Share

93. Tabrak Lari

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tabrak Lari

----

Aku melangkahkan kaki menyusuri gang menuju ke rumah, meskipun kaki terasa berat ketika melangkah. Ada perasaan yang tidak biasa yang membuatku sedikit enggan untuk pulang ke rumah. Dan aku berpikir, itu semua karena imbas atas kejadian demi kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, terutama teror bangkai ayam yang diletakkan di depan pintu. Mungki itulah yang membuatku sedikit berat ketika kaki ini perlahan semakin mendekati rumah.

Perasaan was-was dan taku beberapa kali hinggap, namun buru-buru kutepis. “Aku tidak boleh kalah dalam menghadapi para pengecut itu,” pikirku menguatkan diri sendiri. Toh aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini, itu artinya aku juga harus siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi.

Tring tring …

Dering ponsel terdengar dari dalam tas tepat ketika aku sudah berdiri di depan pintu. Telepon dari Alvaro.

“Kamu di mana? Apakah sudah sampai di rumah dengan selamat?” tanyanya begitu sambungan telepon terhubung.

“Iya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
judul karma buat suami tapi dalam cerita y si mirna juga gak pernah bahagia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    94. Alvaro dan Penyesalannya

    Alvaro dan Penyesalannya-----Pagi itu ketika aku masih berada di rumah, Devan meneleponku. Dalam hati aku berpikir, ada apa dia pagi-pagi begini meneleponku? Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya, atau mungkin Amanda juga telah mengganggunya. Karena tidak biasanya dia menghubungiku jika bukan perkara penting. Karena selama ini, akulah yang selalu menghubunginya lebih dulu. Awalnya aku berpikir dia sedikit sombong, namun seiring berjalannya waktu, aku menjadi paham kenapa dia seperti itu. Dia hanya ingin menjaga privasi masing-masing saja.Jadi ketika tiba-tiba dia menghubungiku lebih dulu, aku berpikir, pasti ada sesuatu yang sangat penting yang ingin dia sampaikan padaku.“Tumben pagi-pagi lo telpon, dapat rejeki nomplok, ya?” Tanyaku begitu sambungan terhubung.“Rejeki apaan, berita buruk sih iya,” sahutnya.Aku mengernyit, apakah benar dugaanku tadi, kalau Amanda sudah berulah dan memberinya masalah? Aku berusaha menebak.“Marina, seseorang menerornya semalam. Dan pagi ini, dia

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    95. Sumpah

    Sumpah----“Bagaimana penabrak itu, apakah kamu tahu siapa pelakunya?” tanyanya lagi.Aku merasakan seluruh tubuhku menjadi lemas, seolah tiada lagi tulang yang menopang tubuh ini. Dengan susah payah, kubawa tubuh lemasku untuk menjangkau kursi yang ada di sana lalu membiarkan tubuhku luruh di atasnya.Kurasakan kepalaku berdenyut hebat saat aku mencoba mengingat mobil yang melaju kencang dan menabrak tubuh Marina, namun aku sama sekali tidak mampu mengingat apapun, bahkan jenis mobilnya pun tidak kuketahui.Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan hal tersebut? Aku memegang kepalaku yang semakin berdenyut sambil mengacak rambutku.“Hentikan, Al, apa yang kamu lakukan?! Devan membentakku.Aku mendongak lemah lalu menatap pria yang berdiri di depanku itu dengan pasrah, aku akan menerima apapun yang akan dia lakukan padaku karena menganggapku manusia yang tidak berguna.“Aku … sama sekali tidak bisa mengingat apapun, Van,” kataku lemah.“Arrghh ….” Devan mengeram frustasi.Bergegas Devan

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    96. Mencari Saksi

    Mencari Saksi----“Siapa dia, apakah dia benar-benar bisa mempunyai bukti yang kamu butuhkan?” cecar Devan begitu aku mengakhiri teleon.“Aku tidak tahu siapa dia, Van.”“Lalu, bagaimana dia tahu tentang kejadian yang menimpa Marina? Dan dari mana dia mengetahui kalau kamu juga sedang mencari saksi atas kejadian tersebut?” kembali Devan mencecarku dengan pertanyaan.“Aku mempostingnya di media sosial, kamu tahu, kan, bagaimana ampuhnya media sosial dan penggunanya? Dan saat ini aku ingin menggunakan beberapa akun media sosial yang kumiliki untuk mencari bukti dan saksi. Aku juga menawarkan imbalan bagi siapa saja yang mempunyai informasi tersebut,” sahutku menjelaskan.Devan menatapku tidak percaya, namun saat ini, aku tidak ingin berdebat soal itu dengannya, apakah dia bakal setuju dengan apa yang kulakukan atau tidak. Bagiku saat ini adalah mencari bukti sebanyak-banyaknya, dan media sosial lah tempat di mana aku bisa mendapatkannya.“Apakah kamu sudah memikirkan imbas dan konsekw

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    97. Pesan Misterius

    Pesan Misterius-----“Apa yang kamu lakukan?” ucap Rahma kaget saat melihatku menjatuhkan diri di depan orang tua Marina.“Bangunlah, jangan lakukan itu,” ucap Rahma lagi. Namun aku masih tetap pada posisiku semula, sementara kedua orang tua Marina diam tanpa kata. Mereka berdua hanya melihatku sebentar, kemudian mengalihkan pandangan ke tempat lain. Hal itu membuatku semakin merasa bersalah. Apakah mereka juga menganggaapku bersalah sehingga bersikap seperti itu? Menganggap aku memang layak untuk bersimpuh sambil meminta pengampunan?“Bangunlah, jangan lakukan itu,” ucap lelaki paruh baya itu dengan suara datar, sementara wanita di sebelahnya sesekali mengusap air mata yang membasahi wajahnya.“Semu aitu terjadi karena salah saya, saya benar-benar minta maaf,” ucapku tulus. Andai saja saat itu mereka memakiku atau bahkan menghajarku, aku akan dengan senang hati menerimanya, daripada harus menghadapi sikap diam mereka, karena itu jauh lebih menyakitkan.“Apakah dengan bersimpuh di s

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    98. Kabar Gembira

    Kabar Gembira.----“Kita temui dia,” ujar Devan.Aku memutar tubuhku hingga kini berhadap-hadapan dengannya, lalu memerhatikan gestur tubuhnya untuk memastikan kalau dia tidak sedang bercanda.“Kenapa, kamu ragu?” tanyanya.“Oh, bukan begitu. Aku memang ingin menemuinya, tapi tidak sekarang, mungkin nanti setelah aku melihat Marina,” ujarku.Devan menghela napas, lalu dia menghentikan langkahnya sehingga aku pun ikut berhenti. Sepertinya Devan mempunyai sesuatu yang ingin dia katakana padaku dan aku ingin mendengarnya.“Kenapa berhenti?” selidiknya.“Aku merasa sepertinya kamu ingin mengatakan sesuatu,” tebakku.“Ah, itu. Aku sedang berpikir, kenapa kita tidak langsung menemui orang yang mengirimkan pesan itu sekarang? Karena selain rasa penasaran, aku juga ingin memastikan apa sebenarnya yang ingin dia tunjukkan pada kita. Kamu bisa memberitahu Rahma untuk menjaga Marina sementara waktu,” ujar Devan menjelskan. Selesai berbicara, dia mengacak rambutnya sehingga poninya menutup Sebag

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    99. Barang Bukti

    Barang Bukti-----“Baju itu ….” Kataku sambil melihat ke sudut ruangan, di mana seonggok kain yang aku yakin adalah baju.Devan rupanya juga melihat apa yang kulihat, dia mendekat ke tumpukan baju tersebut, lalu dengan menggunakan kaki, dia mencoba mengurainya sehingga aku bisa melihat dengan lebih jelas kalau itu memang baju. Tapatnya sebuah jaket berwarna abu-abu yang terdapat bekas cat di bagian bawah dan lengan jaket.“Apa ini, Mbak?” tanya Devan pada wanita itu, sementara wanita itu masih berdiri di tempat semula. Pelan, dia memutar tubuhnya melihat ke arah kami.“Itu jaket suamiku,” jawabnya datar.“Aku tahu ini jaket, tapi kenapa ada di sini? Lalu, noda cat itu … warnanya sama dengan cat yang disiramkan di depan rumah Marina, apakah suami Anda ….?”Devan tidak melanjutkan kalimatnya, dia berkata sambil menatap tajam wanita tersebut, sementara wanita itu hanya berdiri diam mematung tanpa ekspresi.“Devan, tenangkan dirimu,” ucapku lirih, tepat di telinganya.“Maaf sebelumnya, M

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    100. Dendam Wanita Yang Tersakiti

    Dendam Wanita Yang Tersakiti----“Kalau bukan karena cemburu dan sakit hati, lalu karena apa?” selidikku.Wanita itu menunduk dalam, punggungnya kembali berguncang. Sepertinya dia kembali menangis, dan aku tidak tahu apa yang membuatnya bersedih, karena dari sorot matanya ketika menceritakan tentang suaminya, tidak kulihat kesedihan di sana. Aku justru melihat kobaran kemarahan yang membara dari sorot matanya.“Marina tahu kalau aku sedang hamil, dan bulan ini memasuki trimester pertama. Aku juga pernah bercerita padanya kalau butuh lima belas tahun bagiku untuk bisa hamil. Dan saat aku menceritakan hal itu pada Marina, dia terlihat begitu bahagia, dia juga memberikanku hadiah keesokan harinya.”“Apa hubungannya kehamilanmu dengan Marina? Apakah dia menyakitimu sehingga membuat suamimu menyimpan dendam lalu menabraknya?” potongku cepat.Tentu saja Marina akan merasa sangat bahagia dengan kehamilannya, sebagai wanita yang pernah menikah dan diceraikan suaminya hanya karena dia tidak k

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    101. Marina Bangun Dari Koma

    Marina Sadar Dari Koma****“Marina, dia --- dia sudah sadar,” kataku terbeta karena gugup sekaligus bahagia.“Marina sudah sadar?” tanya Devan dengan mata terbelalak seolah tidak percaya.Untuk beberapa saat, aku diliputi rasa bahagia sekaligus haru. Aku bersyukur akhirnya Marina sadar setelah lebih dari dua minggu terbaring koma di atas tempat tidur. Sepertinya Tuhan mendengar doa-doaku selama ini, karena aku juga berhasil mendapatkan seseorang yang akan bersedia menjadi saksi atas kejadian tersebut.“Marina sangat beruntung mempunyai teman seperti kalian, yang selalu berada dan ada di saat dia membutuhkannya. Pergilah, temui Marina, dia pasti akan bahagia melihat kalian,” ujar Irna.“Bagaimana denganmu?” tanyaku. Jujur, meninggalkan Irna sendirian seperti ini membuatku khawatir, aku takut jika suaminya akan datang dan melakukan sesuatu padanya, juga orang-orang suruhan Amanda. Jika dia mengetahui kalau Irna akan berdiri di pihak lawan, aku yakin dia tidak akan tinggal diam.“Aku a

Bab terbaru

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    110. Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu

    Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu----“Marina, dengan disaksikan ibuku, aku memintamu untuk menjadi istriku. Menikahlah denganku ….” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Alvaro mengeluarkan cincin dari kotak kecil yang dipegangnya. Perlahan, dia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku.Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Aku seolah dibawa kembali ke masalalu, di mana seorang pria melakukan persis seperti yang dilakukan Alvaro saat ini. Lelaki itu meraih tanganku dan menyematkan cincin di jari manisku. Aku tersenyum lebar begitu cincin itu sudah tersemat di jari manisku. Lalu, perlahan sosok pria itu mendekat dan mencium lembut punggung tanganku. Namun, aku tidak merasakan apa-apa ketika bibirnya meyentuh tanganku, karena sosok pria itu perlahan menghilang dari pandangan mata.“Marina,” panggil Alvaro. Panggilan itu sontak membuatku tersentak dan serta-merta menarik tanganku dari genggaman tangannya.“Al, aku tidak bisa, maafkan aku,” kataku lirih.Kulihat wajah Alva

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    109. Wanita Dalam Hidupnya

    Wanita Dalam Hidupnya----“Siapa?” Tanyaku penuh penasaran.Meski sempat terbersit tentang gambaran seseorang yang pernah dia ceritakan waktu itu, namun aku ragu apakah orang yang dimaksud adalah beliau.“Kamu akan mengetahuinya dalam waktu dekat,” jawabnya sambil tersenyum.Aku masih memandangnya penuh tanya, mencoba memintanya untuk memberitahuku siapa orang yang dia maksud dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun bukannya memberi jawaban yang kuinginkan, dia memilih mengambil bunga yang kuletakkan di atas pangkuan lalu memindahkannya ke atas meja, lalu dengan pelan tangan kekarnya mendorong kursi rodaku menuju jendela.“Aku sudah menceritakan semua tentangmu padanya,” ucapnya sambil memandang ke luar jendela. Aku menoleh, kulihat kedua sudut bibirnya melengkung dan senyum itu jelas terlihat olehku ketika dia menoleh ke arahku.“Jangan takut, aku yakin kamu akan menyukainya,” ucapnya lagi.Lalu kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya, dan entah sejak kapan, aku begitu menikmati

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    108. Happy Ending

    Happy Ending----“Syukurlah, kamu sudah sadar Marina,” ucap seseorang di sampingku.Aku berusaha menoleh untuk memastikan siapa orang yang ada di sampingku, namun ketika aku menggerakkan kepala untuk menoleh, terasa sakit dan ngilu hingga membuatku mengaduh dan merintih kesakitan.“Aduh ….” Ucapku sambil memegang leherku yang terasa sakit. Dan di saat itu pula aku melihat jarum infus yang menancap di lenganku, juga sebuah perban di leher ketika aku merabanya.Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kejadian terakhir yang kualami sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaran.“Kamu tidak apa-apa, Nak? Ibu tahu ini pasti sangat menyakitkan sekali bagimu.”Aku kembali membuka mata perlahan, kulihat ibu yang duduk di sampingku meneteskan air mata. Rupanya, suara-suara yang kudengar adalah suara ibuku, dan suara itu juga yang selalu membuatku kembali ke alam sadar setiap kali aku pingsan dan juga ketika koma. Wanita yang melahirkanku itu selalu berada di sampingku, yang tidak putus mel

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    107. Amanda Menggila

    Amanda Menggila----“A---apa yang akan kamu lakukan, Amanda?” tanyaku gugup saat kulihat Amanda berjalan mendekati, di tangannya menggenggam sesuatu yang berkilau.Amanda tidak menghiraukan ucapanku, dia makin mendekat dan akhirnya berhenti tepat di depanku. Perlahan, dia membungkukkan tubuhnya ke arahku, bukan itu saja, dia lalu berjongkok tepat di depanku sambil menatapku tajam.Amanda menyeringai, memperlihatkan giginya yang rapi, andai saat ini dia tidak membawa benda itu, mungkin senyum itu terlihat sangat cantik, namun kini, senyumnya terlihat sangat menakutkan. Aku seperti sedang berada dalam suatu adegan menegangkan di mana sang tokoh antagonis sedang berusaha melukai tokoh protagonis. Meskipun sebenarnya, apa yang saat ini terjadi bukan lagi sebuah adegan dalam film atau nonel, namun terjadi langsung padaku.“Kamu tahu, Marina, aku itu sangat sangat membencimu. Jangankan melihatmu, mendengar namamu disebut saja, membuatku sangat muak dan benci,” ucapnya.“Aku tidak tahu apa

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    106. Suami Irna Tertangkap

    Suami Irna Tertangkap----“Aku baru saja mendapat kabar dari Alvaro, kalau saat ini suamimu sudah tertangkap. Dia dan seorang pria ditangkap di salah satu rumah kos yang tidak jauh dari tempat tinggal Amanda.”Irna terdiam, dia terlihat seperti kehilangan kata-kata. Karena kulihat dia beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu namun urung. Mungkinkah kabar tertangkapnya suaminya itu membuatnya sedih? Bisa jadi begitu, bagaimanapun juga, mereka adalah suami istri yang sudah menghabiskan waktu belasan tahun hidup bersama. Meskipun Irna saat ini begitu murka terhadap suaminya atas semua yang telah dilakukan, namun tetap saja tidak merubah kenyataan kalau keduanya pernah saling menyintai.“Irna, kamu baik-baik saja?” tanyaku setelah beberapa saat.“i---iya, aku baik-baik saja,” jawabnya gugup sambil merubah posisi duduknya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya pemuda yang tadi datang bersamanya pelan. Dia terlihat khawatir melihat perubahan Irna.“Aku tidak apa-apa,” jawab Irna pelan.

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    105. Bertemu Irna

    Bertemu Irna-----Percakapanku dengan Alvaro berlalu begitu saja, tanpa adanya kejelasan tentang apa maksud dari ucapannya saat itu. Meskipun sudah satu minggu berlalu, namun aku masih mengingat dengan jelas kata demi kata yang dia ucapkan saat itu.Dia mengatakan kalau dirinya akan menjadi pengganti kakiku seandainya aku benar-benar kehilangan kemampuan untuk berjalan, dia juga mengatakan akan menggendongku ke manapun aku ingin pergi. Sungguh sebuah kalimat yang romantic dan puitis dan akan membuat hati setiap wanita meleleha saat mendengarnya. Dan seandainya aku mendengar kalimat itu sepuluh atau lima belas tahun lalu, hatiku pun akan meleleh dan luluh. Namun sayang, dia mengucapakan kalimat itu di saat yang tidak tepat, di saat aku tidak ingin mendengar apapun selain kabar baik tentang kesehatanku, juga kasus tabrak lari yang kualami. Aku ingin sekali melihat mereka, para pelaku dan juga dalang di balik semuanya, tertangkap dan meringkuk di balik jeruji besi.Drtt … drtt ….Lamuna

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    104. Akan Menjadi Pengganti Kakimu

    Akan Menjadi Pengganti Kakimu.----“Irna … telah kehilangan bayinya,” sahut Al lirih.Aku kembali menghela napas dalam, meskipun aku belum pernah merasakan hamil sebelumnya, namun mendengar berita kalau Irna telah kehilangan bayinya, membuatku merasa sedih, seperti ada sesuatu yang ditarik paksa dari dalam hatiku. Karena aku tahu kalau Irna benar-benar menginginkan bayi itu, seorang anak yang telah lama dia dambakan, namun dia harus kehilangan bayi itu sebelum dia sempat melihat wajahnya, sungguh menyedihkan.“Bagaimana Irna bisa kehilangan bayinya? Apakah dia keguguran?” selidikku.“Iya, dia keguguran. Namun sebenarnya dia bisa mempertahankan bayinya andai saja ….”Alvaro menggantung kalimatnya hingga membuatku penasaran. Karena dari yang aku ketahui, Irna pasti akan melakukan apapun untuk menyelamatkan kandungannya, namun kenyataannya dia justru harus keguguran. Pasti ada sesuatu hal yang menimpa Irna saat itu.“Dia terlambat untuk mendapatkan perawatan dari dokter sehingga bayinya

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    103. Mencoba Ikhlas

    Mencoba Ikhlas----Hari ini dokter datang membawa kabar baik, aku sduah diperbolrhkan untuk pulang. Ibu dan bapak terlihat sangat bahagia mendengarnya, namun aku tahu, di balik senyum bahagia mereka berdua. Tersembunyi kesedihan yang luar biasa. Aku tahu, mereka berdua selalu berusaha untu tetap tersenyum di depanku, namun aku yakin kalau sebenarnya mereka sangat bersedih, mengetahui fakta kalau aku tidak bisa lagi berjalan. Meskipun dokter berulang kali meyakinkanku dan kedua orang tuaku, kalau aku akan bisa berjalan lagi seperti semula, namun tetap saja kenyataan pahit kalau saat ini aku harus menggunakan kursi roda sebagai pengganti kakiku, dan itu tidak mudah bagiku untuk menerimanya.Keyakinanku semakin kuat ketika tanpa sengaja aku terbangun di malam hari dan mendapati ibu dan bapak sedang berbicara dengan suara lirih dalam remang cahaya lampu. Aku mencoba menajamkan pendengaran untuk bisa mengetahui apa yang saat itu kedua orang tuaku bicarakan. Mereka berdua sedang membicarak

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    102. Cobaan Kedua [Marina]

    Cobaan Kedua [Marina]----Kurasakan tubuhku terasa begitu sakit, seolah seluruh tulang di tubuhku remuk. Ingin sekali aku menggerakkan tubuh, namun tidak mampu. Jangankan menggerakkan tubuh, sekedar membuka keedua mata pun aku tidak bisa. Apakah aku sudah mati? Kalau memang aku sudah mati, kenapa aku bisa mendengar suara orang-orang yang ada di sekitarku? Aku bahkan bisa mendengar suara Alvaro, meskipun itu samar-samar. Aku juga bisa mengenali suara Devan dan Rahma yang sedang berbicara di dekatku.“Marina, bangunlah, Nak. Sudah lama sekali kamu tertidur, tidakkah kamu ingin melihat ibu dan bapak? Bapak ada di sini, sudah beberapa hari ini bapakmu menemani ibu di sini, menunggumu bangun.”Suara itu, aku tahu siapa pemiliknya. Wanita yang suaranya selalu mampu membuatku merasa nyaman dan tenang setiap kali berbicara dengannya. Iya, itu suara ibu.“Bu, Marina juga kangen sama ibu,” ucapku. Namun suaraku tidak pernah keluar dari mulutku.Lalu, kurasakan sentuhan lembut di tanganku, se

DMCA.com Protection Status