Semua Bab Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Bab 31 - Bab 40

113 Bab

Ijinkan aku membantu.

Aksa yang telah di bawah pengaruh obat perangsang tak bisa mengendalikan diri. Ia meraih pinggang Helen dan mendekatkan ke tubuhnya.Wanita cantik dengan riasan tips itu seketika memejamkan mata, kala menyadari wajah sang tunangan yang semakin mendekat ke arah wajahnya.Bibir keduanya hanya berjarak satu senti, sebelum pandangan mata Aksa kembali buyar dan menampakkan kembali wujud asli wanita di hadapannya.Aksa terbelalak dengan tubuh terkesiap. 'Ke-kenapa jadi Helen?' pria tampan dengan rambut setengah basah itu seketika mendorong kuat tubuh wanita di hadapannya, hingga jatuh tersungkur di atas lantai."Akh!" Helen memekik kala pantatnya membentur lantai dengan keras.Terlihat jelas seorang pria tampan yang tengah terhuyung, menjambaki rambutnya dengan kedua tangan untuk mendapatkan kembali kesadarannya. "Dasar Jalang! Apa yang kamu taruh dalam minumanku?!" geram Aksa dengan teriakkan lantang.Hal itu seketika memicu sorot mata penuh tanda tanya dari pengunjung di sekitar mereka ya
Baca selengkapnya

Malam panas.

Wanita cantik itu berbicara penuh keyakinan. Membuat Aksa seketika memicingkan mata dengan kening berkerut. "Apa maksudmu?" tanyanya tidak mengerti."Saya bersedia menggunakan tubuh saya untuk membantu Anda," tegasnya.Wajah tampan berkucur peluh itu seketika memalingkan wajah. "Tidak! Aku tidak akan melakukan hal itu karena keterpaksaan.""Tuan, saya bersedia, saya tidak terpaksa." Adira mencoba meyakinkan sang suami dengan ucapannya.Namun, Aksa masih bersikukuh terhadap pendiriannya sendiri. "Aku tahu kamu sedang berbohong!"Dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan dari dalam diri. Adira menghembuskan nafas kasar sebelum kembali merendahkan dirinya. "Sebenarnya, saya juga menginginkan hal itu sejak lama, Tuan," jelasnya dengan tangis yang menggema dalam hati.Ia tahu, setelah ini dirinya akan kembali dipandang sebelah mata sebagai seorang Jalang. Namun tidak ada salahnya. Dari pada dirinya harus menanggung hutang budi yang tak kunjung ia lunasi suatu saat nanti.Aksa terperangah
Baca selengkapnya

Benih cinta mulai tumbuh.

***Perusahaan Adhitama group. Pukul sepuluh lebih empat puluh tujuh menit."Tuan, kapan rapat akan segera dimulai?" Pertanyaan itu hampir ke sekian kali Gavin ucapkan. Namun tak kunjung mendapatkan respon apa pun dari sang atasan.Gavin menghela nafas panjang untuk melonggarkan dadanya yang terasa sesak sebab kehabisan kesabaran.Matanya menatap bingung, pada sang atasan yang tak berhenti tersenyum sejak pagi, dengan memainkan bulpoin di tangannya. 'Sebenarnya apa yang membuat Tuan Aksa sebahagia ini?'"Tuan ...." Gavin yang hendak kembali mengulangi pertanyaannya, seketika mengurungkan niat kala tatapan tajam dari sang atasan mendadak melayang ke arahnya. "Tidakkah kamu merasa lelah mengulangi kalimat yang sama terus menerus? Aku tidak tuli!" geramnya.'Tidak tuli? Apa itu artinya Anda bisu?' Kalimat itu hanya mampu Gavin ucapkan dalam hati. Ia tertunduk dengan gigi bergemeretak. Kini waktunya terbuang sia-sia karena terlalu lama menunggu jawaban dari atasannya. Sementara para klien
Baca selengkapnya

Salah paham.

Suara langkah kaki yang semakin mendekat, membuat Adira buru-buru kembali duduk di meja makan dengan perasaan harap-harap cemas.Adira memalingkan wajahnya kala pria tampan itu mulai menghampirinya di meja makan.Manik tajamnya mengedar. Mencari pelayan wanita yang biasa berdiri di belakang meja ketika mereka makan. "Kenapa kamu sendirian di sini? Ke mana semua pelayan? Apa mereka tidak melayanimu dengan baik?" Rentetan pertanyaan itu terucap begitu Aksa menghentikan langkah kakinya di depan meja makan.Wajah cantik itu sontak mendongak. Berdiri dengan panik dan mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya. Ia tak ingin para penghuni dapur yang begitu baik terhadapnya mendapatkan masalah hanya karena hal kecil. "Ti-tidak, Tuan. Bukan begitu. Saya yang meminta mereka untuk tidak menunggu ketika saya makan. Sa-saya hanya merasa risih," jelas Adira.Kini manik tajam itu beralih pada hidangan nasi goreng yang teronggok di atas meja. Matanya seketika memicing, dengan dahi yang mulai berkeru
Baca selengkapnya

Tantangan menaklukkan singa jantan

"Kita sudah menjualnya ke orang lain, dan Ibu masih berpikir dia mau membantu kita?" Keenan mengerinyit dengan mata memicing. Ia tak habis pikir dengan kalimat yang diucapkan sang ibu."Tidak ada salahnya untuk mencoba, Keenan. Jika kamu tidak mau, biar Ibu yang memintanya," tegasnya dengan wajah berbinar.Betari seolah tak memiliki rasa malu. Ia kemudian beranjak pergi tanpa berpamitan pada Keenan yang hanya bisa mengusap wajahnya kasar.Betari lalu menghentikan taksi di depan pagar rumah.Di tengah ramainya jalanan kota, taksi yang ditumpangi Betari menerobos bisingnya aktivitas kota di siang hari dengan kecepatan sedang.Sejak kedatangan Adira di rumah sakit kala itu, meyakinkan Betari bahwasanya Adira masih memiliki perasaan terhadap putranya.Setengah jam berlalu. Hingga mobil taksi berwarna biru itu dihadang oleh beberapa security yang berjaga di kediaman Aksa."Apakah Anda sudah membuat janji dengan pemilik rumah?" tanya salah satu security dengan buku jari mengetuk jendela sup
Baca selengkapnya

Kesambet?

Aksa yang tak sengaja meninggalkan jasnya di dalam kamar, terpaksa harus kembali untuk mengambilnya.Gagang pintu perlahan ia dorong dan masuk begitu saja tanpa bersuara. Namun, ketika pintu tertutup dan kakinya hendak beranjak menghampiri jas hitam yang teronggok di atas ranjang, Aksa terkejut bukan kepalang.Sosok wanita yang hanya mengenakan celana dalam tanpa penutup pada dadanya, tiba-tiba muncul dari balik pintu lemari yang terbuka lebar.Aksa seketika memalingkan wajah dengan melemparkan sebuah selimut yang ia raih sembarangan. "Cepat pakai ini! Kenapa tidak mengunci pintu saat berganti baju?!" geramnya.Adira seketika menangkap lemparan selimut dengan kedua tangannya. Matanya memicing dengan senyuman ganjil. "Sayang, apakah ini cocok denganku?" tanya Adira dengan niat jahil.Aksa seketika memutar kepala menghadap Adira. Mengira jika wanita itu telah mengenakan pakaiannya. Namun ternyata ...."Tidak tahu malu!" Aksa kembali memalingkan kepalanya dengan wajah tersipu. Melihat so
Baca selengkapnya

Merahasiakan identitas

Wanita cantik dengan riasan tips itu hanya menggeleng cepat."Kamu ini sebenarnya bisa menyetir mobil tidak?! Matamu ditaruh di mana?!" Aksa yang murka membentak keras sang sopir dengan tatapan nyalang. Deru nafasnya memburu dengan rahang mengeras.Pria paruh baya itu seketika tertunduk. Menyembunyikan rasa takut yang seketika menyelimuti hati. Bibirnya bergetar hebat, hingga membuatnya tak mampu membela diri.Adira terdiam. Matanya menatap iba pada seorang sopir pria yang telah berumur. Meski Aksa adalah majikan, namun seharusnya dia lebih mengedepankan norma kemanusiaan, di mana dirinya harus menghormati orang yang lebih tua darinya.Terlebih, dirinya begitu paham bagaimana rasanya diperlakukan tidak manusiawi oleh orang lain yang menganggap kedudukannya lebih tinggi.Dengan perasaan ragu, Adira menarik sedikit lengan kemeja suaminya. "Tidak perlu marah seperti itu," lirih Adira dengan tatapan teduh.Sementara Aksa hanya memalingkan wajah dengan helaan nafas panjang. Kekesalan yang
Baca selengkapnya

OB baru?

Dengan kondisi perusahaan yang belum sepenuhnya stabil, Aksa harus menahan diri. Meski ia tahu apa akibatnya menyembunyikan pernikahannya dengan Adira.Wanita cantik dengan riasan tebal itu mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah. Satu tangannya lagi melonggarkan kerah kemeja putih yang tengah ia kenakan. "Aduh ... panas sekali. Aku jadi haus," gumamnya dengan tatapan melirik ke arah Adira dan Aksa yang hanya terdiam."Tolong ambilkan minum," lanjutnya dengan tatapan mengejek yang ia layangkan pada Adira.Mulut Adira yang telah terbebas dari bekapan tangan hendak melontarkan kalimat penolakan. Namun seketika ia urungkan kala manik hitamnya melirik suaminya untuk sekilas.Aksa malah memalingkan wajah kala mendapati Adira menunggu pembelaan darinya."Pergilah ambil minum, aku juga haus," ucap Aksa lirih dengan wajah datar. Matanya tak berani menatap wajah sang istri untuk sedetik saja.Adira kembali tercekat. Rahangnya seketika mengeras. Amarah yang mulai menyelimuti hati mati-matian
Baca selengkapnya

Adira diculik!

'Wanita ini!' Geram Helen dalam hati. Tatapan nyalang ia layangkan pada wajah seorang wanita yang kini tengah mengandung anak dari tunangannya.Aksa yang sebelumnya memalingkan wajah hanya mampu mengulum senyum. Ia tak pernah mengira Adira akan berbuat nekat seperti ini sebab kecemburuannya yang semakin memuncak."Nona, ini minuman yang Anda minta. Silakan dinikmati," ucap Adira dengan tersenyum lebar, pada seorang wanita yang bersusah payah menutupi tubuhnya dengan kemeja yang telah sobek di bagian kancing.Adira meletakkan nampan berisi dua cangkir kopi di atas meja. Matanya sesekali melirik ke arah Aksa yang seolah tak menggubris kehadirannya.Dengan helaan nafas panjang, Helen mulai memperbaiki imagenya di depan Aksa yang telah mengetahui niat liciknya. Duduk anggun dengan kaki menyilang. Tangannya mulai mengambil secangkir kopi yang disajikan Adira di atas meja, dan mulai memperhatikan minuman hitam pekat itu untuk sejenak."Ini sudah dingin. Ambil yang baru!" perintahnya tanpa d
Baca selengkapnya

Tidak pernah mencintaimu

Carlos Ducan yang tengah berdiri di samping Sean seketika merebut kasar ponsel itu. "Apakah aku terdengar seperti Sean, Tuan Adhitama?" ledek Carlos dengan seringai mengerikan."Carlos Ducan? Apa kau yang menculik Istriku?!" geram Aksa dari seberang telepon.Sementara itu. Dalam ruangan mewah yang entah di mana letaknya. Adira menggeliat tak tentu arah. Tubuhnya mencoba melepaskan tali yang membelit seluruh tubuhnya. Teriakkannya pun tertahan oleh sebuah lakban yang menutupi mulutnya.Sean yang berdiri membelakangi Adira sekilas melirik ke arahnya. Ada tatapan penuh arti yang tidak bisa dijelaskan. Tatapan sendu seolah merasa iba atau sebuah penyesalan, Adira pun tak tahu. Yang jelas, Sean adalah dalang di balik semua ini.Dengan seluruh ketakutan yang menyelimuti hati. Adira berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri, jika Aksa akan datang untuk menolongnya dari para bandit tak tahu diri ini."Apa maumu?!" lanjut Aksa yang terdengar lantang dari seberang telepon.Carlos sengaja menger
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status