All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 51 - Chapter 60

200 Chapters

Bab 51. Cinta?

Sepasang mata bulat itu tertegun, Maira menilik lebih dalam untuk membaca raut wajah Rendi yang tampak tenang. Tidak ada keraguan sama sekali yang tersirat di sana."Kenapa Dokter bisa seyakin itu?" lirih Maira. Matanya mulai berkaca-kaca."Karena saya … saya mencintaimu, Maira …." jawab Rendi. Maira memalingkan mukanya. Air matanya luruh seketika. Tidak dapat dipungkiri, hatinya terasa menghangat seketika itu.Rendi kembali meraih tangan Maira, dan mengusap lembut. Ia merasa bingung dengan perempuan itu. Kenapa malah menangis? Rendi merasa tidak ada yang salah dengan apa yang telah ia ucapkan. "Kenapa malah nangis? Saya ada salah?" tanya Rendi. "Coba lihat saya," perintahnya.Maira menyusut jejak air matanya dengan sebelah tangan, lalu menoleh ke arah Rendi. Hatinya dipenuhi dengan kebimbangan."Saya serius, saya cinta sama kamu, Maira … bahkan sampai detik ini, hanya ada namamu yang ada di dalam sini." Rendi melepas tangan Maira dan menunjuk dadanya sendiri. Maira tergagap suaranya
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

Bab 52. Tes DNA

Satu Minggu kemudian …."Ada perkembangan informasi apa hari ini?" Alfin bersedekap dan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Matanya menatap lurus lawan bicaranya."Saya mendapat informasi bahwa Bu Maira belum ada menikah lagi, Pak," ujar orang kepercayaan Alfin yang diutus menyelidiki keluarga Pak Cahyo. Sampai hari ini, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Diam-diam Alfin terus mencari informasi tentang mantan istrinya."Lalu bagaimana dengan bayi itu?" Alfin terus menggali informasi dari orang kepercayaannya. Tak ingin satupun informasi terlewatkan."Kabar yang saya dapat, bayi itu masih ada di rumah sakit, Pak. Sedangkan Bu Maira sudah diperbolehkan pulang sejak tiga hari yang lalu." Pemuda utusan Alfin itu berdiri tegap dengan ekspresi wajah datar. "Apa ada masalah serius dengan bayi itu?" tanya Alfin menyelidik, tiba-tiba saja perasaan tidak enak menggelayuti dirinya.Pemuda itu menggeleng tegas. "Tidak, Pak. Terakhir yang saya tahu, berat badannya belum memenuhi
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

Bab 53. Menjemput

Berkali-kali Rendi menelan salivanya dengan kasar, ekor matanya terus melirik perempuan yang tengah duduk di sebelahnya. Ia gelisah setelah mendapat kabar dari rekannya, ada seseorang yang ingin melakukan tes DNA terhadap bayi yang telah dilahirkan oleh Maira. Ia bisa menebak siapa pelakunya. Tanpa sadar, Rendi mencengkram erat kemudinya. Helaan napasnya semakin berat karena menahan emosi. Bukan dia tak mau mengakui bahwa bayi itu memang masih memiliki seorang ayah. Namun ia takut … takut jika Maira kembali pada mantan suaminya, setelah lelaki pecundang itu mengetahui bayi itu adalah darah dagingnya."Kamu kenapa sih, Mas? Kayaknya tegang banget?" Maira memiringkan kepalanya untuk melihat Rendi lebih jelas.Rendi menoleh sekilas dan tersenyum pada Maira. "Nggak, kok. Siapa yang tegang? Aku cuma fokus sama jalanan saja," bantah Rendi. Ia melihat Maira sebentar, lalu kembali menatap jalanan di depannya."Tapi ekspresinya kaku banget, loh …." protes Maira, perempuan itu kembali menatap k
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

Bab 54. Fitting Baju Pengantin

Alfin melirik tak enak pada Mama papanya yang tengah mengawasinya dengan tatapan tajam. Ia menghembus pelan napasnya, kemudian mengangguk pelan. "Oke."Senyum sumringah terbit di bibir Salsa. "Makasih, ya, Mas. Kamu udah mau luangin waktu buat aku," ujarnya. Lalu menoleh ke arah Bu Sofia dan Pak Mahendra yang ikut tersenyum senang."Sudah semestinya Alfin menemani kamu seperti itu, Sa. Itu 'kan untuk keperluan pernikahan kalian berdua," sahut Bu Sofia. Wanita paruh baya itu menoleh pada suaminya. "Iya, 'kan, Pa."Pak Mahendra manggut-manggut. "Benar itu, bahkan dulu Papa rela ditegur atasan demi menemani mamamu yang banyak maunya ini." Pak Mahendra merangkul pundak Bu Sofia dengan mesra. Mereka tertawa renyah kecuali Alfin. Lelaki itu hanya mengulas senyum tipis. Tangannya terasa gatal ingin segera melihat ponselnya. Namun, keberadaan Salsa yang duduk di sisi kanannya membuatnya tak bisa berkutik. Bisa saja Alfin membuka ponselnya, namun ia tak mau gadis di sampingnya itu ikut meliha
last updateLast Updated : 2023-10-09
Read more

Bab. 55 Gaun Pengantin untuk Calon Menantu

Alfin mengangguk sopan, dan mengulurkan tangannya pada Bu Rani saat Salsa–calon istrinya itu terus berceloteh. Bagaimanapun ia harus menjaga sikapnya di hadapan siapa pun, terlepas dari suasana hatinya yang tengah kacau saat itu. "Alfin, Tante," kata Alfin memperkenalkan diri. Seulas senyum ia suguhkan untuk wanita paruh baya di depannya.Bu Rani terhenyak, ia tidak menyangka Riana–adiknya serius untuk menjodohkan anaknya dengan mantan suami Maira itu. Wanita paruh baya itu menyambut uluran tangan Alfin, setelah sebelumnya ia membuang napasnya pelan. "Rani," balasnya sambil mengulas senyum tipis. Kemudian menarik kembali tangannya.Jujur saja ia kurang setuju jika keponakannya jadi menikah dengan laki-laki itu, mengingat rekam jejak lelaki itu yang telah menyia-nyiakan Maira dan bayinya. Ia tak ingin Salsa juga merasakan apa yang tengah Maira rasakan saat ini. Salsa mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Lalu tatapan matanya jatuh pada sebuah gaun yang sepertinya sangat indah
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Bab 56. Mirip

'Bayi' Alfin bergumam, hatinya semakin bergejolak hebat. Ia lantas mempertajam lagi indera pendengarannya. "Syukurlah kalau begitu, Mama turut senang mendengarnya. Besok aja Mama ke sana, ini Mama masih sibuk, adikmu mau menikah, Ren." Bu Rani mengerlingkan mata pada Salsa. "Ini lagi mau fitting baju buat acara nikahan, udah dulu, ya." jelas Bu Rani lalu wanita itu mengucapkan salam dan memutus sambungan teleponnya.Dengan langkah yang anggun Bu Rani kembali menghampiri Salsa dan Alfin yang masih setia menunggunya. "Ayo kita ukur lagi.""Iya Tante." Salsa kembali merentangkan tangannya. Bu Rani dengan cekatan melingkarkan sebuah meteran kain ke bagian tubuh Salsa, lalu terlihat wanita itu berkali-kali menuliskan angka-angka di kertas."Tante, yang telepon tadi Mas Rendi, ya?" tanya Salsa tak dapat menyimpan rasa penasarannya. "Iya, Sa." Bu Rani kini berpindah mengukur tinggi badan Salsa. Mulai dari ujung kaki hingga sampai di pundak gadis itu."Memangnya bayi itu beneran anaknya Mas
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more

Bab 57. Bertemu Saingan

Rendi meringis, ketika merasakan tubuh bagian belakangnya ngilu akibat terbentur lantai. "Kamu nggak apa-apa, Mas? Aduh, maaf, ya, aku nggak ada maksud buat kamu jatuh." Maira beringsut jongkok, bermaksud membantu lelaki itu untuk bangun. Merasa bersalah karena lelaki itu terjatuh dari sofa."Nggak usah … nggak usah," tolak Rendi pelan. "Aku bangun sendiri aja, enggak usah dibantuin." Rendi berpegangan pada pinggiran sofa untuk membantunya berdiri."Maaf, ya, Mas. Sakit, ya?" Maira meraih bantal sofa dan mengembalikan di tempatnya. Ia kembali duduk di samping lelaki yang tengah mengurut pelan pinggangnya itu. "Nggak apa-apa, ini nggak sakit. Cuma agak ngilu aja." Rendi terkekeh membuat Maira mencebikkan bibir."Sama aja itu, Mas!" ketusnya. Ia mencuri-curi pandang ke arah pinggang Randi."Udah mau sore, Mas pulang dulu, ya. Nanti ada praktek jam lima sore. Kamu nggak apa-apa 'kan kalau aku tinggal tugas sebentar? Biasanya jam tujuh udah pulang, nanti aku kabari lagi." Rendi melihat
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more

Bab 58. Persiapan Lamaran

Menjelang sore, saat Maira baru saja selesai menggantikan pakaian bayinya setelah selesai dimandikan. Ia berencana untuk mulai memikirkan nama yang bagus untuk anaknya. Maira duduk di bibir ranjang, sambil memperhatikan wajah bayinya yang tengah tertidur dalam box bayi. Bayi berusia satu minggu itu belum juga diberikan nama. "Daffa, ya, Daffa sepertinya nama yang bagus." Maira mengarahkan bola matanya ke atas. "Tapi … nama panjangnya siapa?" Ia kembali berpikir."Daffa—" Maira menoleh pada meja kecil di samping ranjangnya. Di sana ponselnya bergetar sebentar dan berkedip satu kali. Sengaja menyetelnya dengan mode senyap, karena takut mengganggu tidur bayinya. Cepat-cepat Maira segera menyambar benda pipih itu.Di layar bagian atas, ia dapat melihat ada barisan angka baru yang mengirimkan pesan padanya. Maira mengerutkan kening. "Siapa, ya?"Jari jempol Maira lekas mengusap layar itu dan melihat aplikasi hijaunya.'Apa kabar, Mai? Gimana keadaan bayi kita sekarang? Apa dia baik-baik
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

Bab 59. Diterima?

"Jadi … Mama setuju kalau Rendi nikah cepat?" Lelaki berkulit kuning Langsat itu memandang lurus mamanya.Bu Rani mengembalikan cangkir ke meja, setelah beberapa kali menyesap isinya. "Hemm—" ia mengangguk lalu memiringkan kepalanya. "Tentu saja setuju, lagian … status Maira sudah jelas saat ini, udah nggak ada alasan lagi untuk menunda-nunda."Rendi begitu terharu, setelah mendengar keputusan mamanya. Ia berdiri dan menghampiri sang Mama lalu berlutut di depan mamanya. "Terima kasih, Ma. Terima kasih … karena Mama selalu mengusahakan yang terbaik untuk Rendi, selalu mendukung keputusan Rendi." Rendi mengecup punggung tangan Bu Rani dengan khidmat.Setelah mendapatkan restu dari mamanya. Tidak peduli dengan rasa lelah yang begitu menyiksa, malam itu juga ia kembali mengemudikan mobilnya menuju rumah Pak Cahyo. Niat baik tidak boleh ditunda-tunda, pikir Rendi. Semakin cepat akan lebih baik.***"Mas Rendi! Ngapain malam-malam kesini?" Maira terhenyak mendapati Rendi telah berdiri di d
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Bab 60. Sudah Siap?

Rendi mengerling Maira sebentar, perempuan itu diam tertunduk. Di sampingnya Bu Ratih terlihat serius menyimak sambil memangku cucunya. Bayi pintar, batin Rendi saat melihat bayi itu tertidur pulas tidak terganggu sama sekali oleh aktivitas orang dewasa. Lalu ia segera mengembalikan fokusnya kepada Pak Cahyo. "Pak, mungkin sebelumnya Maira sudah pernah bercerita kepada Bapak dan Ibu." Rendi menatap Pak Cahyo dan Bu Ratih bergantian. "Bahwa saya akan datang membawa keluarga saya untuk melamar putri Bapak. Dan sore ini … saya sangat bersyukur, akhirnya Maira mau memberikan keputusan yang jelas." Lalu Rendi menatap Maira. Perempuan itu juga tengah memperhatikannya dengan tatapan sayu. "Sore ini … saya membawa keluarga saya untuk meminta izin pada Bapak dan Ibu untuk meminang putri Bapak. Apakah Bapak dan Ibu sudah benar-benar ikhlas menerima saya? Mengizinkan saya untuk menikahi putri Bapak?" Rendi menjeda kalimatnya, ia menghirup oksigen dalam-dalam sebelum meneruskan kalimatnya. "Apa
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status