Home / Pernikahan / Aku Dilamar Di Depan Suamiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Aku Dilamar Di Depan Suamiku : Chapter 21 - Chapter 30

167 Chapters

chapter 21

Nisa yang merasa perih dan ngilu di bagian perutnya, tak mampu lagi menahan rasa sakit. Ia hanya mengikuti langkah Dinda yang memapahnya untuk sampai ke kamar."Kamu kenapa Nis? Kamu sakit ya, wajah kamu sampai pucat gitu, lho!?" tanya Dinda khawatir akan kesehatan sahabatnya."Nggak apa-apa kok, Din! Mungkin karena terlalu capek makanya kayak gini!" jawab Nisa tak ingin membuat khawatir sahabatnya.Nisa sebisa mungkin tak ingin merepotkan sahabatnya itu, dia sudah bertekad untuk memperjuangkan masa depan anak-anaknya dan harus kuat. Apalagi dia sudah tidak bisa meminta pertolongan pada siapa pun. "Ada yang kamu sembunyikan dari aku ya, Nis?" tanya Dinda, sambil memandang lekat wajah Nisa. Ia tau bagaimana Nisa, dia bukanlah wanita lemah. Aneh rasanya, jika hanya karena perjalanan dari rumah ke tempatnya udah membuat ia kecapean."Maaf...! Saat ini aku memang lagi hamil, Din!" jawab Nisa perlahan."Apa....!" seru Dinda kaget men
Read more

chapter 22

"Kamu ini, aku aja blm resmi bercerai sudah kamu suruh menikah lagi, Din!" jawab Nisa cemberut."Hehe...! Maaf deh, habis kamu gak cerita sepenuhnya masalah kamu, jadi mana aku tau!" ujar Dinda nyengir.Nisa menarik napas panjang, dadanya seketika merasa terhimpit oleh rasa sakit dan kecewa. Sejenak dia hanya memandang ke arah sahabatnya tanpa berkata! Sebenarnya, Nisa tak ingin menceritakan masalah rumah tangganya pada siapapun, namun untuk merahasiakan dengan orang yang telah menolongnya, bukanlah sesuatu yang baik menurut Nisa. Setelah menghembuskan napas panjang berulang kali, Nisa pun kembali memandang wajah sahabat karibnya tersebut."Sebelumnya, aku mau minta maaf jika aku udah merepotkan kamu, Din!" ucap Nisa mengawali pembicaraannya."Apaan sih, Nis! Kita itu udah kenal lama lho! Dan, apabila aku saat ini membantu kamu, itu udah kewajiban aku sebagai seorang sahabat, dan aku nggak mau kamu merasa nggak enakan gitu!" jawab Dinda
Read more

chapter 23

"Sejujurnya, aku mulai mencintai mas Arman, Din! Tapi...! Mengapa kebahagiaan seolah tak berpihak padaku, Din!Apa aku tak berhak untuk bahagia?" tanya Nisa lirih.Nisa menangis terisak! Harapan dan impiannya yang dahulu sempat memberi semangat dalam dirinya, kini telah sirna, hilang bersama perselingkuhan dan ketidakpedulian suaminya."Jika itu semua menjadi beban untukmu! Lepaskan saja, Nis! Kamu dan anakmu juga berhak bahagia!" ujar Dinda sambil memeluk sahabatnya.Dinda merasa semakin prihatin melihat kehidupan rumah tangga sahabatnya.Lama Nisa hanya menangis dalam pelukan sahabat satu-satunya, yang ia miliki di kota ini. Perasaan sesak yang menghimpit pun terasa sedikit berkurang.Setelah merasa sedikit lega, Nisa melepaskan diri dari pelukan, dan memegang tangan Dinda sambil memandang sendu."Apa aku salah, Din? Apa aku istri durhaka, jika meminta pisah dari suamiku?" tanya Nisa sambil menahan tetesan airmata yang ingin kem
Read more

Chapter 24

Arman bergegas menghampiri, dia merasa dipermainkan oleh wanita yang selama ini mengatakan cinta kepadanya."Sherly tunggu?" teriak Arman nampak tak suka. Ia yang masih lumayan jauh pun, melangkahkan kakinya dengan buru-buru.Sherly yang tak menyangka akan kehadiran Arman pun nampak panik, ia bergegas membawa pria yang bersamanya masuk ke dalam mobil "Ayo om!" ajak Sherly sambil bergegas memasuki mobilnya.Laki-laki yang bersama Sherly pun tak banyak tanya, karena ia juga tidak melihat keberadaan Arman. Ia hanya mengikuti keinginan wanita yang beberapa bulan ini, menjadi teman kencannya.Mobil yang dikendarai Sherly pun meninggalkan parkiran dan melaju kencang.Arman yang ditinggalkan tak mampu berbuat banyak, ia hanya mengepalkan tangannya dengan gigi yang mengancing keras."Brengsek...! Ternyata begini kelakuan kamu di belakangku, Sherly! Kita lihat saja, apa kamu masih bisa mengelak lagi!" ucap Arman sambil berlalu kembali ke
Read more

chapter 25

Nisa segera menarik tangannya " Maaf Indra, aku belum bisa memberikan jawaban. Karena, kamu sendiri tau jika saat ini status aku masih istri Mas Arman!" ujar Nisa yang sengaja tak memberi tahukan keadaannya saat ini.Indra menarik napas kasar "Huft....! Nisa, kumohon kamu pikirkan baik-baik! Ini juga demi kamu dan anak kita!" ungkap Indra lagi."Maaf...! Aku hanya ingin menjalani kehidupan ini dengan tenang, dan aku hanya ingin memberikan kebahagiaan bagi anak-anakku!" jawab Nisa tegas.Mendengar Nisa menyebut anak-anak, Indra bertanya penasaran "Kamu memiliki anak dari Arman, Nisa?" "Iya...! Dan saat ini, aku sedang mengandung anak dari Mas Arman, Indra!" jawab Nisa sambil memperhatikan wajah Indra.Indra langsung menyandar tubuhnya ke kursi. "Kenapa Nis? Kenapa kamu masih mau mengandung, anak laki-laki brengsek seperti dia sih?" tanya Indra sambil mengusap wajahnya frustasi.Mendengar ucapan Indra yang terkesan menyudutkan, Ni
Read more

chapter 26

Arman, yang secara tak sengaja menemukan keberadaan Nisa, merasa begitu bahagia. Hal yang ditakutkannya tak menjadi kenyataan.Arman bergegas menghampiri, namun langkah kaki Arman terhenti tiba-tiba, saat ia melihat wanita yang ia cintai duduk bersama laki-laki yang begitu ia benci "Nisa...!"Mendengar suara yang begitu ia kenali memanggilnya, Nisa mencari sosok tersebut. Sontak Nisa melototkan mata, mengetahui jika Arman menghamipirinya. Saat menyadari, jika saat ini ia masih duduk bersama orang yang dulu pernah berseteru dengan mantan suaminya, membuat Nisa serba salah.Indra yang menyadari kedatangan Arman, nampak santai. Ia bahkan sekarang lebih percaya diri."Apa-apaan ini, Nisa?" tanya Arman begitu sampai di dekat Nisa dan Indra."Tenang brother! Bisa suaranya dipelankan sedikit?" ujar Indra sambil berdiri mendekati Arman."Tutup mulutmu! Dan jangan pernah ikut campur urusan rumahtangga kami!" ucap Arman sambil me
Read more

chapter 27

Melihat Nisa yang menahan sakit, membuat kedua orang itu panik."Nisa, apa yang terjadi? Mengapa jadi begini, sih!" ucap Arman khawatir."Ini semua gara-gara kamu!" jawab Indra, yang menganggap kedatangan Arman menjadi penyebabnya."Heh..! Aku suaminya, jadi aku yang lebih berhak mendampinginya!" sarkas Arman."Jangan ngaku-ngaku donk! Cuma mantan juga, gayanya selangit!" balas Indra tak mau kalah."Aaawwwhhh....! Sakiiit...!" rintih Nisa pelan. Mendengar rintihan Nisa, Indra langsung menggendong Nisa dengan kedua tangannya."Hei...! turunkan Nisa!" bentak Arman."Kamu mau Nisa kenapa-kenapa, hah!" bentak Indra pula.Tak ingin membuat Nisa lebih sakit lagi, Arman terpaksa merelakan Nisa dibawa pergi oleh Indra.Indra bergegas membawa Nisa ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit, Indra segera meminta perawat untuk menangani Nisa.Arman yang datang menyusul, segera mencari kebera
Read more

chapter 28

Pintu ruang perawatan terbuka, nampak seorang Dokter wanita keluar dari dalam di dampingi seorang perawat muda.Suster memandang ke arah dua orang pria yang nampak menunggu "Selamat siang, Pak! Siapa di sini suami dari ibu Annisa?" tanya perawat."Saya Suster..!" jawab Indra spontan."Saya Suster..!" jawab Arman sambil berdiri.Dokter yang berada di sisi perawat pun kaget Jawaban serempak keduanya, membuat Dokter tersebut merasa heran "Tolong serius ya, Pak! Saya tanya sekali lagi, siapa di antara Bapak berdua, suami dari ibu Annisa?" Dokter akhirnya bertanya menggantikan perawat tadi."Saya Dokter..! Saya suaminya!" sambar Arman mendahului."Dia bohong Dokter! Dia hanya mantan suami! Saya yang mantan, sekaligus calon suami dari pasien yang di dalam!" jawab Indra menjelaskan.Penjelasan Indra membuat Dokter semakin bingung. Dokter tersebut langsung memandang ke arah Arman, seolah meminta jawaban."Saya suam
Read more

chapter 29

Suasana nampak hening, di salah satu bangsal rumah sakit. Tak terdengar perbincangan sama sekali, hanya desah napas yang saling bersahutan dari para penghuni kamar."Maafkan aku, Nisa! Andai saja, aku tak melakukan kesalahan waktu itu, mungkin dia akan tetap baik-baik saja!" ucap Arman pelan, memecah keheningan."Sudah aku katakan, kamu gak pantas untuk wanita sebaik Nisa!" komentar Indra bersuara, ikut menyalahkan atas peristiwa yang telah terjadi."Hei...! Apa hak kamu bicara seperti itu, hah! Dan asal kamu tau, aku lebih tidak menginginkan ini terjadi!" sarkas Arman membantah tak terima."Aku hanya menginginkan kebaikan untuk, Nisa! Dan kamu, adalah laki-laki kasar yang hanya tau, cara menyakiti!" sanggah Indra lagi."Kamu...!" sambar Arman sambil bangkit dari duduknya."Cukup...!" ucap Nisa lirih."Apa kalian gak bosan berantem terus!" lanjut Nisa dengan wajah sendu."Maaf...!""Maaf Nisa! Aku hanya
Read more

chapter 30

Melihat kehadiran Indra di waktu yang tidak tepat, membuat Arman semakin menjadi."Kenapa? Apa ucapan aku salah, Nisa?" tanya Arman dengan senyum smirk."Bisa nggak sih kamu gak mengganggu Nisa?" ucap Indra cepat, sambil memberikan tas Nisa yang diambilnya."Aku, kau katakan menganggu! Sedangkan kamu di katakan menjaga!" "Lebih baik kamu pergi dari sini, dan jangan ganggu Nisa, lagi!" potong Indra."Apa seperti ini keinginan kamu, Nisa?" lagi-lagi Arman melancarkan kata-kata tajam."Awwhh..!" rintih Nissa dengan wajah meringis."Heh...brengsek! Kamu gak lihat kondisi Nissa?" bentak Indra yang tak terima, dengan perlakuan Arman pada Nisa."Siapa kamu, hah..! Yang ada, karena kehadiran kamu, Nisa jadi begitu ingin berpisah denganku!" Arman semakin sulit mengontrol emosinya."Kamu gak apa-apa, Nisa? Aku panggilan Dokter, ya?" tanya Indra pada Nisa, tanpa menghiraukan ucapan Arman."Gak apa-apa k
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status