Home / CEO / Skandal Cinta Surrogate Mother / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Skandal Cinta Surrogate Mother : Chapter 81 - Chapter 90

115 Chapters

Bab 81 : Arti Persahabatan

Hana tertawa garing dari seberang sana. "Kamu pikir dengan sebuah kata maaf semua selesai gitu aja? No, Ve! Kamu sama sekali tidak memahami apa itu arti persahabatan, dan arti pernikahan. Sama kayak si Firza berengsek itu! Bisa aja aku maafin kamu. Tapi, kekecewaanku sudah begitu besar. Kamu melakukan hal yang fatal! Kalaupun aku maafin kamu, semua tidak akan lagi sama. Tidak akan sama, Ve!" tegas Hana.Veronica tergugu mendengar apa yang Hana ucapkan. Ya, tentu tidak akan sama lagi, karena ia telah mengecewakan sahabat karibnya sendiri. "Tap–tapi kamu maafin aku, 'kan, Haan?" tanyanya dengan terus tergugu.Hana diam. "Han, aku mohoon. Aku nyesel, Haan ...." Veronica menangis terisak-isak."Nggak usah kamu minta maaf sama aku. Aku nggak butuh maafmu. Kamu urus aja pernikahan kamu itu! Aku nggak mau turut campur!" Klik!Biiiiibbb ....Hana menutup saluran teleponnya dengan sepihak. Dengan itu, tangisan Veronica pun pecah. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Dirinya sangat-sangat men
Read more

Bab 82 : Berubah Pikiran

Tidak lama berselang setelah saluran telepon dengan Nabila putus, gawai milik Zack tiba-tiba berdering.Tertera nama 'Mama' di layar benda segi empat tersebut.Zack pun menggeser logo telepon hijau di layar ponselnya itu. Setelah tersambung, pria itu pun menyapa, "Assalamualaikum, Ma.""Wa alaikumus sallam, Zack. Mama nelepon Ve nggak aktif hapenya," gerutu Yasmin dari seberang benua sana."Oh gitu, Ma? Mungkin sengaja dimatikan, soalnya Ve lagi nggak enak badan, Ma. Ini dia lagi tidur," jelas Zack kepada sang ibu mertua."Oh gitu. Pasti karena kehamilannya itu ya?" tanya Yasmin."Ya gitulah, Ma," sahut Zack tidak mau berpanjang lebar, "by the way, Mama sama Papa kapan kemari?" tanya pria tampan itu. Ia ingat, waktu itu Yasmin pernah bilang mau ke LA menjenguk Veronica yang sedang hamil."Nah, itu dia Mama mau kasih tahu kalian. Mama sudah pesan tiket pesawat kemarin. In syaa Allah lusa kami akan ke sana. Kami nginap di hotel biasa," jawab Yasmin apa adanya."Oke, Ma. Mama kirim aja j
Read more

Bab 83 : Kedatangan Orang Tua Veronica

Veronica tidak berhasil membujuk Zack untuk kembali bekerja di Bekasi. Padahal itu adalah alasan sang istri agar ia mempunyai lebih banyak waktu untuk berkompromi dengan Andrew. Ia ingin membujuk Andrew agar melepaskan dirinya. Sayangnya Zack tidak mau mengikuti apa yang ia inginkan. Wanita itu pun memegang kepalanya yang terasa semakin berdenyut. "Ah, bagaimana ini? Berengseeek ...!" bisiknya pada diri sendiri. Veronica merasa frustrasi.***"Gimana kabar kamu dan kandunganmu ini, Nak?" tanya Yasmin ketika dirinya dan Surya sudah sampai di rumah sang putri kesayangan."Iya, Mamamu bilang kemarin lusa kamu sakit?" sambung Surya terlihat cemas."Alhamdulillah, baik, Ma ... Pa. Nggak usah khawatir. Aku janji, di kehamilan kali ini bakal benar-benar menjaganya. Umurku sudah tiga puluh satu, aku nggak mau kalau ini gagal lagi," tutur Veronica sembari meletakkan teko dan cangkir-cangkir teh hangat di depan kedua orang tuanya itu.Zack hanya tersenyum di tempat duduknya."Baguslah. Mama de
Read more

Bab 84 : Bagaimana Hana Bisa Tahu?

"Kamu sudah aku peringatkan dari dulu, Ve. Kamu saja yang nekat. Akhirnya Zack marah, 'kan ...." Terdengar helaan napas berat dari seberang telepon sana."Ya, kamu sudah mengingatkan aku. Tapi, kamu tahu, Steve. Aku terpaksa melakukan itu. Waktu itu aku sibuk sekali, sementara dengan tidak berhasilnya pembuahan dengan ovum-ku berkali-kali, aku jadi tidak ada pilihan lain. Lagipula jika aku berterus-terang kepada Zack atau Nabila, aku yakin mereka tidak akan menyetujuinya. Mereka baru kenal banget waktu itu," keluh Veronica panjang lebar menjelaskan duduk permasalahan mengapa sampai ia melibatkan Steve untuk kebohongannya dulu."Hhhh ... sudahlah. Semua sudah telanjur basah. Jadi, hanya Zack yang sudah mengetahui hal itu? Bagaimana dengan Nabila sendiri?" tanya sang dokter dengan rasa penasaran."Dia masih belum tahu kalau bayi yang dia kandung dan pelihara selama ini adalah anak kandungnya sendiri." Veronica tersenyum sinis dan miris."Kenapa tidak kalian beritahu?" tanya Steve lagi d
Read more

Bab 85 : Jadwal Periksa Kandungan

Veronica kontan bangkit dari duduknya ketika melihat siapa yang datang. "Mm–Ma ... Pa ...?" sapanya gugup.Ternyata itu adalah Yasmin dan Surya yang singgah."Apa kami mengganggu?" tanya Surya melihat ke arah Andrew yang juga menyusul bangkit berdiri."No ... no, Pa ... Ma. Kenalkan, ini salah satu investorku, Andrew!" seru Veronica memperkenalkan Andrew kepada kedua orang tuanya. Hatinya merasa gugup sekali karena kedatangan kedua orang tuanya yang tiba-tiba. Ia lantas berjalan maju ke arah sofa di ruang tersebut."Andrew McLewis," ucap Andrew menyebutkan namanya sambil mengulurkan telapak tangan ke arah kedua orang yang baru saja datang ke ruangan tersebut.Surya dan Yasmin lalu menyambut uluran tangan Andrew yang terarah kepada mereka. Surya hanya tersenyum tipis. Sementara Yasmin menatap pria tampan di hadapannya dengan sorot mata menyelidik. Entah mengapa ia merasa tidak senang. Karena baru saja mendengar sang putri mengucap kata kasar di hadapan pria itu ketika tadi mereka datan
Read more

Bab 86 : Ada Apa dengan Veronica?

"Oke, Max. Aku sudah on the way," ujar Zack di saluran telepon selulernya.Dua hari yang lalu Max sudah memberitahu Zack kalau pria berjanggut tebal itu sudah sampai di Los Angeles. Hari ini mereka janjian untuk bertemu di sebuah food court.Sesampainya di lokasi yang telah disepakati, Zack melebarkan senyumnya ketika matanya berserobok dengan sang sahabat. "Hi, Bro!" sapanya riang.Max menyambut jabatan tangan Zack dan membalas senyuman pria itu. "Akhirnya sampai juga setelah setengah abad aku menunggu," sindir Max kepada sahabatnya itu."Hahahaaa! Bisa aja kamu. Sorry, tadi aku sedang rapat di kantor," ucap Zack seraya mendudukkan bokongnya ke sebuah kursi di seberang Max."Di sini kamu lebih sibuk daripada di Bekasi, heh?" tanya Max sembari jemarinya berisyarat memanggil seorang waitress."Nggak juga, Max. Di sana juga aku sibuk karena merintis perusahaan cabang baru. Hanya saja kita lebih sering bertemu, jadi tidak begitu terasa, iya, 'kan?" bantah Zack.Max cuma mencebik dan mena
Read more

Bab 87 : Panas di Dalam Dada

'Ya, Allah .... Dengan siapa Ve bermain api?' tanya Zack di dalam hati. Jantungnya bergemuruh sangat kencang. Ia benar-benar tidak percaya dengan pendengarannya saat ini."Darling, ayolah ... kita bicara lagi mengenai hal ini. Aku bisa bersabar dengan rasa cemburuku kepada suamimu itu."Kedua alis Zack bertautan hingga matanya memicing berusaha menajamkan telinga. 'Suara siapa ini?' bisik hatinya sendiri. Rasanya ia ingin memaki pria yang ada di seberang sana karena terus-terusan menyebut mesra sang istri dengan sebutan 'Darling'. Namun, dirinya harus menahan diri.Zack ingin memastikan, siapa sebenarnya pria yang mempunyai hubungan spesial dengan istrinya itu. Pria tersebut tidak mengenal suara Andrew dari saluran telepon itu. Ya, karena dia memang tidak begitu mengenal sosok Andrew selama ini. "Ve, aku tidak bisa berpisah dengan kamu. Please, kamu pahami aku. Aku bukannya ingin membuatmu susah dan bersedih. Aku tidak menuntut banyak, Darling ... aku nggak masalah meski kita hanya s
Read more

Bab 88 : Di Apartemen Max

Ketika Zack sampai di depan pintu apartemen Max, pria itu pun langsung menekan bell. Tidak butuh waktu lama, pintu pun terbuka. Tanpa ba-bi-bu, Zack langsung melangkah masuk hingga membuat Max terheran-heran."Buset ni orang. Main nyelonong aja," omelnya pada sang sahabat.Yang dikomentari seakan tidak ambil pusing. Ia langsung mengambil posisi dan menghempaskan bokongnya ke atas sofa dan menyandarkan punggung serta kepalanya di senderan kursi empuk itu. Zack mengembuskan napas dengan kasar.Melihat sang sahabat yang tampak gusar dan berwajah kusut itu, Max berjalan menuju lemari es kecilnya yang khusus untuknya menyimpan makanan kecil dan minuman ringan di sana. Ia meraih dua buah kaleng minuman dari box kecil berhawa dingin tersebut. Setelah itu, ia mendekat ke sofa dan pria berjanggut tebal itu pun meletakkan sebuah kaleng cola ke hadapan Zack. "Minum," ucap Max mempersilakan, lantas ia membuka kaleng satunya untuk diri sendiri dan meneguk isinya sembari mendaratkan bokong ke sof
Read more

Bab 89 : Penawaran Andrew

"Angkatlah telepon istrimu itu!" suruh Max kepada Zack, ketika untuk sekali lagi ia mendengar dering ponsel sahabatnya yang tidak mau berhenti."Hhhhg ...." Zack hanya mendengkus kesal di tempat duduknya.Akhirnya gawai tersebut berhenti bersuara. Max bisa membayangkan bagaimana perasaan Veronica yang bingung dan mungkin cemas karena sang suami masih tidak mau menjawab panggilan telepon untuk ke sekian kalinya itu."Setidaknya kamu chat dia. Nanti dia malah curiga sama kamu," pungkas Max lagi.Zack mengernyitkan dahinya. "Menurutmu begitu?"Max mendesah bosan dengan pertanyaan absurd sahabatnya.Akhirnya Zack meraih ponsel itu dari atas meja. Ia berpikir, benar juga apa yang Max katakan. Nanti Veronica malah curiga kalau ada apa-apa dengan dirinya. [Aku di kantor, lembur. Besok aku pulang,] pesan Zack tanpa basa-basi kepada sang istri. Kemudian ia langsung mematikan power benda segi empat tersebut. Ia malas menjawab, jika Veronica nanti kembali meneleponnya."Sudah!" seru Zack kepada
Read more

Bab 90 : Perkelahian Sengit

"Kyaaaaa!" Veronica berteriak kaget karena kejadian pemukulan tersebut. Wanita itu benar-benar terkejut dengan kedatangan Zack yang tiba-tiba. Ia pun bangkit dari duduknya dengan tubuh yang gemetar ketika melihat sang suami dengan membabi buta memukuli Andrew.Namun, tiba-tiba Zack terdorong dan terjungkal jatuh karena Andrew menendang tubuhnya agar menjauh. Dengan segera pria itu bangkit dan membalas pukulan ke arah Zack sehingga melukai pelipis pria itu. Zack juga tidak mau kalah dan melawan, lalu akhirnya menguasai perkelahian. Ia kembali memukuli Andrew tanpa ampun sampai-sampai ada beberapa orang yang menarik tubuhnya hingga mundur beberapa langkah. Napas pria itu terlihat memburu sehabis menonjok dan menendang Andrew."Apa-apaan Anda berdua ini? Kalau mau ribut jangan di sini!" seru seseorang yang sepertinya adalah orang yang bertanggungjawab di kafe tersebut.Max mendekati sang sahabat dan bersiaga. Ia tidak mau menolong, bukan karena tidak loyal. Namun, ia tahu, Zack tidak bu
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status