All Chapters of Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Chapter 101 - Chapter 110

113 Chapters

Menolak anestesi

Mayang terperangah. Kalimat itu terdengar seperti penghinaan untuknya. Sontak Mayang memicingkan mata seiring kedongkolan yang mulai mengganjal dalam hati."Sepertinya Anda meminta pertolongan pada orang yang salah, Nona. Sebab seberapa besar pun Anda membayar saya, tidak akan membuat saya membantu Anda untuk merebut Tuan Aksa dari tangan Istrinya," tegas dokter Rasya kemudian. Masih sibuk dengan peralatan jahit untuk merekatkan kembali luka pada bagian betis Mayang.Sontak kalimat itu membuat Mayang terdiam. Meski demikian, tak menyurutkan sedikit pun niatnya untuk berusaha mendapatkan Aksa sesegera mungkin. Meski tak mendapati pertolongan dari siapa pun, dirinya masih bertekad kuat untuk kembali menjalankan rencananya."Ouch!" Mayang memekik keras saat dokter Rasya perlahan menusukkan jarum di luka terbuka di bagian kaki Mayang.Sontak pekikan itu membuat dokter Rasya menghentikan aktivitasnya dan memutar kepala menghadap pasiennya."Dokter, pakailah anestesi. Kenapa Anda menusuknya
Read more

Pelajaran untuk Mayang

"Baik, akan segera saya sampaikan pesan Anda. Namun jika Tuan Aksa tetap tidak mau datang, saya tidak akan lagi ikut campur," ucap pelayan wanita itu dan segera bergegas pergi meninggalkan ruangan.Sontak seulas senyum puas menggembang sempurna di bibir Mayang.Sementara itu, Aksa yang tengah berbaring di samping sang putri yang telah tertidur pulas, menatap ke arah sang istri yang tak kunjung menganggap keberadaannya."Sayang, apakah masih marah padaku karena membawa wanita itu ke rumah?" tanya Aksa mengulangi pertanyaan yang sama hingga berulang kali, namun tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang istri.Helaan nafas berat terdengar jelas sebelum Adira akhirnya bersuara. "Menurutmu? Apakah aku setuju wanita yang berulang kali ingin merebut Suamiku sekarang tinggal satu atap denganku?" ketusnya.Sontak hal itu membuat Aksa terdiam. Meski sebenarnya dirinya hanya tak ingin kembali dikendalikan oleh phobianya. Namun mungkin dirinya juga harus memikirkan kembali bagaimana perasaan sang
Read more

Menerima karma dari Adira

Namun raut penuh kebahagiaan seketika luntur kala mendapati Adira yang kini berjalan masuk melewati pintu."Kenapa kamu? Di mana Tuan Aksa?" tanya Mayang dengan nada menginterogasi. Rasa sesak sebab kedongkolan yang semakin jadi membuatnya kesulitan untuk bernafas.Namun alih-alih langsung menjawab, Adira yang kini tersenyum sinis nampak berjalan perlahan mendekati Mayang. Dan mulai duduk di kursi yang terletak tak jauh dari tempat tidur."Apa yang sedang kamu maksud adalah Suamiku? Untuk apa dia datang menemuimu?" cibir Adira dengan nada sinis. Wajah ayunya sedikit ia dongakkan untuk memperjelas beberapa bercak merah yang terlihat pada leher dan dadanya.Sontak hal itu membuat mata Mayang terbelalak sempurna. Sebab telah menyadari beberapa tanda itu.'Sejak kapan ada tanda seperti itu di leher Adira? Padahal sebelumnya aku sangat yakin jika tidak ada tanda seperti itu di lehernya. Apakah mungkin ....'Pikiran kotor seketika terasa memenuhi kepala Mayang. Hingga membuat bagian itu ter
Read more

Nasib Mayang

Hingga hampir setengah jam berlalu. Seberapa keras pun Mayang berteriak, tak kunjung mendapatkan respon dari luar. Nampaknya seluruh penghuni kediaman memang sengaja tak menghiraukannya.Kini tubuh Mayang yang masih berlumuran bubur terasa lemas tak bertenaga, hingga merosot jatuh di depan pintu. Terduduk lemas dengan berselonjor kaki."Lapar sekali ...." Mayang merintih seraya meremas kuat bagian perutnya yang terus berbunyi. Hingga beberapa saat kemudian, ia tertidur dengan tubuh bersender di depan pintu.***Keesokan harinya."Kamu tahu? Semalam aku mendengar teriakkan dari kamar tamu. Bahkan pintunya digedor kuat dari arah dalam. Tapi aku tak berani melakukan apa pun tanpa perintah dari Tuan atau Nyonya. Jadi aku diam saja," ucap salah seorang pelayan wanita pada salah satu temannya saat dapur terlihat sibuk kala itu.Nampaknya dua pelayan wanita itu tak menyadari kehadiran Adira di belakang tubuh mereka, dan mendengar percakapan itu dengan jelas."Lebih baik jangan! Kamu tahu bag
Read more

Suami siaga

Alih-alih langsung menyerang Adira dengan tangannya sendiri, Mayang justru mendekati Aksa yang tengah memicingkan mata menatapnya dari arah meja makan tanpa sedikit pun beranjak dari sana."Tuan Aksa ... lihatlah apa yang diperbuat Adira padaku!" ucap Mayang seraya merengek. Berharap Aksa akan bersimpati padanya.Namun alih-alih merasa iba, Aksa dengan cepat menutup hidungnya, dengan satu tangan lain menodongkan pisau buah yang ia raih sembarangan dari atas meja makan. "Mundur! Jangan mendekatiku! Baumu busuk sekali."Sontak kalimat itu membuat Mayang menghentikan langkah kakinya. Seraya menciumi tubuhnya sendiri.Aroma tak sedap yang datang dari bubur yang telah basi di pakaiannya teras begitu menusuk hidung. Pantas saja Aksa memintanya untuk segera pergi menjauh."Adira ...!" geram Mayang dengan nada meningkat. Melayangkan tatapan nyalang pada wanita yang tengah berdiri menghadapnya."Maafkan aku Mayang. Aku ketiduran tadi malam, jadi tidak sempat untuk mengambilkanmu baju ganti," u
Read more

Mayang di penjara

Adira segera membuka kotak obat yang baru ia ambil. Mengeluarkan kapas, obat merah dan perban dari dalam sana.Setelah membersihkan luka Aksa dari sisa darah yang telah berhenti mengalir, Adira segera mengoleskan obat merah dan membalut lukanya dengan perban yang ia lilitkan di telapak tangan sang suami."Apakah sakit? Aku akan melonggarkannya jika itu terasa sakit untukmu," ucap Adira saat melihat wajah sang suami masih terpejam dengan suara pekikan yang tertahan."Tidak. Asalkan darahnya sudah tidak terlihat, tidak masalah untukku," jawab Aksa masih terdiam mematung.Hingga dua tangan terasa melingkar di pinggangnya. Sontak membuat Aksa segera membuka mata sebab terkejut."Terima kasih telah melindungiku dari tusukan pisau itu," ucap Adira seraya memeluk erat pinggang sang suami.Sementara Aksa yang merasa pundaknya basah sontak segera melepaskan pelukan Adira di pinggangnya.Terlihat mata Adira yang mulai sembab dan berair. Suara isak tangis terlihat berusaha mati-matian Adira reda
Read more

Hinaan para tahanan

"Terima kasih, Tuan," ucap para pengawal serempak.Tak berselang lama, sebuah mobil mewah berwarna silver terlihat mulai memasuki halaman, membuat pagar rumah terbuka secara otomatis tanpa disentuh."Kebetulan sekali, Gavin kamu antar saya pergi ke kantor Polisi," ucap Aksa setengah berteriak saat pemuda dengan kacamata bening itu baru menjejakkan kakinya di atas lantai saat turun dari dalam mobil.Sontak Gavin hanya menatap sang majikan dengan beberapa pengawal yang tengah sibuk mengerjakan sesuatu. 'Apa yang terjadi?'Kini Gavin mulai beranjak turun dan menghampiri sang atasan yang masih berdiam diri di tempat semula."Tuan, apa yang telah terjadi? Untuk apa Anda pergi ke kantor Polisi? Apakah ada situasi darurat?"Rentetan pertanyaan itu membuat Aksa terdiam dengan perasaan kesal yang mulai menyertai.Jujur saja, kekhawatiran hebat seketika terbesit di dalam pikiran Gavin saat sang atasan menyebutkan kantor polisi.Melihat sang atasan yang tidak kunjung merespon apa pun, membuat pe
Read more

Penderitaan Mayang

"Tutup mulut kalian ...!" teriak Mayang lantang dengan tatapan nyalang yang ia layangkan pada lima tahanan wanita yang satu sel dengannya.Sontak seluruh tahanan wanita menatap heran ke arahnya. Merasa bingung, dari mana asal keberanian yang Mayang milik untuk menantang mereka semua.Deru nafas memburu terdengar jelas saat Mayang membulatkan matanya dengan tatapan tajam mengintimidasi. Berdiri tegak dengan satu betisnya yang dililit oleh perban dengan darah yang masih merembes keluar."Cih! Kaki pincang saja masih berani meninggikan suara. Apakah ingin segera dihabis oleh kita?" cibir salah satu tahanan wanita yang memiliki tato di lengannya. Berdiri tegak dengan kedua tangan terlipat rapi di depan dada dengan gestur angkuh.Sontak kalimat itu membuat Mayang bergidik ngeri. Dirinya melupakan kondisi kakinya saat ini. Meski begitu, dirinya juga tak memiliki pengalaman bela diri sekali pun untuk melawan. Lantas, apa yang harus Mayang lakukan saat ini? Bodoh sekali dirinya sampai meningg
Read more

Betari mengakhiri hidupnya

***Rumah sakit jiwa. Pukul satu dini hari.Di jam-jam istirahat kali ini sedikit berbeda. Suasana sunyi seketika terasa mencekam setelah salah satu ruangan dalam rumah sakit itu digunakan salah seorang pasien untuk mengakhiri hidupnya.Betari yang kini telah sedikit kembali mendapatkan kewarasannya sontak celingukan ke kanan dan ke kiri saat mendapati bunyi hentakan kaki di dalam ruangannya."Keenan? Apakah itu kamu?" ucap Betari yang masih menganggap sang putra masih hidup, dan berkhayal seolah sang putra tengah menemaninya setiap hari."Bu ...."Betari segera memutar kepala menghadap belakang, saat samar-samar telinganya menangkap suara Keenan yang tengah memanggilnya."Keenan? Kamu di mana? Jangan main-main dengan Ibu! Cepat keluar!" ucap Betari dengan wajah setengah panik. Pandangan matanya mengedar ke seluruh sudut ruangan, namun tak kunjung ditemukan siapa pun di dalam sana selain dirinya sendiri."Bu, aku di sini."Lagi, suara itu terdengar kembali dan semakin jelas. Betari so
Read more

Kabar duka dari rumah sakit jiwa

"Astaga ...!" Dokter itu pun sontak mengusap kasar wajahnya frustasi. Di saat-saat genting semacam ini pun malah tak ada yang langsung bertindak.Hingga pada akhirnya. Dengan berat hati dokter itu segera mengambil sebuah benda pipih di saku jasnya. Menggulir layar ponselnya beberapa kali hingga menghubungkannya dengan sambungan telepon."Halo, Polisi, cepat datang! Ada pasien rumah sakit jiwa yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri ...." Dokter itu berbicara panjang lebar dari sambungan telepon. Menjelaskan secara rinci kejadian yang ia lihat dan lokasi yang harus dituju oleh polisi tersebut. Hingga pada akhirnya sambungan telepon terputus."Cari data keluarga Pasien! Kita harus segera menghubungi keluarganya!" ucap dokter itu panik pada salah satu rekannya setelah selesai meletakkan kembali ponselnya di saku jas putih."Ba-baik." Meski dengan sedikit ketakutan yang masih terasa, namun salah satu perawat segera beranjak melakukan perintah yang ditujukan padanya. Jika dirinya tida
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status