All Chapters of Menjadi Istri Kontrak Tuan Besar Meier: Chapter 101 - Chapter 110

118 Chapters

Menghadapi Mantan

Carlen berjalan terburu-buru ke ruang kerja. Namun, dia terheran-heran ketika sampai di sana. Pasalnya, ruangannya itu masih kosong. Pandu tak terlihat di sana. "Ke mana dia? Tak biasanya lambat," gumam Carlen. Dia hendak meraih ponsel untuk menghubungi Pandu. Akan tetapi segera Carlen urungkan ketika pintu ruang kerjanya terbuka perlahan. "Maaf, saya terlambat, Tuan," sapa Pandu sambil melangkah masuk. "Darimana saja kau?" tanya Carlen sambil merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Dia tak sempat membersihkan diri setelah selesai bercinta dengan Anike tadi. Sisa-sisa keringat juga masih menempel di keningnya. "Tuan Marten menghadang saya," jawab Pandu yang seketika membuat Carlen terkesiap. "Berani-beraninya dia," geram Carlen. "Ini tidak bisa dibiarkan, Pandu. Aku akan menemuinya sekarang!" Carlen menggebrak permukaan meja cukup kencang. "Saya kira dia pasti bersembunyi di apartemen, atau di tempat Bu Diana," jelas Pandu. "Diana?" Carlen mengernyitkan kening. "Saya memil
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Berdamai

"Atas tuduhan apa kau akan menjebloskan kami ke dalam penjara!" seru Diana tak terima. "Banyak sekali. Salah satunya adalah berusaha mencelakaiku dan menculik istriku!" jawab Carlen tak kalah nyaring. "Kau tak memiliki bukti sama sekali." Marten terkekeh pelan, seolah mengejek sang kakak. "Aku masih mengingat jelas saat kau menembakku dengan sesuatu. Pelurumu menembus dada, lalu aku tak sadarkan diri sampai malam," ujar Carlen penuh penekanan. "Apa buktinya?" tantang Marten, membuat Carlen terdiam. "Ah, pasti kau sudah menghapus semua rekaman CCTV di tempat ini, kan?" terka Carlen kemudian. Dia tertawa pelan menyadari bahwa sang adik berhasil mengalahkannya beberapa langkah. "Seharusnya waktu itu aku langsung melakukan visum." "Kenapa tidak kau lakukan?" cibir Marten. "Karena aku masih menyimpan kepercayaan padamu. Kau adalah adik kandungku, Marten. Sejahat apapun dirimu," sahut Carlen dengan sorot sendu. "Omong kosong. Kau tak pernah peduli padaku," elak Marten. Raut wajahnya
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more

Maaf Untuk Marten

Gerbang mewah kediaman Carlen terbuka pelan saat mobil yang ditumpanginya masuk dan melaju pelan sampai berhenti di depan halaman bangunan utama yang luas.Carlen turun lebih dulu, lalu berjalan cepat memasuki rumah, diikuti oleh Marten. Dia berkeliling ke setiap ruangan untuk mencari keberadaan Anike."Kenapa aku merasa rumahmu menjadi jauh lebih ramai?" celetuk Marten keheranan."Aku sudah mempekerjakan asisten rumah tangga setiap hari," ujar Carlen."Tumben? Kau tidak merasa terganggu dengan kegaduhan lagi?" Marten yang berjalan di samping Carlen, menatap kakaknya dengan takjub."Aku bosan suasana sepi," sahut Carlen sambil terus mencari keberadaan Anike. "Di mana dia?" gerutunya."Mungkin di dapur," cetus Marten."Betul juga." Carlen mengikuti saran Marten. Dia langsung berbelok ke arah dapur. Benar dugaan sang adik, Anike ternyata tengah asyik memasak bersama beberapa asisten rumah tangga. Sesekali dirinya tertawa renyah mendengar candaan teman-teman barunya itu.Akan tetapi, taw
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

Masalah Lagi

Carlen tertawa lebar saat dia tiba lebih dulu di gedung apartemen Marten. Setelah memarkirkan mobilnya di area parkir basement, Carlen bergegas menuju lobi. Dia menghampiri seorang penjaga gedung sambil memasang wajah garang. "Beri aku akses ke apartemen Marten Meier," titah Carlen setengah membentak. "Ah, anda lagi." Penjaga gedung itu setengah mengeluh. "Kenapa memangnya? Cepat berikan padaku!" sentak Carlen. Dia makin panik tatkala mendengar suara Marten yang berteriak seraya mendekat ke arahnya. "Apa kau mau kutuntut, hah!" Carlen meraih krah kemeja si penjaga gedung dan menariknya kencang. "Cepat berikan akses ke apartemen adikku, atau kau akan kulaporkan ke polisi atas tuduhan melindungi kejahatan!" ancamnya, membuat si penjaga gedung ketakutan. Pria muda itu buru-buru mengeluarkan kartu akses, lalu menempelkannya pada mesin pemindai di sisi pintu lift. "Keputusan yang bagus!" Carlen menepuk pundak penjaga gedung itu sebelum masuk ke dalam lift. Saat pintu sudah hampir tertut
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

Siasat Anike

"Halo!" Sesosok wanita cantik jelita berambut pirang, berjalan gemulai mendekat ke arah Carlen. Dia berdiri penuh percaya diri di antara Carlen dan Anike. Tanpa sungkan, Bertha mencium pipi kiri dan kanan pria tampan itu tanpa memedulikan tatapan Anike yang menakutkan."Dia, kan ...." Anike menjeda kata-katanya sambil menggali memori saat dirinya masih berada di Jerman. "Dia yang datang ke kantor anda waktu itu," lanjutnya seraya menoleh pada Marten yang tersenyum penuh arti."Iya, namanya Bertha. Dia salah satu kekasih suamimu," ujar Marten.Seketika Anike melotot. Dia menggeleng seolah tak percaya pada apa yang baru saja dikatakan oleh Marten. "Tanyakan saja pada Carlen," ucap Marten enteng.Dengan dada bergemuruh, Anike berdiri dan menarik bagian belakang dress Bertha supaya mundur. "Tidak sopan sekali. Cium-cium suami orang di depan istrinya," geramnya. "Oh, bukankah kau kekasih Marten?" Bertha mengarahkan telunjuk lentiknya pada Anike. "Jangan mengada-ada, ya. Aku adalah istri
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

Tenggelam

Semalam sudah Bertha menginap. Tak jarang wanita itu menunjukkan sikap manja pada Carlen, baik pada saat makan malam, maupun saat sarapan seperti pagi ini. "Kau akan mengajakku jalan-jalan ke mana?" tanya Bertha. Dia sedikit memperlihatkan raut tak suka ketika Carlen sama sekali tak menanggapi. Pria rupawan bermata biru itu malah asyik disuapi oleh Anike sambil sesekali mencubit gemas pipi istrinya. "Percaya diri sekali kau, Bertha. Untuk apa aku mengajakmu jalan-jalan? Bukankah Marten yang membawamu kemari? Seharusnya dia yang bertanggung jawab menyenangkanmu," sahut Carlen acuh tak acuh. Mendengar hal itu, Marten yang sedang mengunyah langsung tersedak. Buru-buru dia meraih segelas air dan meneguknya. "Kenapa tiba-tiba cuaca terasa panas sekali, ya? Apa AC-mu rusak, Carlen?" tanya Marten mengalihkan pembicaraan. "Ck!" Carlen berdecak pelan. "Sudahlah, terserah kalian berdua mau melakukan apapun juga. Asal jangan mengganggu aku dan Anike!" tegasnya. Bertha mendengkus kesal. Betap
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

Tenaga Bantu

Anike terbatuk-batuk sambil memuntahkan air. Dengan raut cemas, Carlen menepuk-nepuk punggung istrinya sampai batuknya mereda. "Anike dan Bertha sempat berkelahi," tutur Marten setelah melihat kondisi Anike yang mulai tenang. "Benarkah itu?" Carlen langsung menoleh ke arah Bertha yang membeku ketakutan. Carlen pun berdiri menghampiri. Iris mata birunya menatap tajam ke wajah cantik yang tengah berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. "Ka-kami hanya salah paham sedikit," dalih Bertha seraya memalingkan muka. "Ini merupakan suatu kesalahan karena telah mengizinkanmu datang ke sini," geram Carlen. "Aku memang tak berniat untuk berlama-lama di Jakarta. Aku akan berlibur di villa pribadiku di Bali," sanggah Bertha. "Seharusnya dulu aku tidak menghubungi ataupun meminta bantuanmu lagi," sesal Carlen. Dia terus memperhatikan sikap Bertha yang serba salah. "A-aku tidak sengaja mendorongnya masuk ke dalam kolam renang!" Bertha terbata membela diri. "Aku tidak ingin mendengar alasanmu, Be
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Gadis Desa

"Wah." Mata Saodah membulat saat mengamati Marten yang sedari tadi luput dari perhatiannya. "Ini adiknya Nak Carlen?" tanya Saodah takjub. "Betul, Mak. Dia yang akan membantu emak menyiapkan pesta pernikahan," jawab Anike. "Mak bisa suruh apa saja ke dia. Menyapu, mengepel lantai, atau membantu Abah membangun kolam." "Menguras kolam saja, Ke. Kebetulan semua ikannya mau abah jaring," sela Abdul Manaf. "Apa!" Mata biru Marten melotot tanda protes. "Aku tidak mempunyai banyak waktu di sini. Aku harus secepatnya kembali ke Jerman," tolak Marten. "Oh, tidak bisa." Anike menggoyang-goyangkan jari telunjuknya. "Sesuai perjanjian, anda harus tinggal di sini sampai masa hukuman selesai," tegasnya. "Kapan masa hukumanku selesai?" Marten yang gugup, menelan ludah berkali-kali. "Sampai aku puas," timpal Anike seraya tersenyum lebar. "Bagus sekali!" Carlen terbahak sambil bertepuk tangan. Dia terlihat sangat puas melihat Marten kalah oleh sang istri. "Nikmatilah waktumu selama di sini." "J
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Tragedi Tepi Sungai

Marten meraih sepotong t-shirt dari dalam ransel yang dia bawa dari Jakarta tadi. Dia melompati jendela dengan mudahnya. Sambil menyampirkan T-shirt di pundak lebarnya, Marten berjalan santai mengekor gadis-gadis yang saling berbisik beberapa meter di depan. Samar-samar dia mendengarkan para gadis yang asyik membicarakan dirinya. Satu hal yang bisa dia tangkap adalah semua gadis yang ada di sana, memuji dirinya tampan. Marten senyum-senyum sendiri dengan sorot mata yang terlihat begitu bangga. Dia tak tahan untuk mengucapkan terima kasih pada gadis yang berjalan paling belakang di gerombolan. Marten mencolek pundak si gadis. Tak disangka, sang gadis begitu terkejut sampai dia berjingkat saat ujung jemari Marten menyentuhnya. Begitu pula Marten yang sama terkejutnya. "Eh, maaf, maaf. Aku tak bermaksud membuatmu kaget," ucapnya. Gadis itu menggeleng sambil tersenyum malu-malu. Untuk sesaat, Marten terpesona oleh wajah cantik nan polos itu. Parasnya yang berbalut kulit kuning langsat
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Budak Cinta

Anike dan Carlen tengah berkencan di ruang tamu. Mereka berdua asyik bercengkerama. Tak jarang Carlen mencuri-curi ciuman dari sang istri. Sementara Anike membalasnya dengan cubitan mesra di pipi dan pinggang. Namun, kemesraan itu harus terjeda ketika Marten masuk ke dalam rumah sambil senyum-senyum sendiri. "Kenapa berhenti? Lanjutkan pacarannya. Anggap saja aku tak ada di sini," ucap Marten santai saat pasangan suami istri itu menatap heran ke arahnya. "Darimana, Marten? Perasaan tadi kau masuk ke dalam kamar?" tanya Carlen bingung. "Kau tidak perlu tahu." Marten mengedipkan sebelah mata, kemudian berlalu begitu saja menuju kamarnya, membuat Carlen dan Anike semakin bertanya-tanya. Dua sejoli itu saling pandang sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali bermesraan. Tanpa terasa, waktu berjalan begitu cepat. Malam datang menjelang. Di kampung Anike, jam sembilan malam terasa seperti tengah malam. Warga lebih suka bergelung di balik selimut di kamar masing-masing. Seperti halnya Mar
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status