All Chapters of Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Chapter 21 - Chapter 30

113 Chapters

Rencana berjalan lancar.

"Aku haus sekali," gumam Keenan dalam keheningan. Kalimat itu seolah memecahkan perasaan mencekam yang memenuhi ruangan.Mayang dan Betari seketika gelagapan. Keduanya nampak segera beranjak hendak mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas nakas. Namun aktivitas mereka seketika terhenti, kala Keenan kembali bersuara, "Tunggu!"Keenan segera memutar kepala menghadap Adira yang tengah berdiri di samping tubuhnya. Tatapan teduh ia tujukan pada sang mantan istri yang kini tengah menatapnya datar. "Adira, bisakah aku merepotkanmu untuk membantuku minum? Tubuhku terasa lemas sekali," ucapnya lembut dengan tersenyum kecil.Kini Keenan baru sadar akan perasaannya sendiri. Perasaan cinta itu timbul tanpa ia sadari sebab terbiasa dengan kehadiran Adira di kehidupan sehari-harinya. Namun nahasnya, ia menyadari perasaan itu ketika Adira telah menjadi mantan istrinya. Akankah ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka yang telah kandas itu?Adira tertegun. Kedua alisnya terangk
Read more

Jangan sentuh Istriku!

Meski tidak pernah tahu apa pekerjaan Aksa yang sebenarnya. Namun Adira sangat yakin akan kekuasaan yang dimiliki oleh suaminya kala mengingat ketakutan hebat pada ayah Mayang saat resepsi pernikahannya siang tadi.Keenan membelalakkan matanya. Kalimat itu seolah membuat tubuhnya terkesiap dengan getaran hebat yang mulai mengguncang hati. Ia tak pernah menyangka kalimat seperti itu akan diucapkan Adira di depannya."Jangan terlalu sombong!" lirih Mayang dengan penuh penekanan, seolah tengah menahan amarah yang semakin membara. Kedua tangannya mengepal sempurna hingga rahangnya terasa mengeras.Adira kembali tersenyum melihat amarah yang mati-matian berusaha Mayang sembunyikan darinya. "Ah! Aku baru ingat sesuatu. Jangan lupakan ini. Orang yang pernah berselingkuh, tidak ada kemungkinan tidak mengulangi perbuatannya kembali." Adira tersenyum lebar di akhir kalimat kala kakinya mulai beranjak. Ia segera keluar dari dalam ruangan tanpa berpamitan.Terlihat jelas Keenan dan Betari yang se
Read more

Hampir keguguran.

Cahaya remang dalam ruangan terasa semakin mendukung suasana.Dalam jarak sedekat itu. Hidung Aksa kembali mencium aroma tubuh yang membuatnya hampir gila setiap malam. Suara desiran halus dari nafas Adira terdengar begitu jelas, membuat bulu kuduknya terasa meremang.'Tahan Aksa, tahan ....' Aksa berusaha keras menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang jelas akan melukai bayinya. Meski harus mengorbankan hawa nafsunya yang semakin menggebu dalam hati.Kedua tangannya mencengkram selimut dengan erat. Ia mencoba mengatur nafas yang semakin tidak beraturan dengan memejamkan kedua mata. Berharap nafsu duniawi itu seketika sirna kala ia membayangkan menggendong seorang putra dari rahim Adira suatu hari nanti. Namun sialnya hal itu tak berhasil kala bayangan Adira di malam panas itu kembali terlintas dan semakin membangkitkan gairah liarnya.'Ini tidak boleh terjadi!' Aksa membelalak dengan nafas yang semakin memburu. Diraihnya kasar selimut di dekat tubuhnya. Namun sialnya lagi gera
Read more

Bukti yang terungkap.

Aksa masih mengamati setiap gerakan tubuh dari Sean yang seolah tengah mengendap-endap. Ia bahkan memutar rekaman itu berkali-kali dan kembali mengamati.Sampai pada akhirnya dia sadar akan sesuatu. "Bukankah itu minuman yang selalu di sajikan untukku? Apakah karena meminum minuman itu Adira menjadi seperti ini?" Aksa membelalak di akhir kalimat. Ia kembali melewati beberapa menit rekaman, sampai di mana ada sebuah adegan Adira terbangun dari tidurnya dan meminum minuman itu. Tak berselang lama Adira nampak memegangi perutnya hingga terjatuh dari atas tempat tidur."Sean ...!" geramnya lirih. Meski tidak tahu apa yang ditaruh Sean dalam minumannya. Namun ia sangat yakin jika Sean ingin mencelakainya.Amarah yang bersusah payah ia tahan, dibuyarkan oleh seorang Dokter pria yang terlihat keluar dari dalam ruangan.Aksa yang menyadari itu segera bangkit menghampiri. Satu tangannya menyimpan tanda bukti pada ponselnya di balik saku celana. "Bagaimana keadaan Istri saya, Dok?" tanya Aksa d
Read more

Nyawa terancam.

Emosinya seketika memuncak. Aksa memencet benda kecil itu di antara ibu jari dan telunjuknya hingga hancur tak berbentuk. "Siapa yang berani memata-mataiku?!" geramnya lirih.Dengan seluruh emosinya yang meluap-luap, Aksa kembali melangkah kasar menuju parkiran rumah sakit untuk menemui sang asisten.Namun, sebuah asumsi seolah melintasi pikirannya begitu saja. "Jika Sean menaruh racun di dalam minuman yang biasa aku minum. Itu artinya target Sean sebenarnya adalah aku. Tapi, apa alasan Sean melakukan semua itu terhadapku?" gumamnya lirih tanpa menghentikan langkah kaki.Gavin yang terlihat tengah bersender di depan bodi mobil, mendadak terkesiap. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya memberi hormat pada sang atasan yang berjalan menghampirinya. "Tuan," sapa Gavin dengan sopan."Cepat kembali ke kediaman! Suruh beberapa Pengawal untuk mengikuti Sean secara diam-diam, dan beberapa lainnya untuk berjaga di sini." Titah Aksa pada sang asisten yang langsung menaikkan kedua alisnya. "Maafkan s
Read more

Kecurigaan yang sama.

"Adira, jawab dengan jujur. Apa pria ini berbuat kasar padamu hingga menyebabkanmu menjadi seperti ini?" timpal Keenan yang terlihat kesal dari depan pintu masuk. Sorot mata tajam mengintimidasi dari Aksa terasa begitu menusuk, hingga membuat nyalinya seketika menciut.Adira yang awalnya terpejam kini mulai membuka mata. "Tidak, Suamiku sangat baik. Dan aku ingin memberitahumu satu hal. Tidak ada pria sebaik ini di dunia selain dia," jawabnya datar.Pria yang tengah terduduk di tepian ranjang itu pun seketika terperangah. Ada kebahagiaan lain yang kembali menyeruak mendinginkan hatinya kala mendapati pujian dari sang istri.Jika diperhatikan lebih dalam, sebenarnya pertanyaan itu sedikit menusuk. Mengingatkan kembali Adira pada kehidupan masa lalunya. Di mana dirinya terus disakiti jiwa dan raga. Tak ada kesempatan dirinya merawat diri di rumah sakit kala terluka. Dan jika mentalnya tak sekuat baja, mungkin dirinya sudah menjadi gila karena dua tahun lamanya berada dalam kurungan nera
Read more

Pria pertama.

Adira tertegun. Entah asli atau hanya sebuah akting. Namun kalimat itu mampu membuatnya begitu bahagia.Wanita cantik dengan beberapa selang infus di tangannya nampak menerima suapan dari tangan Aksa dengan riang gembira. Wajahnya berbinar kala merasakan sensasi makanan yang sejak lama ingin ia rasakan. "Terima kasih, ini enak sekali." Adira mengembangkan senyum sempurna yang mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya."Cih! Dasar kampungan!" Gumaman dari mulut seorang wanita yang tengah berdiri di ambang pintu, tak sengaja terdengar oleh telinga Aksa yang langsung melayangkan tatapan nyalang padanya.Mayang nampak langsung tertunduk dengan wajah ketakutan. Sorot tajam mengiris seolah mengulitinya tipis-tipis. Hingga membuatnya tak mampu mengimbangi tatapan itu."Apa kamu masih tidak mengerti akibat dari menyentuh orang-orangku?" lirih Aksa tanpa menatap lawan bicaranya. Kalimat itu ia ucapkan dengan dingin dan penuh penekanan di akhir kalimat. Membuat lawan bicaranya tertegun deng
Read more

Rencana Penculikan.

Kediaman Carlos Ducan. Pukul sepuluh malam.Dalam ruangan dengan cahaya redup, nampak seorang pria paruh baya tengah terduduk di sebuah kursi singgasana dengan begitu angkuh. Menatap lelaki muda yang tengah berlutut di bawah kakinya dengan tajam."Apakah rencanamu untuk membunuh pria itu sudah terlaksana?" tanya pria yang lebih akrab disapa dengan Carlos Ducan, pemilik perusahaan properti terbesar nomor dua setelah perusahaan di bawah naungan Adhitama group."Belum, Tuan. Saya tidak berhasil menjalankan rencana. Bisakah Anda memberikan saran lain selain menghabisi nyawa Aksa Adhitama?" Pria muda dengan penutup hoodie berwarna gelap pada kepalanya itu, mulai mengangkat wajahnya menghadap sang atasan."Cih! Tidak berguna! Menurutmu apa rencana lain yang bisa membuatku mengambil alih perusahaan Adhitama kecuali menghabisi nyawa pemiliknya?!" Carlos Ducan menghempaskan kuat kakinya ke arah Sean yang langsung tersungkur di atas lantai."Aishh ...." Sean meringis kesakitan dengan satu tanga
Read more

Diijinkan atau tidak?

Gavin yang sebelumnya fokus pada layar laptop pun ikut memutar kepala kala mendengar teriakkan Aksa.Pria tampan dengan rambut setengah basah berkucur peluh itu seketika berlari ke arah balkon."Tuan? Apakah sedang mencariku?" Wanita cantik dengan balutan piyama tidur nampak memperhatikan kepanikan sang suami dari pojok balkon."Tuan, apakah Nyonya diculik?" Gavin yang ikut panik segera berlari menghampiri atasannya. Namun, langkah itu langsung berhenti kala melihat seorang wanita cantik yang berdiri di ujung kanan balkon.Aksa menghela nafas kasar lalu meremas rambutnya dengan kedua tangan. Lututnya seketika terasa lemas hingga tak mampu menopang berat tubuhnya. Ia terduduk lemas di atas lantai dengan wajah menangis tanpa suara. "Astaga, jantungku hampir berhenti berdetak," gumamnya lirih."Pffttt!" Gavin menahan tawa, seraya menutupi mulutnya dengan satu tangan."Untuk apa kamu berdiri di sana? Bukankah aku sebelumnya menyuruhmu untuk tidur?" hardik Aksa dengan frustasi. Ia kembali
Read more

Makan malam jebakan.

'Tidak mungkin. Bayiku masih belum memiliki nyawa.'"Ada apa? Apa kamu sakit?" Aksa seketika menyadari ada yang tidak beres dengan istrinya."Ti-tidak, Tuan. Saya hanya lapar," jawab Adira beralasan. Ia tak ingin lagi membuat repot orang lain sebab kondisinya yang tak kunjung membaik."Gavin, segera perintahkan para Koki untuk memasak. Makan malam hari ini dipercepat." Titah Aksa pada sang asisten.Pria berperawakan tinggi dengan setelan jas hitam itu seketika membungkukkan sedikit tubuhnya. "Baik, Tuan. Segera saya laksanakan."Aksa menatap punggung sang asisten yang semakin menjauh dari tempatnya semula. Sebelum pandangannya beralih pada Adira yang mencengkeram kuat pegangan kursi yang tengah ia duduki.Aksa segera mendekat. Ia menyenderkan kepala Adira untuk mempermudahnya meredakan sedikit rasa sakit yang diderita istrinya. "Jangan berbohong padaku, karena itu tidak akan berhasil."Tangan kekar pria itu mengusap lembut perut dan punggung Adira yang terasa kaku. Membuat Adira mengg
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status