Lahat ng Kabanata ng Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Kabanata 81 - Kabanata 90

113 Kabanata

Helena Ducan kembali?

Langkah lebar Aksa seketika terhenti di depan pintu kamar, tatkala mendapati barang-barang Adira dilempar kasar dari arah dalam ruangan."Apa-apaan ini?!" geram Aksa seraya kembali beranjak.Terlihat seorang wanita cantik dengan balutan kemeja merah jambu dan celana jeans ketat itu, tak henti melantunkan umpatan kasar dari dalam mulutnya. Sementara kedua tangannya tengah mengobrak-abrik isi lemari untuk mencari barang-barang Adira yang tersisa di dalam sana."Helena! Apa yang sedang kamu lakukan di sini?!" Bentakan Aksa nyatanya tak mampu mempengaruhi niat wanita itu.Wanita bernama lengkap Helena Ducan itu hanya terdiam sejenak tanpa menoleh sedikit pun, sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang semakin membuat Aksa kesal.Pria bertubuh atletis dengan kapas dan plaster yang menempel di ujung alisnya itu beranjak menghampiri. Meraih kasar tangan Helen yang masih sibuk mengeluarkan barang-barang Adira.Wajah wanita cantik itu nampak tertegun sesaat. Memperhatikan sebuah plaster yan
Magbasa pa

Seret dia pergi!

"Jangan sombong dulu. Kamu tahu? Aku adalah wanita yang akan merebut Aksa darimu," bisik Helen dengan penuh penekanan.Namun alih-alih tertekan dengan ancaman itu. Adira malah tersenyum lebar tanpa sedikit pun terpengaruh ucapannya. "Apa menurutmu hal itu begitu mudah seperti merebut permen dari seorang anak kecil?" cibirnya.Helen yang mulai merasa dongkol pun akhirnya terdiam dengan tatapan tajam.Sementara itu. Gavin yang sebelumnya telah diberi tugas untuk mengirim beberapa pengawal ke dalam kediaman saat ini nampaknya masih bernegosiasi."Tuan Gavin, saya benar-benar tidak berbohong. Nona Helen sebelumnya membawa sebuah senjata sejenis pistol yang ia todongkan di kepalanya sendiri," jelas salah satu penjaga yang menyaksikan sendiri bagaimana cara Helen masuk begitu mudah ke kediaman ini."Jadi kamu takut dengan ancaman itu?" tanya Gavin memastikan dengan tatapan tajam, seolah tengah menginterogasi seorang penjahat yang tidak mau mengakui kesalahannya."Saya takut terkena masalah
Magbasa pa

Penderitaan Mayang

Ditengah gerimis yang melanda di kota itu. Terlihat seorang wanita cantik yang masih mengenakan pakaian rumah sakit berwarna coklat muda. Duduk berjongkok di atas trotoar jalan yang terlihat sepi tanpa satu orang pun berlalu lalang."Uangku sudah habis. Lalu sekarang aku harus pergi ke mana? Tidak mungkin aku kembali mengemis ke kontrakan kecil milik Mas Keenan itu," ucap Mayang lirih, seolah tengah berbicara pada dirinya sendiri.Setelah menjual satu-satunya kalung berlian peninggalan sang ayah yang tak ikut raib terjarah oleh penagih hutang, niat awal Mayang sebenarnya adalah untuk pergi dari rumah kontrakan Keenan dan hidup mandiri. Tapi pada kenyataannya, kecemburuan dan tekad yang ditekankan almarhum sang ayah membuatnya menaruh dendam pada Adira yang bisa dengan mudah hidup bahagia hanya dengan mengandalkan keberuntungan saja.Namun nasi sudah menjadi bubur. Tak ada alasan baginya untuk menyesali semua yang telah terjadi.Ditengah-tengah kebingungan yang melanda. Hawa dingin yan
Magbasa pa

Aku talak kamu, Mayang!

"Apa maksudmu, Keenan? Kenapa Mayang tidak harus berjalan?" tanya Betari yang tidak mengetahui kecelakaan itu sebelumnya.Namun Keenan seolah tak mendengar pertanyaan itu. Dengan wajah lelahnya yang mulai memanas, Keenan berjalan mendekati Mayang dengan langkah kasar. Mencengkeram kuat kedua pundaknya dan mengguncangnya beberapa kali."Katakan! Apakah kamu sedang membohongiku?!" Keenan yang tidak pernah meninggikan suaranya di depan Mayang, kali ini telah habis kesabaran.Namun bentakan keras itu hanya mampu membuat Mayang tertunduk. Menyembunyikan ketakutan hebat dan kebingungan yang mulai menyelimuti sanubarinya. Apa yang harus ia jelaskan pada Keenan saat ini? Haruskah dia mengakui jika dirinya hanya berputar-putar cacat?Tak kunjung mendapatkan jawaban, membuat pria tampan dengan rambut sedikit gondrong itu kembali menegaskan ucapannya, "Jawab, Mayang!"Tak ada pilihan lain selain harus mengakui kebohongannya. Kini wanita dengan rambut berantakan itu mulai mengambil nafas panjang,
Magbasa pa

Hukuman untuk para pekerja

Sementara itu, Adira terlihat termenung di atas ranjang setelah menidurkan sang putri.Ingatan akan kehadiran Helen di rumah ini membuatnya meragukan kembali niat baik sang suami yang ingin mempertahankan rumah tangga mereka."Adira." Panggilan dari Aksa yang telah berdiri di sampingnya membuat tubuh wanita cantik itu terkesiap. Terlalu larut dalam lamunan membuatnya tak menyadari kehadiran pria tampan yang tengah bertelanjang dada itu."Apakah aku masih harus menjelaskan tentang masalah hari ini padamu?" tanya Aksa memastikan saat mendapati sang istri justru memalingkan wajah melihat kehadirannya.Hening, tak ada satu kata pun keluar dari mulut Adira. Seolah merasa enggan untuk membahas kembali kejadian yang membuatnya dongkol hari ini."Aku minta maaf, ini terjadi di luar kendaliku," imbuhnya seraya berjalan mendekat. Duduk di tepian ranjang, di samping sang istri yang masih enggan menatapnya."Sayang, bicaralah! Aku tidak nyaman kalau kamu terus mendiamkan ku begini," gerutu Aksa y
Magbasa pa

Es krim lagi?

Kini pria tampan dengan balutan kemeja hitam yang tak dikancing itu mulai melangkah kembali memasuki kamar tidurnya.Rasa ragu mulai menyertai langkahnya yang semakin mendekati sang istri yang terlihat telah terlelap.Tanpa sedikit pun suara yang keluar dari dalam mulutnya. Pria itu kini mulai menyingkap selimut yang menutupi sebagian ranjang dan mulai merebahkan diri.Tangannya mengulur, merengkuh pinggang ramping sang istri yang tengah tertidur membelakanginya.Namun Aksa terkejut bukan kepalang, saat Adira yang belum sepenuhnya tertidur mulai menampik lengan kekar yang melingkar di pinggangnya. "Lepas!" geram Adira tanpa menoleh sedikit pun ke arah suaminya.Namun alih-alih terpengaruh akan tekanan yang diberikan oleh Adira. Aksa justru semakin mengeratkan pelukannya. Dengan tersenyum penuh arti. Membenamkan wajahnya di antara tengkuk sang istri yang seketika mengeliat tak tentu arah."Aksa, apa yang sedang kamu lakukan?!" bisik Adira penuh penekanan. Saat merasakan sensasi menggel
Magbasa pa

Bertemu Keenan

"Sekarang Nona Muda pergi sarapan dulu, setelah pulang dari mendaftar sekolah, Om Gavin akan membelikan Anda es krim," ucap Gavin pada Naura yang seketika tersenyum lebar.Gadis kecil itu pun lantas mengangguk sebelum berlari kembali menuju meja makan.Setelahnya mereka berangkat bersama untuk pergi ke perusahaan dan mendaftar sekolah di salah satu taman bermain anak, yang dikhususkan untuk balita dengan usia tiga tahun ke atas."Bu, tolong tunggu sebentar di sini. Saya akan mengambilkan berkas-berkas yang perlu ditanda tangani," ucap kepala lembaga yang menaungi tempat itu. Pergi meninggalkan Adira dan Naura yang masih duduk di sebuah kursi lipat di dekat meja yang biasa digunakan untuk menerima tamu.Sedang Gavin masih dengan sabar menunggu sang atasan selesai melakukan urusannya. Berdiri tegak di belakang Adira. Tanpa sepatah kata pun muncul dari dalam mulutnya."Ma ... Kenapa lama sekali? Naura ingin segera membeli es krim ...." rengek Naura seraya mengguncang paha sang ibu. Nampak
Magbasa pa

Kehadiran Aksa merusak momen bahagia Keenan

Lama terdiam membuat Keenan perlahan kehilangan akal. Namun niatan buruk yang melintasi pikirannya sejenak, berusaha ia tepis.Diliriknya tubuh wanita yang terlihat begitu berisi dari sebelumnya. Balutan dress berwarna ungu tua membuatnya semakin mempesona. Riasan tips membuat wajahnya terlihat segar. Tak pucat pasih seperti dahulu saat masih menjadi istrinya. Nampaknya Aksa berhasil membuat wanita itu merasa bahagia menjalani kehidupannya saat ini."Kamu kedinginan?" tanya Keenan memastikan saat melihat tubuh Adira yang masih meringkuk terlihat bergetar halus."Tidak masalah, sebentar lagi akan hilang dengan sendirinya," jawab Adira seraya tersenyum tipis. Untuk meyakinkan lawan bicaranya, jika dirinya saat ini sedang baik-baik saja.Namun alih-alih mengerti. Keenan justru tertegun melihat garis lengkung yang menghiasi bibir ranum mantan istrinya itu. Manis sekali.Hingga lantas membuatnya berinisiatif untuk segera memakaikan jaketnya yang setengah basah ke tubuh Adira.Adira yang te
Magbasa pa

Orang asing

Setelah memasuki mobil, Keenan nampak duduk di kursi belakang. Sementara Adira duduk di samping sang suami yang tengah mengemudi.Hening, tak ada percakapan di antara mereka. Sampai pada akhirnya Aksa mulai bersuara. "Sayang, pakailah sabuk pengamannya," ucapnya lembut seraya menancap gas perlahan menerobos lebatnya hujan kala itu.Adira sontak tersenyum tipis. "Tidak perlu, perutku terasa tidak terlalu nyaman akhir-akhir ini. Apa lagi jika tertekan oleh sesuatu," ucap Adira berdalih. Sebenarnya dirinya tidak mengerti cara memakai sabuk pengaman. Terlebih dirinya dulu tidak pernah diajak bepergian oleh Keenan. Jadi dirinya tak pernah mengenakan sabuk pengaman ke mana pun dirinya pergi bersama Aksa. Dan merasa malu jika hendak mengakui itu.Namun, sahutan dari Keenan yang awalnya hanya diam tak bergeming, seketika mematahkan asumsi, jika pria itu masih menaruh perhatian terhadap mantan istrinya. "Apa kamu sakit?"Sontak hal itu membuat Aksa dan Adira seketika terdiam dengan tubuh terke
Magbasa pa

Adira diculik

"Nona Helena, lepaskan Nyonya!"Teriakkan dari Gavin seketika mengejutkan seluruh mata yang memandang. Tak terkecuali Aksa. Ia yang hendak melangkah maju dihentikan seketika oleh teriakkan itu."Helena?" tanya Aksa lirih mengulangi kalimat Gavin. Menatap sang asisten dengan penuh tanda tanya.'Ba-bagaimana mungkin?!' Helena Ducan nampak terbelalak, namun tak membuatnya lengah saat Adira terus berontak ingin melepaskan diri."Tuan, dia adalah Nona Helena Ducan. Saya bisa mengenalinya dengan mudah dari matanya," ucap Gavin meyakinkan sang atasan.Aksa pun lantas hendak beranjak dengan langkah gontai menghampiri. Namun lengannya seketika ditahan oleh sang asisten yang mulai menyadari sesuatu."Jangan terlalu gegabah, Tuan. Sepertinya yang tengah dipegang itu adalah pistol asli."Kalimat itu membuat keberanian dalam diri Adira seketika luntur. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana nasibnya akan berakhir jika sampai pelatuk itu tertekan."Cih! Sekarang kalian tahu bagaimana hebatnya aku, kan
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status