Aku Tsania Rahma, enam belas tahun. Aku anak tunggal ayah ibuku, artinya sejak lahir aku selalu mendapatkan perhatian penuh, tidak terbagi sedikitpun. Dari kecil, aku selalu menjadi juara satu. Jadi, perhatian serta kasih sayang itu memang pantas aku dapatkan. Tidak ada yang bisa menandingi bakat alamiku terlahir cantik, pintar dan memesona. Kecuali satu orang, dan itu sangat menggangguku. "Tsania, minggu depan kamu dan Elang yang akan presentasi, ya! Ibu berharap banyak pada kalian." Bu Atika, guru bahasa inggris kami menyapaku di lorong kelas. Senyumku sempat pudar ketika Bu Atika menyebutkan nama dari segala sumber kekesalanku. Elang Sukma, murid pindahan dari kampung itu adalah satu-satunya yang tidak melihat keberadaanku. Atau sepertinya, Elang sama sekali tidak melihat siapapun. Anak itu seperti berada di dunianya sendiri, tidak tertarik pada apapun. Dan sikapnya itu sangat menggangguki. "Bu, bagaimana kalau saya tampil sendirian saja? Saya bisa menjelaskan materi dengan baik,
Read more