Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Pesona Istri yang Dicampakkan: Chapter 181 - Chapter 190

200 Chapters

Bab 181. Pekerjaan Baru

“Dia … kabar terakhir yang saya tahu, dia sudah kembali ke Indonesia dan sudah menikah. Hanya saja, saya juga belum pernah berjumpa kembali dengannya. Saya tidak tahu di mana dia sekarang.” Adrian menegakkan punggung. Tatapan matanya kembali ke arah jendela kaca kecil yang langsung menghadap pada ranjang pasien Bu Nastiti.Rendi terdiam, dalam hati dia menyimpulkan bahwa hubungan antara keluarga Pak Gunawan dengan anak bungsunya tidak baik-baik saja. Apalagi, selama ini hanya Mita yang selalu terlihat dibanggakan oleh pria tambun itu. “Apa tidak pernah berkirim kabar?” “Ada, terakhir dia berkabar, dia bilang sudah menikah dan telah memiliki anak. Namun, anak dan istrinya tidak pernah dikenalkan dengan keluarga sama sekali.” “Sayang sekali,” sahut Rendi dengan suara lirih.“Entahlah. Jujur saja, saya sudah lelah berhubungan dengan keluarga Papa,” ujar Adrian, mengusap wajahnya.“Bagaimana pun juga mereka tetap keluargamu.” “Mama Nastiti memang keluarga saya. Namun, tidak dengan Mit
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Bab 182. Kabar Duka

“Gimana kondisi Bu Nastiti, Mas?”“Tidak bisa dikatakan baik. Kita berdoa saja semoga beliau segera sadar.” Rendi menarik pinggang Maira dan membawanya ke dalam dekapan.“Mas!” Maira memekik, melayangkan tatapan protes ketika suami tampannya tiba-tiba mendaratkan kecupan lembut di pipinya. Jam sudah semakin beranjak sore dan suaminya itu belum juga makan siang.“Jangan begini. Ini udah terlalu telat untuk makan siang,” ujar Maira, mencoba melepaskan diri, wanita yang tengah mengenakan dress rumahan berwarna kuning gading itu melirik jarum jam yang terletak di dinding kamar. “Hampir setengah dua. Mas harus makan dulu. Aku nggak mau ya kalau Mas jatuh sakit gara-gara telat makan.” Sepasang mata bening itu menyorot tajam wajah Rendi. “Iya–iya. Ya udah ayo!” Melepaskan pinggang ramping istrinya, Rendi lalu beranjak dari ranjang diikuti oleh Maira. “Makan yang banyak!”Rendi membuka mata lebar-lebar demi menghadapi sepiring penuh makan siang yang dihidangkan oleh istrinya. Dia ingin pr
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bab. 183. Berubah

Tidak lama setelah Rendi membawa Maira ke depan. Jenazah Bu Nastiti sudah siap untuk diantarkan ke peristirahatan terakhirnya.Rendi dan Maira turut mengantarkan dengan mengikuti ambulan yang melaju di depan mobil mereka. “Mas ada lihat Pak Gunawan sama Mita, nggak, sih?” Maira bertanya sambil melihat jalan di depannya. Laju mobilnya sedikit lambat karena banyak mobil yang mengikuti ambulan pengantar jenazah Bu Nastiti.“Nggak ada. Kenapa memang?” sahut Rendi, masih fokus pada kemudinya. “Apa mereka belum tahu ya kalau Bu Nastiti udah nggak ada?” Rendi mengedikkan bahu. Sebenarnya, dia justru lebih merasa tenang dengan tidak bertemu dengan Pak Gunawan juga Mita.Setelah menempuh perjalanan selama hampir lima belas menit, mobil mereka tiba di pemakaman khusus di kota itu. Beberapa orang telah berkumpul di dekat makam. Rendi dan Maira keluar dari mobil dan melangkah ke arah tempat orang-orang telah berkerumun. Tanpa mereka tahu, di dalam kerumunan itu telah berdiri dengan tubuh lung
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Bab 184. Anggrek Warna Merah

Satu minggu setelah kematian Bu Nastiti ….Pagi itu Adrian mulai mendatangi rumah sakit milik papa angkatnya. Memeriksa dokumen-dokumen penting juga berkenalan dengan anggota jajaran direksi rumah sakit. “Saya tidak menyangka Pak Gunawan bisa terjerat kasus seperti itu. Jadi, Pak Adrian ini anak lelakinya Pak Gunawan?” tanya salah satu anggota jajaran direksi rumah sakit. Adrian mengangguk dengan ekspresi wajah datar. “Benar, Pak.”“Kenapa selama ini tidak pernah dikenalkan? Maaf, saya tahunya hanya Bu Mita anak Pak Gunawan.” Pria bersetelan jas warna hitam itu tersenyum mengejek, seolah Adrian tidak pantas untuk berada di sana. Suasana ruang rapat khusus direksi mendadak tegang. Beberapa orang terlihat saling berbisik. Adrian merasa ini memang bukan dunianya. Namun, permintaan Pak Gunawan satu minggu yang lalu membuatnya tergugah untuk meneruskan mengurus rumah sakit itu.Setidaknya, sampai pemilik aslinya datang atau ditemukan. “Perkenalkan, nama saya Adrian Haditama Gunawan. Sa
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 185. Keluarga Baru

“Sedang apa? Sepertinya sangat serius.” Rendi mengerutkan kening, matanya melirik ujung jari Adrian yang menyentuh kelopak bunga anggrek berwarna merah menyala.Adrian meringis. “Ehm, ini … aku suka sama koleksi bunga anggreknya. Cantik,” ujarnya, menunjuk bunga anggrek yang dimaksud.Rendi menautkan kedua alisnya lalu manggut-manggut. “Kupikir penyuka bunga itu hanya kalangan wanita saja.” Rendi memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. “Sekedar informasi, koleksi anggrek itu milik istri saya,” lanjutnya. “Oh,” Adrian, mengangguk mengerti. Ah, betapa Maira itu sangat mirip dengan mama kandungnya, pikir Adrian. Ia mengikuti langkah Rendi ke dalam rumah.Adrian kembali menoleh dan menatap sekilas bunga anggrek warna merah itu sebelum benar-benar masuk rumah.“Jadi, ada apa ini tiba-tiba kamu datang kemari?” Rendi melipat kaki dengan punggung bersandar di sofa. Tatapannya tak lepas dari Adrian yang sibuk melihat pernak-pernik di rumah itu. Rendi juga melihat pupil mata Adrian mem
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 186. Kondisi Mita

Tiga bulan berlalu ….Seiring dengan berjalannya waktu, kini kondisi kesehatan Pak Gunawan sudah jauh lebih baik. Tubuhnya sudah semakin sehat dan bugar. Ia juga sudah bisa menerima kenyataan dengan belajar bersabar. Mempercayakan rumah sakit pada Adrian memang tidak salah. Terbukti selama tiga bulan terakhir, lelaki muda itu selalu memberikan kabar terbaru tentang rumah sakit yang sejak dulu ia besarkan. Pak Gunawan juga tak menghalangi Adrian ketika terpaksa mengeluarkan salah satu anggota direksi yang selalu membuat rusuh. Namun, semua itu sangat berbanding terbalik dengan kondisi Mita. Wanita itu sulit untuk menerima kenyataan. Ia belum bisa berdamai dengan keadaannya sendiri. Kehilangan mamanya membuatnya sangat terpukul dan terguncang jiwanya. Saat ini, Mita telah dipindahkan ke sebuah rumah sakit jiwa dengan pengawasan ketat. Wanita itu sering mengamuk dan menangis sendiri. Berteriak histeris dengan menyebut-nyebut nama beberapa orang yang ada di ingatannya. Dan yang paling s
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more

Bab 187. Mengunjungi Rumah Sakit Jiwa

“Butuh apa, Ad?” Rendi bertanya, raut wajahnya mulai gusar.“Ada apa lagi dengan Mita?” Maira bertanya dengan wajah mendadak keruh. Firasatnya mengatakan, akan ada hal tidak baik yang kembali menimpa rumah tangganya. Tiga bulan berlalu tanpa ia mendengar kabar Mita membuatnya cukup tenang dan lebih bersemangat menjalani hari-harinya. Namun, siang itu tiba-tiba Adrian datang dan membawa kabar kurang enak.“Mita … depresi, dia sering menyebut namamu, Dok. Jujur aku tidak enak menyampaikan hal ini tapi aku tak punya pilihan lain. Dokter yang menangani Mita menyarankan agar aku membawa Dokter Rendi ke sana untuk membantu proses penyembuhannya,” terang Adrian, merasa bersalah karena harus mengganggu ketenangan sepasang suami-istri itu.Rendi dan Maira saling bertukar pandang dengan raut wajah bingung.Rendi sedikit bergeser. “Mai.” Ia menepuk ringan lutut istrinya. Dari sorot matanya, Maira tahu sang suami tengah meminta izin padanya. Maira mengangguk meskipun hatinya tak rela. Sisi baik
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

Bab. 188. Beruntung Memilikimu

Setelah berbicara dengan dokter kejiwaan yang menangani Mita. Rendi, Maira dan juga Adrian berjalan beriringan di belakang dokter menuju ruangan tempat Mita dirawat. Seorang perawat laki-laki berpakaian serba putih membuka gembok ruangan. Di ruangan bercat serba putih itu, Mita terduduk dengan tatapan kosong di pinggir ranjang. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. “Mari ikut saya,” kata dokter, menoleh dan menatap Rendi. Maira menahan lengan Rendi saat tatapan matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan Mita. Tiba-tiba saja Mita menoleh ke arahnya. Mungkin wanita itu terusik mendengar ramai-ramai di luar ruangannya.“Semua akan baik-baik saja,” ujar Rendi terdengar menenangkan. Maira menatapnya dengan sorot mata tak rela. Pelan-pelan ia melepaskan tangan istrinya yang masih menggamit lengan.“Hati-hati, Mas.” kata Maira, melepaskan suaminya.Rendi mengangguk kecil. “Ya, tunggu di sini. Doakan saja yang terbaik untuk Mita supaya kita lekas terbebas dari belenggu ini.” Adri
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

Bab 189. Kisah Masa Lalu

Kisah cinta yang lain. “Kenapa sih Mas keras kepala sekali?” Tania menghempaskan bobot tubuhnya di sebuah sofa usang dalam ruangan berukuran dua kali tiga meter itu. Ukuran yang tak terlalu sempit untuk sebuah kontrakkan di kota itu. Tania menjadi uring-uringan semenjak kedatangan Adrian satu hari yang lalu. Kabar baik yang telah lama ditunggu-tunggu olehnya namun justru ditolak oleh suaminya sendiri. Bayangan hidup mewah dan bergelimang harta seketika lenyap ketika dengan tegas Daniel menolak kembali pada keluarganya.Tania telah mengenal Daniel sejak masih berpacaran dengan Alfin Mahendra. Latar belakang Daniel yang berasal dari keluarga kaya raya membuatnya tak bisa setia menjaga kepercayaan Alfin saat itu. Juga wajah rupawan Daniel yang tak kalah dari Alfin. Tanpa berpikir panjang, Tania langsung mengiyakan ketika Daniel mengutarakan perasaannya. Ia menerima Daniel walau saat itu ia sudah bertunangan dengan Alfin. Puncaknya, ia hamil dan terpaksa kabur ke luar negeri bersama Dan
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

Bab 190. Syarat

Suara lantang Tania membuat pak satpam yang tengah berjalan kembali ke pos-nya itu kembali memutar tubuh.“Jangan bercanda, Mbak.” “Saya tidak bercanda, Pak. Saya serius, saya ini istrinya Daniel!” balas Tania, jari-jari tangannya mencengkram pagar besi. Mendengar ribut-ribut dari arah depan rumahnya. Adrian yang tengah menikmati sarapan pagi bersama para asisten rumah tangganya menjadi terusik. “Suara siapa, ya?” Adrian meletakkan sendok dan garpunya. “Kurang tahu, Den. Apa perlu saya lihat ke depan?” Asisten rumah tangga yang berusia paling tua itu menggeser duduknya hendak berdiri. Namun, Adrian cepat-cepat mencegahnya. “Tidak perlu, Bu. Saya sudah selesai sarapan. Biar saya saja yang ke depan. Ibu dan lainnya bisa melanjutkan sarapan dulu.” Adrian berdiri setelah meneguk habis air putih dalam gelas tinggi di depannya. Para asisten rumah tangga terlihat sungkan namun tak ada yang berani membantah. Mereka membiarkan Adrian ke depan sendiri.“Benar-benar suami idaman, ya, Pak
last updateLast Updated : 2024-04-25
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status