Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 161 - Chapter 170

200 Chapters

Bab 161. Kejutan Selanjutnya

Maira menyunggingkan senyum tipis saat menyadari gurat ketakutan tercetak jelas di wajah Bu Nastiti. Dia tidak tahu secara pasti, apa yang menyebabkan wanita yang gaya rambutnya selalu disanggul itu seperti ketakutan. Apakah wanita itu mulai terpengaruh dengan ucapannya barusan?Beberapa pekan, Maira selalu menahan diri untuk tidak menyerang wanita yang tengah duduk di depannya itu secara terang-terangan. Mengatakan kematian Bapaknya disebabkan oleh perbuatan suami wanita itu rasanya terlalu keji dan terkesan menuduh tanpa bukti. “Ya, saya setuju dengan pendapat kamu, orang yang telah berbuat jahat memang sudah seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal.” balas Bu Nastiti. Terlihat sekali wanita itu memaksakan bibirnya untuk mengulas senyum. Ingin sekali Maira tertawa, menertawakan kebodohan Bu Nastiti yang dengan berani mengatakan hal itu. Bagaimana jadinya jika wanita itu tahu, orang jahat yang tengah mereka bicarakan adalah suaminya sendiri. Menyelipkan sebagian rambutnya ke b
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Bab 162. Siapa yang Melaporkan?

Bu Nastiti meremas jari-jarinya yang saling terkait di depan tubuh. “Jadi, kedatangan saya kemari adalah karena adanya laporan atas tindakan kriminal yang telah direncanakan oleh Bapak Gunawan. Apakah beliau sedang ada di rumah?” Pak polisi menjaga intonasi bicaranya agar tetap tenang. “Ma–maksudnya bagaimana, ya? Saya nggak ngerti.” Bu Nastiti hampir saja limbung, satu tangannya sigap meraih pagar besi rumahnya untuk menahan tubuh. Satpam yang tengah berjaga di pos sontak berlari ke arahnya bermaksud membantu wanita itu. “Nyonya tidak apa-apa?” tanya Pak satpam dengan raut khawatir. Mencuri-curi pandang ke arah Pak Polisi dengan dada berdebar. “Tidak apa-apa, Pak. Tolong bukakan gerbangnya sekarang,” pinta Bu Nastiti pada Pak satpam. Lalu menoleh pada Pak Polisi. “Pak, lebih baik kita bicara di dalam. Saya tidak enak kalau ada tetangga yang melihat.” kata Bu Nastiti seraya mengedarkan pandangan ke sekitar.Bu Nastiti segera kembali masuk ke dalam mobil dan membawanya ke dalam hal
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Bab 163. Semakin Pelik

Mita menatap polisi itu dengan harap-harap cemas. Setidaknya, jika dia mengetahui siapa yang telah membuat laporan itu, dia akan membuat perhitungan dengan pelapor. Mita tidak terima harga diri papanya diinjak-injak seperti itu. Selama ini, Pak Gunawan terkenal sebagai orang yang sukses dan terhormat. Mita bertekad, dia tidak akan membiarkan siapapun mencoreng nama baik sang papa.“Waktu saya sudah banyak yang terbuang sia-sia. Bisakah saya masuk sekarang.” Pak polisi menatap Mita garang. Mita mundur selangkah. “Tapi saya mau tahu siapa yang sudah melaporkan Papa saya!” Mita nekat mendesak.“Apa saudari yakin bisa menjaga sikap, setelah tahu siapa yang sudah melaporkan Pak Gunawan?” Polisi itu menyipitkan matanya. “Ma–maksudnya apa?” Mita tergagap. Mungkinkah polisi itu tahu akan niatnya?“Saya harus menjaga privasi demi keamanan clien saya.” tegas Pak polisi yang di dadanya tersemat name tag bertuliskan ‘Bagus Permana’. “Permisi, biarkan saya memeriksa ke dalam.” Pak polisi mendoro
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Bab. 164. Menggagalkan Rencana Mita

Rendi mendadak gusar. Segera memalingkan wajahnya saat menyadari wanita yang tengah mengenakan hoodie coklat itu adalah Mita.“Detektif bodoh itu sudah kami amankan, sekarang kami harus apa lagi?” Suara seorang pria yang berasal dari bangku Mita, membuat jantung Rendi terasa seperti diremas.“Detektif bodoh?” desis Rendi. Lalu otaknya kembali teringat pada Pak Doni yang tak kunjung datang. Rendi berusaha kembali menghubungi nomor pria itu namun kini justru nomornya sudah tidak aktif. “Di luar jangkauan?” Rendi menatap nanar layar ponselnya, lalu dengan sembunyi-sembunyi kembali menoleh ke bangku yang diduduki Mita.“Jangan biarkan dia bebas. Saya tidak mau nama baik keluarga saya hancur gara-gara kasus itu!” Mita kembali berbicara pada pria di depannya.Rendi menggelengkan kepala, setengah tidak percaya, Mita bisa melakukan hal sejauh itu. Diam-diam Rendi terus mencuri dengar. “Awasi Dokter Rendi. Jangan sampai dia bertindak lebih jauh.” pesan Mita sebelum pergi meninggalkan kafe,
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Bab 165. Kekalahan Mita

Setelah rumahnya diacak-acak oleh polisi tadi sore, Mita langsung mencari identitas siapa pelaku yang telah melaporkan papanya. Dan … di luar dugaannya, salah satu orang kepercayaan yang dia suruh mencari informasi menyebutkan nama Rendi Prayoga lah pelakunya. Mita terkejut bukan main.Begitu juga dengan Bu Nastiti yang sejak awal tidak menaruh curiga. Wanita yang gemar menyanggul rambut itu semakin naik pitam. Hari itu juga, mereka menyuruh beberapa orang kepercayaan untuk menghalangi niat Rendi. Awalnya, Mita merasa keberuntungan terus berpihak kepadanya. Dengan sangat mudah, Mita mendapatkan informasi siapa saja yang telah bekerja sama dengan Rendi. Malam harinya, beberapa orang suruhan Mita langsung menuju kantor Pak Doni–orang yang mereka curigai sebagai tangan kanan Rendi. Mereka terus mengikuti Pak Doni hingga mereka sedikit menyingkir saat mengetahui pria itu pergi ke kantor polisi. Tidak berselang lama, mereka melihat mobil Pak Doni kembali keluar dari kantor polisi denga
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Bab 166. Penyesalan Pak Gunawan

Polisi terpaksa melepaskan peluru sebagai peringatan, saat Mita tak kunjung bisa diajak bicara baik-baik. “Lepaskan Pak Rendi, atau saudari Mita terpaksa saya tembak.” Dua orang polisi berjalan waspada mendekati Mita yang terlihat lengah. Lalu dengan gerakan yang singkat, mereka telah berhasil menarik Mita dari atas tubuh Rendi. “Lepaskan saya! Dia harus mati!” Mita berteriak kesetanan. Wajah yang biasanya selalu terlihat cantik dengan rambut gelombangnya itu telah berubah menjadi merah padam. Polisi segera memborgol tangan wanita itu.“Dok, Anda tidak apa-apa?” Pak Doni mendekat dan membantu Rendi untuk duduk. Kemudian kelopak matanya terangkat melihat bekas cekikan Mita pada leher Rendi.“Itu—” Pak Doni ikut merasa ngilu melihat leher Rendi yang memerah nyaris berubah warna menjadi biru lebam. Tidak pernah ada di dalam pikirannya, seorang wanita berkelas seperti Mita nyaris saja membunuh orang lain. Pak Doni geleng-geleng.Rendi terbatuk-batuk memegangi lehernya yang nyaris patah
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 167. Upaya Bu Nastiti

“Pa! Papa kenapa?”“Halo, Pa?”Bu Nastiti semakin kalut saat mendengar suara benda terjatuh dari seberang telepon. Lalu saat dia dengar suara sang suami yang seperti tengah kesulitan bernapas, pikiran wanita itu terasa semakin carut marut.“Halo, Pa? Papa nggak apa-apa, kan? Papa harus kuat. Bagaimana dengan Mita, Pa? Mama harus bagaimana? Papa nggak ada di rumah, Mita ditahan. Rasanya Mama mau mati saja.” racau Bu Nastiti dengan lelehan air mata yang semakin deras. Beberapa saat lamanya terdiam, suara Pak Gunawan kembali terdengar. Bu Nastiti menghela napas lega di sela isak tangisnya. “Ad–rian, Ma … minta tolong sama anak itu.” Meskipun dalam kondisi bingung, Bu Nastiti langsung mengiyakan. Apalagi saat suara suaminya masih terdengar belum normal kembali. “Pa, Papa masih kuat ke rumah sakit sendiri? Atau … Papa bisa, kan, minta tolong sama orang-orang di sana.” Bu Nastiti masih berusaha membuat suaminya tetap sadar di seberang sana.Meskipun dengan napas yang terasa sesak, Pak Gu
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Bab. 168. Fakta yang Menyakiti

Rendi menyadari tatapan Bu Nastiti yang tengah terkejut melihat bekas luka di wajahnya. “Jadi, apa Ibu masih ngotot meminta istri saya membebaskan Mita, setelah Ibu melihat sendiri bagaimana wajah saya saat ini?Dahi Maira semakin berkerut, heran. Dia masih meraba-raba maksud perkataan dari suaminya. “Saya minta maaf atas nama Mita.” balas Bu Nastiti, menunduk. Setelah mendengar hal itu, Bu Nastiti merasa semakin malu terhadap Rendi. “Mas, apa ini maksudnya? Luka itu—” Maira menggantungkan kalimat dengan jari telunjuk mengacung pada wajah Rendi. Rendi mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. Pria yang memiliki sorot mata teduh itu menganggukkan kepala. Memberikan isyarat pada istrinya, bahwa yang ada dalam pikiran Maira adalah benar adanya.Maira syok, menutup mulut, lalu mengalihkan tatapannya pada Bu Nastiti. “Saya tidak menyangka, putri Ibu tega berbuat kasar pada suami saya. Setelah semua yang terjadi, rentetan musibah yang menimpa keluarga saya, dan Ibu mau melupakan be
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Bab. 169. Tawaran Pak Gunawan

Brak!Pak Gunawan menggebrak meja kerja Maira. Rendi melotot tidak terima kemudian berdiri. Pria tampan menyembunyikan istrinya di belakang tubuh.“Jangan merusak apapun yang bukan milik Anda, Pak!” Rendi memperingatkan. Namun, kondisi Pak Gunawan yang baru saja selesai melakukan perjalanan jauh, membuatnya merasa lelah dan mudah tersulut emosi. Apalagi setelah mendengar kalimat sindiran Rendi. Pria tambun itu merasa telinganya panas seperti terbakar.“Istri saya pemilik butik ini, itu artinya saya juga memiliki hak atas butik ini!” sinis Pak Gunawan, memandang Rendi dengan tatapan remeh.“Dan itu belum sepenuhnya, Pak. Bahkan istri Anda sudah hampir mengembalikan butik ini untuk menebus kesalahan putri kesayangan Anda.” Rendi membuka kancing kemeja teratasnya, tiba-tiba hawa panas membuat lehernya seperti tercekik.“Brengsek! Apa maumu, hah?” Pak Gunawan hampir saja menarik kerah kemeja Rendi jika saja pria tampan itu tak sigap menghindar. “Sayang, kamu bisa pindah ke ruang sebelah
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

Bab 170. Penyesalan yang Terdalam

Melihat Pak Gunawan yang seperti kesulitan bernapas membuat semua yang berada di ruangan itu panik.“Pa!” Bu Nastiti menahan Pak Gunawan tetap duduk. Kemudian mengalihkan tatapannya pada Pak Doni juga dua orang polisi lain yang baru saja masuk. “Pak, tolong … tolong beri waktu untuk suami saya istirahat dulu.” Bu Nastiti memohon dengan wajah memelas.Dua orang anggota polisi pun menoleh pada Pak Doni, meminta persetujuan pria itu. Pak Doni berdeham pelan seraya merapikan bagian depan jas yang dia pakai. “Sepertinya Pak Gunawan memang butuh istirahat.” kata Pak Doni, menatap dua orang polisi itu dengan ekspresi wajah tenang.Mendengar itu, sudut bibir Bu Nastiti tertarik ke atas. “Terima kasih, Pak.” Wanita itu bersyukur atas kelonggaran yang diberikan pada suaminya.“Tetapi, Pak Gunawan harus tetap berada di bawah pengawasan mereka.” lanjut Pak Doni, berbicara sambil mengarahkan jari jempol pada dua orang polisi.Bu Nastiti menunduk dan menghela napas. “Pa?” Matanya sendu menatap su
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status