya? Ke mana dia?" tanya Aksa dengan wajah berbinar.Namun, raut kebahagiaan yang terpancar dari wajah keriput wanita itu seketika sirna. Kala mendengar kembali nama almarhumah sahabatnya yang merupakan kepala panti kembali di sebut."Bu Idah, ada apa?" tanya Aksa kala menyadari kesedihan yang seketika menghiasi wajah keriput itu.Penggalan demi penggalan ingatan masa lalu kembali terlintas di kepala Aksa. Bahkan kalimat terakhir yang ibu kepala panti ucapkan sebelum dirinya pergi masih terngiang-ngiang dalam kepalanya."Le, jadilah orang sukses setelah keluar dari tempat ini. Jika kehidupan di luar sana
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status