Home / Pernikahan / Suamiku Bocil Tajir / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Suamiku Bocil Tajir: Chapter 111 - Chapter 120

141 Chapters

Penggalan Kisah Masa Lalu

“Cola ini Lexi yang kasih?” pekik Thea.Keyla menundukkan wajahnya sehingga sejajar dengan meja kantin. Siang ini ia sangat berharap ia menjadi meja kantin sekolah saja, karena pekikan Thea barusan membuat semua penghuni kantin memperhatikan mereka. Mungkin tidak semuanya secara terang-terangan memperlihatkan ketertarikan pada perbincangan Cola pemberian Lexi Origo, namun Keyla yakin akibat kehisterisan sahabatnya ini siswa SMAN Prestasi tengah menghidupkan radar penangkap gosip mereka. Permasalahanya adalah, jika saja siswi yang mengatakan ia diberi sesuatu oleh Lexi itu siswi populer, atau setidaknya pintar mungkin tidak akan terlalu menarik tapi karena Keyla yang terbiasa dianggap siswi tak menarik justru akan memberikan bumbu baru.“The biasa aja ekspresinya,” bisik Keyla dari balik lengannya.Aya hanya menggeleng frustasi melihat pemandangan di depannya, “Kamu yang biasa aja Key, kenapa harus membungkuk gitu coba?”Benar juga, Keyla menegakkan punggung dan sayangnya saat ia mena
Read more

Mencari Kerja Bertemu Cinta

“Key, gimana wawancara tadi?” Suara Aya mengalun melalui earpieces di telinga Keyla. Keyla berjalan tergesa di jalan Kepatihan, ia mendecak kesal saat orang yang berada di depannya berjalan teramat santai dan tak jarang berhenti beberapa detik di depan etalase toko. Orang ini sangat mengganggu, apa ia tidak tahu setiap detik yang ia habiskan untuk melihat pajangan toko membuat antrian semakin panjang. “Bisa agak cepetan ga sih jalannya, manusia apa keong?” desis Keyla. “Apa, Key?” “Eh, sori bukan ke kamu, Ay. Ini orang di depanku tingkat dewa ngeselinnya jalan kaki serasa jalan di panggung catwalk.” Keyla sengaja menaikkan nada suaranya agar orang di depannya mendengar, namun sepertinya harapan Keyla hanya berbuah sia-sia. Ia masih tetap berjalan dalam kecepatan siput. Dengan sedikit menghentakkan kaki Keyla berjalan melewati orang itu meski harus memaksakan badannya masuk di antara celah arus pejalan kaki. Setelah sedikit berlari Keyla akhirnya sampai di halte bis di depan menar
Read more

Salah Paham

“Sumpah Lex, aku gak pernah ngirim CV ke tempat kamu! Kayaknya Dinda yang salah kirim.” Ketiga kalinya Keyla berusaha meyakinkan Lexi. Rasa sabarnya habis karena rasa malu pada Lexi, saat ini mereka sedang makan siang di pelataran Food Court Manglayang Indah Mall. Dan kesempatan interview tadi mereka habiskan untuk mengenang masa lalu. Membicarakan kabar beberapa teman SMA mereka, menggosipkan guru-guru dan mengenang rasa makanan-makanan yang dijual di kantin sekolah dulu. Tetapi pada akhirnya, Lexi selalu mengungkit kembali berkas lamarannya yang tersesat masuk ke dalam kotak surel pria itu, membuat Keyla kembali merasa wajahnya terbakar karena malu. “Dinda hanya melakukan apa yang kamu bilang, Dear. Dia minta kamu kirim CV ke alamat yang kamu tulis, iya Dinda kirim.” Lexi menyipitkan mata, lalu melanjutkan. “Jadi, apa yang membuatmu menyimpan alamat email biro penyewaan pasangan pesta?” Keyla mengaduk jus alpukatnya dengan kekuatan penuh agar susu coklat yang menempel di dinding
Read more

Petuah

“How ‘bout your day?” Keyla membaca ulang pesan singkat yang dikirim Lexi lebih dari sepuluh menit lalu. Keyla merasa sedang mereka ulang kegiatannya saat kuliah, ketika Lexi berada di Makassar, sebelum ia bersama Regga. Setiap hari mereka selalu berkomunikasi meski jarang bertemu. Tak penting siapa yang lebih dulu menghubungi, karena inti pembicaraan mereka sama, saling memberitahu kabar. Tak jarang teman-teman Keyla menanyakan hubungan mereka, karena melihat gelagat Keyla setiap kali menerima panggilan Lexi, Keyla berubah menjadi seekor kucing penurut. Dan semua itu kembali terjadi.Perbedaannya, dulu ia tak tahu Agistha adik tiri Lexi, yang dicemburui Keyla dan membuat Keyla mundur kemudian memilih Lexi. Tapi kini, semuanya jelas, Agistha bukan perempuan yang Lexi cintai, dan hingga hari ini Keyla tak melihat perempuan lain yang mungkin memiliki tempat special dalam hati Lexi.Tidak, belum melihat. Mungkin saja, sementara Lexi mengirimi pesan pada Keyla, Lexi sedang bersama peremp
Read more

Indah

Baiklah, Keyla merasa ragu karena benar seperti yang dikatakan Stephen King dalam autobiografinya, ini rasanya seperti menyekop kotoran sendiri sembari jongkok, tidak tahu apakah semua ini berguna? Apakah naskah ini benar-benar bisa menjadi sebuah buku? Keyla menatap hampa paragraf terakhir yang ditulisnya, kata-kata yang menceritakan kisahnya sendiri.“Apa ini? Rasa sakit sekaligus senang yang kurasakan saat mengenang kembali tentangnya. Kenangan selama enam tahun, selama dua tahun aku tanpa sadar melupakannya. Dan kini, dalam kebingungan karena kenyataan aku sangat merindukan namanya. Dan aku sadar aku sempat tak ingin membuang lagi rasa ini. Aku, tanpa aku sadar telah memendam perasaanku sendiri. Bahkan aku sekarang merasa malu untuk mengatakannya.”Aku terisak sambil memeluk bantal, Ginna menatapku iba ia tak mengatakan apapun selain menepuk lembut punggungku.“Aku takut. Aku takut akan sakit kembali aku takut akan jatuh lagi, seandainya aku merasakan semua itu tak sendirian, mung
Read more

Kembaran Lexi

Mereka terus berjalan hingga tiba di pusat festival, di depan mereka berdiri panggung sederhana yang dihias lukisan mural. Di atas panggung seorang MC baru saja memanggil band perkusi yang akan menghibur mereka. Keyla memandang penasaran pada Lexi, genggaman tangan Lexi mengerat. “Kamu mau nonton perkusi dulu, Lex?” Tanya Keyla, setahunya mereka datang kesini untuk melihat penampilan kenalan Lexi di lomba dance. “Lexi!” Teriak seorang perempuan, entah darimana datangnya –mungkin Lexi melihat perempuan itu datang, Keyla menyadarinya dari genggaman tangan Lexi –tapi saat ini perempuan itu tengah berjalan mendekati mereka. Agistha. Meski tak pernah bertemu langsung namun karena berkali-kali Keyla melihat foto Agistha di profil Lexi membuat Keyla hafal betul, perempuan bergaun sequin merah muda selutut di depannya ini Agistha. Sebenarnya, apa yang dikenakan Agistha siang ini tidak begitu sesuai dengan konsep festival tahun ini, kebanyakan pengunjung berpakaian casual dan santai sement
Read more

Musuh Mendekat

"Mas, aku lapar. Kita mampir makan dulu, ya!"Keyla memecah kecanggungan yang terjadi diantara mereka, ia tidak suka dengan sikap Daffa yang sekarang. Terlebih Keyla tahu penyebab menghilangnya keceriaan Daffa. Keyla harus bisa menyadarkan Daffa. Sampai kapanpun, Atika sudah menjadi bagian dari masa lalunya."Boleh, mau makan di mana?" tanya Daffa masih dengan pikiran entah berada di mana, hanya raganya yang ada di samping Keyla. Sebuah keberuntungan kalau sekarang mereka tidak mengalami kecelakaan.Keyla menyalakan ponsel dan membuka aplikasi peta, mencari restoran terdekat."Seratus meter lagi belok kanan, terus ada restoran makanan khas sunda. Kita makan di sana, ya. Aku kangen makanan rumah!"Daffa mengangguk tanpa membantah. Sesuai dengan instruksi dari Keyla, pria itu menjalankan kendaraannya menuju tempat yang dimaksud.Alunan musik gending menyambut pendengaran Keyla begitu melangkahkan kaki memasuki ruangan berbentuk saung raksasa. Hatinya semakin teriris mendengar musik yang
Read more

Konsiliasi

"Hai! Aku masuk, ya!"Cindy lagi-lagi dengan mandiri mempersilakan dirinya masuk ke dalam rumah Keyla. Gadis itu juga tanpa beban duduk di sofa empuk di ruang tamu Keyla."Wah,Tante Andini selalu bilang kalau kamu itu keponakannya yang paling lemah dan dia gak suka dengan sikap mu itu. Tapi melihat rumah yang dia berikan sebagus ini, tante Andini sangat menyayangimu!" Cindy berkomentar sambil menyapukan pandangannya mengitari ruangan itu. "Tapi kamu keponakan yang kejam, tante Andini sekarang dipenjara tapi kamu bisa santai-santai di sini!"Keyla memangku kedua tangannya di depan dada menatap sinis kepada Cindy."Langsung saja, kamu mau apa ke sini? Dan bagaimana hubunganku dengan tante Andini itu bukan urusanmu!"Cindy mengabaikan pertanyaan Keyla, sebaliknya gadis itu malah asyik memainkan ponselnya."Hei! kamu tuli, ya!" teriak Keyla kehilangan kesabaran, efek menenangkan dari obat yang ia minum juga ikut menghilang berkat kehadiran tamu tak diundang ini.Cindy mendecak sebal lalu
Read more

Kegelapan

"Kapan pesawat Elang tiba?" tanya Atika untuk kesekian kalinya hari itu.Rika yang sedang menemani nyonya mudanya merajut topi bayi tersenyum dan melirik jarum jam di tangannya."Seharusnya satu jam lagi Tuan Muda sampai. Nyonya lebih baik bersiap-siap sekarang," usul Rika membantu Atika merapikan gulungan benang-benang rajut di pangkuan Atika.Atika bangkit dan berjalan cepat menuju kamar tidurnya. Hatinya berbunga-bunga mengingat sebentar lagi akan bertemu secara langsung dengan Elang. Meski selama tujuh hari terakhir, keduanya rutin berkomunikasi melalui panggilan video tanpa satu hari terlewat, tetap saja pertemuan secara tatap muka lebih membuat Atika antusias. Selain itu, ini kali pertama Atika ditinggal pergi lebih dari tiga hari oleh suaminya. Dan, bolehkah Atika lagi-lagi menyalahkan hormon kehamilan atas rasa rindu yang membuncah untuk suaminya?Lima belas menit kemudian, Atika keluar dari kamar tidurnya dengan penampilan yang lebih rapi dan segar. Kaus oblong serta celana
Read more

Palung Terdalam

"Jangan pernah tunjukkan lagi wajahmu di sekitar SJ Grup. Perusahaan sudah mengirimkan pesangon sesuai kinerjamu selama ini. Kami harap kamu mengerti ini tindakan yang baik untuk semua pihak."Daffa mengemasi barang-barangnya sementara kalimat pamungkas dari kepala HRD terus terngiang di kepalanya. Seingatnya ia tidak melakukan kesalahan fatal yang bisa membuatnya dipecat secara sepihak seperti ini. Tetapi keputusan itu jatuh seperti petir yang menyambar di siang hari tanpa hujan, tidak ada peringatan sama sekali."Ini keputusan mutlak dari pimpinan perusahaan, saya hanya menyampaikan pesan. Saya minta maaf," ucap kepala HRD saat Daffa menanyakan alasan ia dipecat."Pak Elang yang memecatku langsung?" Kepala HRD terdiam sejenak seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. "Seharusnya saya tidak mengatakan ini, tetapi saya pikir ada baiknya kamu tahu. Pak Elang sekarang tidak lagi memiliki kendali penuh pada perusahaan. Perusahaan diambil alih oleh Bu Helen, nenek Pak Elang, istri mendian
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status