All Chapters of Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai : Chapter 91 - Chapter 100

110 Chapters

91. Teror Pertama

Teror Pertama----Aku masih berdiri mematung di depan pintu dengan dada yang berdegup kencang, sementara itu keringat dingin mulai membasahi punggung. Kucoba memegang erat ponsel agar tidak terjatuh, aku tidak ingin seseorang di luar sana mengetahui kalau aku saat ini sedang berdiri menahan rasa takut.Untuk beberapa saat, suasana begitu hening, begitu hening sehingga aku bisa mendengar detak jantungku sendiri. Di saat seperti ini, aku berharap ada seseorang yang lewat di depan sana. Lagipula, ini belum terlalu larut, kenapa anak-anak tetangga yang biasanya nongkrong dan bermain gitar di ujung sana pun juga tidak terdengar.Cukup lama aku berdiri mematung sambil melawan rasa takut, hingga kemudian aku memutuskan untuk kembali mengintip ke luar. Aku menarik napas dalam, lalu aku membuka gorden menarik gorden dengan cepat, sehingga menimbulkan suara gemeretak dari roda-roda kecil yang beradu dengan pipanya. Aku tidak perduli jika orang yang mengetuk pintu tadi masih ada di depan sana
Read more

92. Bertahan Dalam Teror

Bertahan Dalam Teror----Devan memberiku ide untuk pindah dari rumah untuk sementara waktu, aku tahu dia bermaksud baik agar aku terhindar dari teror yang mungkin akan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan. Namun untuk pindah dan tinggal di rumahnya bukanlah sebuah ide yang baik, dan aku tidak akan menerimanya.“Tidak Dev, aku akan tetap tinggal di sini. Semoga saja kiriman bangkai ayam tersebut tidak akan terulang kembali,” jawabku kemudian, tentu saja setelah melalui beberapa pertimbangan.“Tapi Marina ….”“Percayalah padaku, aku tidak apa-apa. Toh itu hanya bangkai ayam saja,” aku memotong cepat kalimatnya.“Baiklah kalau begitu, aku akan ke sana,” ucapnya kemudian.“Ke mana, rumahku? Tidak perlu, aku sudah membersihkan semuanya. Lagipula saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju ke tempat kerja,” ucapku menjelaskan, yang memang kebetulan aku sedang dalam perjalanan ke tempat kerja meskipun sedikit terlambat.“Kamu yakin?” tanya Devan lagi, masih dengan suara khawatir.“Hmm …
Read more

93. Tabrak Lari

Tabrak Lari----Aku melangkahkan kaki menyusuri gang menuju ke rumah, meskipun kaki terasa berat ketika melangkah. Ada perasaan yang tidak biasa yang membuatku sedikit enggan untuk pulang ke rumah. Dan aku berpikir, itu semua karena imbas atas kejadian demi kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, terutama teror bangkai ayam yang diletakkan di depan pintu. Mungki itulah yang membuatku sedikit berat ketika kaki ini perlahan semakin mendekati rumah.Perasaan was-was dan taku beberapa kali hinggap, namun buru-buru kutepis. “Aku tidak boleh kalah dalam menghadapi para pengecut itu,” pikirku menguatkan diri sendiri. Toh aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini, itu artinya aku juga harus siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi.Tring tring …Dering ponsel terdengar dari dalam tas tepat ketika aku sudah berdiri di depan pintu. Telepon dari Alvaro.“Kamu di mana? Apakah sudah sampai di rumah dengan selamat?” tanyanya begitu sambungan telepon terhubung.“Iya,
Read more

94. Alvaro dan Penyesalannya

Alvaro dan Penyesalannya-----Pagi itu ketika aku masih berada di rumah, Devan meneleponku. Dalam hati aku berpikir, ada apa dia pagi-pagi begini meneleponku? Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya, atau mungkin Amanda juga telah mengganggunya. Karena tidak biasanya dia menghubungiku jika bukan perkara penting. Karena selama ini, akulah yang selalu menghubunginya lebih dulu. Awalnya aku berpikir dia sedikit sombong, namun seiring berjalannya waktu, aku menjadi paham kenapa dia seperti itu. Dia hanya ingin menjaga privasi masing-masing saja.Jadi ketika tiba-tiba dia menghubungiku lebih dulu, aku berpikir, pasti ada sesuatu yang sangat penting yang ingin dia sampaikan padaku.“Tumben pagi-pagi lo telpon, dapat rejeki nomplok, ya?” Tanyaku begitu sambungan terhubung.“Rejeki apaan, berita buruk sih iya,” sahutnya.Aku mengernyit, apakah benar dugaanku tadi, kalau Amanda sudah berulah dan memberinya masalah? Aku berusaha menebak.“Marina, seseorang menerornya semalam. Dan pagi ini, dia
Read more

95. Sumpah

Sumpah----“Bagaimana penabrak itu, apakah kamu tahu siapa pelakunya?” tanyanya lagi.Aku merasakan seluruh tubuhku menjadi lemas, seolah tiada lagi tulang yang menopang tubuh ini. Dengan susah payah, kubawa tubuh lemasku untuk menjangkau kursi yang ada di sana lalu membiarkan tubuhku luruh di atasnya.Kurasakan kepalaku berdenyut hebat saat aku mencoba mengingat mobil yang melaju kencang dan menabrak tubuh Marina, namun aku sama sekali tidak mampu mengingat apapun, bahkan jenis mobilnya pun tidak kuketahui.Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan hal tersebut? Aku memegang kepalaku yang semakin berdenyut sambil mengacak rambutku.“Hentikan, Al, apa yang kamu lakukan?! Devan membentakku.Aku mendongak lemah lalu menatap pria yang berdiri di depanku itu dengan pasrah, aku akan menerima apapun yang akan dia lakukan padaku karena menganggapku manusia yang tidak berguna.“Aku … sama sekali tidak bisa mengingat apapun, Van,” kataku lemah.“Arrghh ….” Devan mengeram frustasi.Bergegas Devan
Read more

96. Mencari Saksi

Mencari Saksi----“Siapa dia, apakah dia benar-benar bisa mempunyai bukti yang kamu butuhkan?” cecar Devan begitu aku mengakhiri teleon.“Aku tidak tahu siapa dia, Van.”“Lalu, bagaimana dia tahu tentang kejadian yang menimpa Marina? Dan dari mana dia mengetahui kalau kamu juga sedang mencari saksi atas kejadian tersebut?” kembali Devan mencecarku dengan pertanyaan.“Aku mempostingnya di media sosial, kamu tahu, kan, bagaimana ampuhnya media sosial dan penggunanya? Dan saat ini aku ingin menggunakan beberapa akun media sosial yang kumiliki untuk mencari bukti dan saksi. Aku juga menawarkan imbalan bagi siapa saja yang mempunyai informasi tersebut,” sahutku menjelaskan.Devan menatapku tidak percaya, namun saat ini, aku tidak ingin berdebat soal itu dengannya, apakah dia bakal setuju dengan apa yang kulakukan atau tidak. Bagiku saat ini adalah mencari bukti sebanyak-banyaknya, dan media sosial lah tempat di mana aku bisa mendapatkannya.“Apakah kamu sudah memikirkan imbas dan konsekw
Read more

97. Pesan Misterius

Pesan Misterius-----“Apa yang kamu lakukan?” ucap Rahma kaget saat melihatku menjatuhkan diri di depan orang tua Marina.“Bangunlah, jangan lakukan itu,” ucap Rahma lagi. Namun aku masih tetap pada posisiku semula, sementara kedua orang tua Marina diam tanpa kata. Mereka berdua hanya melihatku sebentar, kemudian mengalihkan pandangan ke tempat lain. Hal itu membuatku semakin merasa bersalah. Apakah mereka juga menganggaapku bersalah sehingga bersikap seperti itu? Menganggap aku memang layak untuk bersimpuh sambil meminta pengampunan?“Bangunlah, jangan lakukan itu,” ucap lelaki paruh baya itu dengan suara datar, sementara wanita di sebelahnya sesekali mengusap air mata yang membasahi wajahnya.“Semu aitu terjadi karena salah saya, saya benar-benar minta maaf,” ucapku tulus. Andai saja saat itu mereka memakiku atau bahkan menghajarku, aku akan dengan senang hati menerimanya, daripada harus menghadapi sikap diam mereka, karena itu jauh lebih menyakitkan.“Apakah dengan bersimpuh di s
Read more

98. Kabar Gembira

Kabar Gembira.----“Kita temui dia,” ujar Devan.Aku memutar tubuhku hingga kini berhadap-hadapan dengannya, lalu memerhatikan gestur tubuhnya untuk memastikan kalau dia tidak sedang bercanda.“Kenapa, kamu ragu?” tanyanya.“Oh, bukan begitu. Aku memang ingin menemuinya, tapi tidak sekarang, mungkin nanti setelah aku melihat Marina,” ujarku.Devan menghela napas, lalu dia menghentikan langkahnya sehingga aku pun ikut berhenti. Sepertinya Devan mempunyai sesuatu yang ingin dia katakana padaku dan aku ingin mendengarnya.“Kenapa berhenti?” selidiknya.“Aku merasa sepertinya kamu ingin mengatakan sesuatu,” tebakku.“Ah, itu. Aku sedang berpikir, kenapa kita tidak langsung menemui orang yang mengirimkan pesan itu sekarang? Karena selain rasa penasaran, aku juga ingin memastikan apa sebenarnya yang ingin dia tunjukkan pada kita. Kamu bisa memberitahu Rahma untuk menjaga Marina sementara waktu,” ujar Devan menjelskan. Selesai berbicara, dia mengacak rambutnya sehingga poninya menutup Sebag
Read more

99. Barang Bukti

Barang Bukti-----“Baju itu ….” Kataku sambil melihat ke sudut ruangan, di mana seonggok kain yang aku yakin adalah baju.Devan rupanya juga melihat apa yang kulihat, dia mendekat ke tumpukan baju tersebut, lalu dengan menggunakan kaki, dia mencoba mengurainya sehingga aku bisa melihat dengan lebih jelas kalau itu memang baju. Tapatnya sebuah jaket berwarna abu-abu yang terdapat bekas cat di bagian bawah dan lengan jaket.“Apa ini, Mbak?” tanya Devan pada wanita itu, sementara wanita itu masih berdiri di tempat semula. Pelan, dia memutar tubuhnya melihat ke arah kami.“Itu jaket suamiku,” jawabnya datar.“Aku tahu ini jaket, tapi kenapa ada di sini? Lalu, noda cat itu … warnanya sama dengan cat yang disiramkan di depan rumah Marina, apakah suami Anda ….?”Devan tidak melanjutkan kalimatnya, dia berkata sambil menatap tajam wanita tersebut, sementara wanita itu hanya berdiri diam mematung tanpa ekspresi.“Devan, tenangkan dirimu,” ucapku lirih, tepat di telinganya.“Maaf sebelumnya, M
Read more

100. Dendam Wanita Yang Tersakiti

Dendam Wanita Yang Tersakiti----“Kalau bukan karena cemburu dan sakit hati, lalu karena apa?” selidikku.Wanita itu menunduk dalam, punggungnya kembali berguncang. Sepertinya dia kembali menangis, dan aku tidak tahu apa yang membuatnya bersedih, karena dari sorot matanya ketika menceritakan tentang suaminya, tidak kulihat kesedihan di sana. Aku justru melihat kobaran kemarahan yang membara dari sorot matanya.“Marina tahu kalau aku sedang hamil, dan bulan ini memasuki trimester pertama. Aku juga pernah bercerita padanya kalau butuh lima belas tahun bagiku untuk bisa hamil. Dan saat aku menceritakan hal itu pada Marina, dia terlihat begitu bahagia, dia juga memberikanku hadiah keesokan harinya.”“Apa hubungannya kehamilanmu dengan Marina? Apakah dia menyakitimu sehingga membuat suamimu menyimpan dendam lalu menabraknya?” potongku cepat.Tentu saja Marina akan merasa sangat bahagia dengan kehamilannya, sebagai wanita yang pernah menikah dan diceraikan suaminya hanya karena dia tidak k
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status