All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 61 - Chapter 70

200 Chapters

Bab 61. Tamu Tak Diundang

Setelah satu minggu lebih Alfin menunggu. Akhirnya, sore itu hasil tes DNA yang telah dijanjikan oleh pihak rumah sakit keluar juga. Seorang pemuda–orang suruhan Alfin mengantarkannya ke kantor. Alfin menerimanya dengan jantung yang sudah berdebar-debar. Tergesa-gesa ia membuka amplop berlogo nama rumah sakit itu. Ia keluarkan selembar kertas dari dalamnya.Alfin membacanya pelan-pelan dan teliti. Seolah ia tidak mau melewatkan satu katapun dari deretan huruf-huruf itu. Hingga akhirnya, tatapannya terpaku pada sebuah tulisan '99,9% positif'. Alfin menggenggam erat kertas itu, ia memang sudah menebak-nebak hasilnya sejak jauh-jauh hari. Dan sekarang keyakinannya telah terbukti. Bayi yang dilahirkan Maira adalah anaknya. Alfin merasakan rongga dadanya seperti terhimpit bongkahan batu besar, saat ingatannya kembali ke masa lalu. Matanya mulai memanas dengan air mata yang mulai menggenang.Pemuda dengan setelan jas berwarna abu-abu itu menutup mukanya dengan kedua tangan. "Kenapa aku bis
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more

Bab. 62. Beneran Cinta?

Tubuh Alfin membeku, matanya memanas dengan air mata nyaris tumpah saat Pak Cahyo mengatakan, "saya sudah menganggap Bapak dari cucu saya telah mati." "Bapak menyumpahi saya mati?" Suara Alfin tercekat, ia menghempaskan tangan Rendi yang mencoba menghalanginya. Pak Cahyo kembali membalik badan, ia tatap pemuda itu dengan raut wajah datar. "Saya tidak menyumpahi, saya cuma menganggap—"Alfin segera menyela, "itu sama saja Bapak menyumpahi saya mati! Memangnya Bapak mau cucu Bapak menjadi anak yatim, hah?" Dada Alfin naik turun, menahan gejolak amarah yang siap dimuntahkan. Bahkan secara tidak sadar, dia sudah kembali memperlihatkan watak aslinya. Dia sudah berani membentak Pak Cahyo kembali. Karena emosi yang meledak-ledak, bahkan ia lupa bahwa orang yang berdiri di depannya itu adalah 'kartu as' yang harus didapatkan.Pak Cahyo tersenyum sinis. "Bahkan cucu saya tidak pernah merasakan nafkah dari orang yang katanya 'bapaknya', lalu … apa bedanya cucu saya dengan anak yatim?"Tangan
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

Bab. 63. Anakku Bukan Anak Kita

Rendi merasa tubuhnya menjadi ringan, saat jari lentik Maira menelusuri bibirnya. Ini pertama kalinya, bibirnya itu disentuh oleh seorang perempuan. Ia sangat menikmati sentuhan itu, pandangannya mulai sayu saat tiba-tiba suara deheman cukup keras mengagetkannya. Sontak saja ia melepaskan tangannya dari Wajah Maira. Otomatis, jari itu pun terlepas dari bibirnya."Kalau sudah selesai, cepat kembali ke depan," kata Bu Rani sambil geleng-geleng. "Kalau perlu nikahnya langsung besok saja, Mama takut kalian khilaf." selorohnya sambil berlalu ke belakang.Rendi terhenyak, matanya mengikuti langkah sang mama yang melenggang ke belakang setelah mengatakan itu. Sementara itu, Maira tertunduk menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan menutup muka. Bisa-bisanya ia terbawa perasaan sampai tidak sadar jarinya sudah berkelana, menelusuri bibir pemuda di depannya itu. Ia lupa, bahwa bisa saja orang lain lewat sana jika mau ke belakang. "Ya, udah, kita ke depan sekarang, yuk," ajak Rendi,
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

Bab. 64. Kedatangan Mantan Mertua

Pagi-pagi sekali Maira sudah berada di dapur. Sedangkan Daffa, bayi itu masih tertidur pulas di kamar mereka. Beberapa karyawan catering Bu Ratih telah datang sejak habis subuh. Mereka mulai menyiapkan bahan-bahan untuk menu catering hari itu. "Mbak Maira, rencananya setelah menikah tinggal di mana? Tetap di sini apa ikut suami? Di sini ibu ada usaha, calon mertua Mbak juga ada usaha, ya? Aku dengar-dengar, calon mertua, Mbak, punya butik yang besar dan terkenal. Terus, calon suami Mbak seorang dokter. Wah … pasti repot banget, ya, Mbak?" celoteh Tini–salah satu karyawan Bu Ratih. Saat itu Maira memang berada di sampingnya untuk membantu mengupas bawang.Maira tersenyum simpul, dan menoleh pada gadis muda itu. "Aku ngikut suami aja, Tin. Tapi sebisa mungkin aku bakalan sering-sering kesini buat nengokin Bapak sama Ibu." jawab Maira sambil meletakkan bawang yang sudah dikupas ke dalam panci kecil."Mbak Maira beruntung banget, ya. Dapat calon suami orang kaya, ganteng, pekerjaan juga
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

Bab. 65. Mengungkap Masa Lalu

"Mana bisa begitu?" Maira geleng-geleng, ia tidak habis pikir dengan cara berpikir orang-orang di hadapannya itu. "Bahkan satu rupiah pun Bapak sama Ibu tidak ada kontribusi apa-apa pada anak saya. Dan sekarang, dengan mudahnya Bapak mau membawa kasus ini ke jalur hukum?" Maira berdecak. "Luar biasa." Pak Mahendra menarik miring sudut bibirnya. "Kamu lupa siapa kami? Kami bisa melakukan apapun yang kami inginkan, termasuk mengambil cucu kami darimu! Itu hal yang mudah bagi kami, Maira," ucapnya pongah. Ingin sekali Maira segera mengusir manusia tidak punya hati itu. Setengah dari dirinya telah merasakan kepanikan. Namun sekuat mungkin ia menepisnya untuk tetap bertahan di bawah ancaman Pak Mahendra. "Itu tidak akan pernah terjadi!" Tegas Maira. "Lebih baik sekarang Bapak dan Ibu lekas keluar dari rumah saya." Menunjuk pintu keluar."Sombong sekali kamu sekarang, ya? Sudah berani mengusir kami? Kamu lupa darimana asal rumah ini di dapatkan? Kalau bukan bantuan dari saya, rumah ini j
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more

Bab. 66. Jebakan?

Maira menghentikan langkah kakinya, dengan tatapan menuju sang ibu. Keningnya berkerut dalam.Bu Ratih berjalan mendekat. "Mobil yang biasa dipakai antar catering, tadi dibawa sopirnya. Baru kembali sekitar jam sebelas, Mai." jelas Bu Ratih dengan raut wajah panik. Wanita itu melongokkan kepala untuk melihat Daffa di dalam gendongan.Maira terhenyak, "apa pesan taksi aja ya, Bu? Ini Mas Rendi juga lagi susah dihubungi," kata maira sambil menggeser-geser layar ponselnya. "Nggak usah pesan taksi, Mai. Ke rumah sakit sama Ibu saja." tiba-tiba Bu Sofia muncul dari balik pintu. Pintu itu memang tidak tertutup sejak tadi, sehingga siapapun bisa langsung masuk ke dalam. "Kenapa Ibu masuk kemari?" Maira berkata ketus. Bagaimanapun ia masih enggan mengizinkan mantan mertuanya itu melihat anaknya. "I–ibu, hanya khawatir sama cucu Ibu. Apa Ibu salah, kalau Ibu masuk ke kamar ini?" balas Bu Sofia menahan rasa sedih. Ia berusaha melongok untuk melihat bayi dalam gendongan itu, namun Maira terus
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Bab. 67. Semakin Memanas

"Tenangkan dirimu dulu, Mai. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Pak Mahendra menoleh ke belakang. Ada gurat penyesalan dalam rautnya. Maira bisa melihat itu. Akan tetapi, perasaan kesalnya lebih mendominasi. "Biar aku turun di sini saja, permisi." kata maira sambil berusaha untuk keluar. Ia tidak mau terjebak lebih lama lagi. Ia harus segera keluar dari mobil itu dan pergi mencari bantuan. Setidaknya ia bisa berteriak meminta pertolongan jika Alfin berbuat nekat."Jangan, Mai. Tetap di dalam. Biar saya yang keluar temui Alfin." tegas Pak Mahendra. "Untuk apa, Pak? Untuk apa? Anda mau mengelabuhi saya lagi, iya?" bantah Maira menatap tajam mantan mertuanya. Dadanya bergemuruh hebat. Ia dekap erat bayinya. "Tenang, Mai. Tenang dulu. Ini diluar dugaan kami, kami tidak tahu Alfin ada di sini juga. Jangan berpikiran buruk dulu," kata Bu Sofia menggeleng keras. Ia turut memegangi lengan Maira yang hendak memaksa keluar dari mobil."Kalian tunggu di dalam! Biar Papa yang keluar!" Bu S
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Bab. 68. Pertolongan

"Heemmp …." Maira berusaha menggerak-gerakkan kepalanya agar bisa lepas. Selain rasa takut, ia juga merasa sulit untuk bernapas."Jangan gerak terus, kasihan bayinya, Mbak, nanti bisa kebangun." Orang itu kembali bersuara, detik berikutnya maira tersadar dengan keberadaan Daffa di dalam dekapannya. Bayi itu ikut terguncang seiring gerakan kepalanya yang terus menggeleng. Berangsur-angsur Maira berhenti memberontak. Saat itu, tangan besar yang membekap mulutnya juga ikut mengendur.Maira harus menghabiskan waktu bermenit-menit untuk berjongkok di balik pot besar dengan mulut dibekap. Ia baru bisa bernapas lega, saat orang itu berkata. "Sudah aman, mari keluar!" Sebelum berdiri maira sempat menoleh ke belakang, wangi parfum lelaki itu menyeruak menusuk hidungnya. Seorang laki-laki asing berdiri lebih dulu. Berpindah ke depan Maira, lalu menjulurkan tangannya di depan Maira. "Mari saya bantu."Maira mengerjap berkali-kali, otaknya masih sulit untuk menelaah semua yang baru saja terjadi.
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Bab. 69. Titik terendah

Maira membulatkan mata, lalu menoleh. Ragu-ragu ia menjawab. "Orang itu—" Maira menunduk, suaranya nyaris tenggelam. "Mantan suami kamu?" tebak Rendi, tak melepaskan Maira dari pandangannya."Mas tahu dari mana?" Maira kembali mengangkat kepalanya, untuk melihat wajah tampan di sampingnya."Nebak saja." Rendi terkekeh, namun tetap mengawasi perubahan ekspresi wajah Maira. Perempuan itu menjadi murung."Maaf, ya, gara-gara Mas nggak bisa nganterin kamu ke rumah sakit, kamu jadi dikejar-kejar sama orang itu." Rendi merasa bersalah, seharusnya ia lebih siaga menjaga calon istri dan anaknya. "Nggak apa-apa, Mas. Aku tahu Mas pasti sibuk. Harusnya aku yang lebih hati-hati," balas Maira, mengulas senyum di bibirnya. Berusaha mengerti dengan kesibukan calon suaminya."Pagi banget Salsa datang ke rumah. Minta antar ke butik, kebetulan Mama udah berangkat, jadilah dia minta antar, Mas." Rendi mulai menjelaskan sambil menghidupkan mesin mobilnya.Maira mengerutkan kening. "Salsa itu, kan—" uc
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Bab. 70. Kenyataan Pahit

Setelah memastikan Maira dan bayinya sampai di rumah dengan selamat. Rendi segera kembali membawa mobilnya ke butik karena Salsa yang terus menerornya. Gadis itu menolak dengan berbagai alasan ketika ia mengusulkan untuk naik taksi saja. Rendi memang merasa kesal namun ia juga tidak tega membiarkan adiknya begitu saja. Terlepas dari bagaimana kejamnya mulut Tante Riana padanya, Rendi akan tetap mengakui Salsa sebagai adik keponakannya. "Kenapa nggak suruh jemput calon suamimu aja, sih, Sa? Mas capek kalau harus bolak-balik begini." Rendi langsung meluapkan rasa kesalnya pada Salsa ketika tiba di butik. Tanpa menemui mamanya terlebih dahulu ia kembali masuk ke mobil."Harus berapa kali sih, aku bilang. Mas Alfin itu sibuk! Maklum lah, dia pewaris tunggal perusahaan papanya. Pasti banyak yang dikerjakan. Bedalah sama Mas, jadi dokter masih bisa kesana kemari, lagian siapa suruh Mas ninggalin aku tadi." cibir Salsa tanpa rasa bersalah. Dengan bangganya ia menyuarakan bahwa Alfin adalah
last updateLast Updated : 2023-10-26
Read more
PREV
1
...
56789
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status