All Chapters of Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Chapter 41 - Chapter 50

113 Chapters

Terjebak di negara lain

Sean yang frustasi tak mampu melakukan apa pun selain memijat pelipisnya. Sekeras apa pun ia berfikir tak akan mengubah keadaan."Sudahlah, nanti aku akan memikirkan cara lain. Kepalaku rasanya hampir pecah," timpal Sean dengan kedua tangan memegangi kepalanya."Ayo! Kamu masih bisa jalan kan?" Sean melirik Adira untuk sekilas sebelum beranjak turun dari dalam helikopter.Adira yang masih membeku di tempat semula seketika memutar kepala menuju sumber suara. "Kemana?""Rumahku. Aku membangun rumah rahasia selama bersekolah di negara ini," jawab Sean tanpa menoleh. Melompat dari pintu helikopter yang letaknya lebih tinggi dari tanah.Adira terdiam untuk sejenak. Ada sedikit keraguan dan kewaspadaan yang menyelimuti hatinya."Woy! Mau ikut tidak?" teriak Sean dari luar helikopter.Kaki Adira yang terasa nyeri dan mati rasa ia paksa bangkit. Berjalan tertatih-tatih menuju pintu helikopter. Namun langkah wanita cantik itu seketika terhenti kala mendapati pijakan tanah yang berada jauh di b
Read more

Kesalah pahaman yang ke-dua kali

Beberapa menit berlalu. Sean yang tengah duduk di ruang tengah, mendapati bau semerbak masakan yang begitu harum dari arah dapur.Tak berselang lama. Adira pun keluar dari sana. Membawa sebaskom nasi hangat yang telah matang dan terlihat masih beruap. "Tolong ambilkan sisanya di dapur," pinta Adira.Spontan, Sean segera bangkit dan beranjak. Ia mendapati dua hidangan yang tersaji di atas piring. Matanya mengamati masakan yang begitu membuat perutnya terasa keroncongan. Hingga tak tahan lagi untuk segera mencicipinya.Tangan Sean yang hendak mengambil secuil makanan itu ditampik kasar oleh Adira yang telah berdiri di belakangnya. "Cuci tangan dulu!" geram Adira dengan tatapan tajam.Sementara Sean hanya berdecak pelan, sebelum beranjak ke arah wastafel cuci piring yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.Rumah yang terlihat kecil dan sederhana dari luar, nyatanya begitu luas dan mewah jika telah memasukinya. Dinding kayu yang terlihat dari luar rumah juga ternyata hanya hiasan un
Read more

Alasan Sean

Adira menatap nanar punggung pria yang semakin menjauh dari tempatnya semula. Ia lantas beranjak. Membuka paper bag besar yang sebelumnya Sean letakkan di samping helm.Satu kotak salad buah dan makanan berat tertata rapi di dalamnya. Mungkinkah ini alasan Sean melarangnya memasak sebelum berangkat bekerja pagi tadi?Tanpa alasan yang jelas. Bibir Adira kini mengukir seulas senyum tipis. 'Meski terkesan tengil, tapi dia adalah sosok pria yang begitu bertanggung jawab'Setelah selesai membersihkan diri di dalam kamar mandi. Pria tampan yang tengah sibuk mengusapi rambutnya yang basah dengan handuk kering, seketika tertegun. Kala mendapati dua cangkir teh hangat dan sepiring kue coklat yang tersaji di atas meja makan."Bukankah aku melarangmu untuk memasak hari ini? Belakangan ini kondisi tubuhmu memburuk karena hawa dingin," ucap Sean dengan menatap lekat manik hitam milik Adira yang tengah duduk di depannya."Hanya membuat teh dan kue saja, itu bukan aktivitas yang terlalu berat," jel
Read more

Ayo kembali!

Setelah berhasil mengganti nama pada seluruh aset milik Carlos Ducan secara diam-diam, Aksa mulai mengatur rencana.Dari sebuah kamera kecil yang ia pasang pada sepatu milik salah satu pengawal pribadi Carlos, ia akhirnya mengetahui jadwal terbang yang akan Carlos Ducan dan para keluarga besar lakukan hari itu.Keberadaan Adira dan Sean yang tak kunjung menemukan titik terang, membuat Aksa menyimpulkan jika Carlos Ducan telah membunuh keduanya. Dan untuk membalaskan kematian mereka, Aksa harus memusnahkan keluarga Ducan dengan tangannya sendiri."Apakah seluruh keluarga besar Ducan ada dalam pesawat itu?" tanya Aksa memastikan. Pandangan matanya tak berpaling sedikit pun dari benda pipih yang menunjukkan radar pesawat di tangannya."Semuanya, kecuali Helena Ducan, Tuan. Belakangan ini dia menghilang seperti ditelan bumi," jawab Gavin menjelaskan secara rinci.Pria tampan dengan sorot mata tajam itu dengan cepat mengatupkan kedua telapak tangannya di depan bibir, seolah tengah berpikir
Read more

Perjalanan menegangkan

Keesokan harinya.Sean yang tengah mengemasi barang-barangnya mendadak teringat akan sesuatu.Bagaimana jika Adira bertemu dengan Aksa ketika mereka mengunjungi makam orang tuanya? Apakah itu alasan Adira menolak ikut dengan mereka kemarin? Hati Sean dipenuhi tanda tanya."Papa! Ayo!" Suara teriakan dari Naura yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, berhasil membuyarkan lamunannya.Gadis kecil itu tengah tertawa ria dengan senandung lagu yang berulang ia nyanyikan, "Naik pesawat, naik pesawat ...." Tubuh kecilnya yang tengah menenteng tas ransel kecil pada pundaknya berlarian memutari tubuh Sean yang masih membeku di samping koper."Sean? Kenapa belum siap? Katanya mau berangkat jam sepuluh? Ini sudah hampir jam sepuluh, loh," timpal Adira yang tiba-tiba muncul dan beranjak memasuki kamar."Mama!" Gadis kecil itu seketika berlari ke pelukan sang ibu, dan Adira pun segera menggendongnya."Iya, ini sedang siap-siap kok," jawab Sean sedikit ragu. Bibirnya ia paksa menunjukkan garis lengk
Read more

Aku Suaminya

Setelah melalui lima jam perjalanan di udara. Akhirnya mereka telah sampai di negara tujuan saat langit mulai menunjukkan semburat jingga."Papa, gendong," rengek Naura sesaat setelah berjalan sebentar di area bandara. Kedua tangannya merentang ke arah Sean yang menatapnya dengan tersenyum kecil."Naura, jangan seperti itu. Papa juga capek. Sini! Biar Mama saja yang gendong." Uluran tangan Adira seketika ditepis oleh gadis kecil yang telah berada dalam gendongan Sean."Nggak mau! Naura maunya sama Papa!" rengeknya dengan wajah cemberut."Sudah, biarkan saja. Ayo pergi, nanti keburu malam," ucap Sean memisahkan argumen kecil yang terjadi pada ibu dan anaknya.Wanita itu terdiam sejenak. Menatap kesusahan yang tengah dialami oleh Sean. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggendong Naura, sementara tangan kirinya harus menarik dua koper besar sekaligus."Biarkan aku saja yang membawa barang-barang itu!" Kalimat itu seketika menghentikan langkah Sean yang hendak beranjak."Tidak perlu, ini
Read more

Ikut aku pulang!

Deg ....Jantung Sean seolah seketika berhenti berdetak, kala mengenali suara berat yang berasal dari belakang tubuhnya. 'Om ... Aksa?'Adira yang tercekat seketika membuat tubuhnya membeku di tempat. Tak ada keberanian sedikit pun untuk menoleh atau pun bersuara."Akhirnya kamu datang, Adira. Aku telah lama menunggumu," imbuhnya dengan suara parau. Namun Adira masih diam tak bergeming. Hatinya mendadak merasa takut tanpa alasan yang jelas.Tiga tahun berlalu. Aksa tak henti menunggu. Meski dalam pikirannya Adira dan Sean dipastikan telah tiada, namun nuraninya membantah. Setiap malam ia selalu dihantui oleh suara gadis kecil yang memanggilnya 'Ayah' tanpa tahu siapa, dan di mana suara itu berasal.Setelah menyelidiki keberadaan keluarga Adira yang tersisa, hanya makam ini yang ia dapatkan. Aksa pun setiap hari datang. Menunggu Adira tanpa kejelasan. Hingga akhirnya hari ini pun datang.Kini tatapan nanar ia layangkan pada gadis kecil yang sangat mirip dengannya. Duduk di gendongan Se
Read more

Penjelasan

"Kamu merokok?" tanya Adira memulai obrolan di antara mereka.Wanita cantik itu nampak menatap suaminya dengan seksama. Memperhatikan perubahan besar yang terlihat sangat jelas.Selain tubuhnya yang semakin kurus. Aksa berubah menjadi sosok pria yang temperamen dan tidak merawat diri.Pria tampan yang tengah berdiri itu nampak hanya terdiam dengan wajah tertunduk. Sesekali bibirnya menyeringai sinis. "Huh! Kamu tidak pernah tahu betapa tersiksanya aku tanpamu. Dan aku harus menghilangkan rasa sakit itu dengan merokok dan mabuk," ucapnya datar.Adira terdiam untuk sejenak. Kekuatan yang tersisa dari dalam hatinya berusaha ia kumpulkan. "Apa alasanmu untuk tersiksa? Bukankah aku hanyalah salah satu dari mainanmu saja?"Wanita cantik itu kini duduk meringkuk. Kepalanya tertunduk. Menyembunyikan ketakutan yang tidak berdasar.Aksa tertegun untuk sesaat. Dari mana Adira mengetahui hal itu? "Apakah kamu mendengar ucapanku di telepon?" tanya Aksa memastikan. Namun hanya dibalas anggukan kepa
Read more

Ayah kandung itu apa?

Tok! Tok!"Papa! Apa kamu di dalam?" suara cadel diiringi beberapa kali ketukan pintu membuat Sean dan Aksa saling menarik diri. Mengusap kasar bulir bening yang membasahi wajah mereka.Sontak Sean dengan cepat membuka pintu. "Naura, ada apa mencari Papa?" tanyanya dengan tersenyum kecil. Kini pria itu mensejajarkan diri dengan sang putri."Sean." Panggilan Aksa seketika membuat pria tampan dalam balutan kaos hitam itu menoleh."Kamu belum menjelaskan alasan Naura memanggilmu Papa," imbuhnya dengan tatapan tajam.Sean seketika tertegun. Apa yang ia takutkan akhirnya terjadi. Ia benar-benar bingung untuk saat ini. Haruskah dirinya menjelaskan situasi yang sebenarnya terjadi?"Apa maksudmu, Om jahat? Dia memang Papaku!" ketus Naura dengan pipi menggembung. Matanya membulat menatap sang ayah kandung."Naura, tidak boleh sembarangan memanggil orang. Siapa yang mengajarkanmu bersikap tidak sopan begitu?" ucap Sean dengan lembut.Aksa kembali terperangah. Ia tak pernah tahu akan sisi lembut
Read more

Tinggalkan Keenan! Dapatkan Aksa!

'Apakah suatu saat Naura akan menerimaku jika aku bersikap lembut seperti itu?' Batin Aksa bertanya-tanya."Om jahat, beri Naura waktu untuk berpikir dulu. Naura tidak ingin memanggilmu Ayah sebelum Naura selesai memikirkannya," ucapnya datar dengan suara cadel. Manik beningnya menatap lurus ke arah wajah pria dewasa yang tengah tersenyum tipis.Dari mana anak sekecil itu belajar bahasa dewasa yang sulit dimengerti?"Om, cobalah untuk bersikap lembut. Mungkin dengan begitu, Naura bisa secepatnya menerima kenyataan, bahwa Om Aksa adalah Ayah kandungnya," timpal Sean yang tiba-tiba bangkit. Dengan tangan yang menggendong Naura di pelukannya."Iya, aku akan mencoba," jawab Aksa singkat dengan wajah tertunduk.Sean lantas beranjak pergi. Meninggalkan Aksa tanpa menimpali ucapannya.Kini pria tampan yang terlihat semakin kurus itu menatap nanar pada seorang gadis kecil yang masih menatapnya sinis. Namun di luar dugaan. Naura justru menjulurkan lidahnya dengan wajah mengejek.Sontak hal itu
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status