Home / Pernikahan / Istri Tuli Yang Kau Buang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Tuli Yang Kau Buang: Chapter 11 - Chapter 20

121 Chapters

Bab 11 Melabrak Besan

Bab 11 Melabrak Besan“Lho, kok nanya saya, memangnya situ tidak punya anak, tanya dong sama Bening, kok jauh – jauh datang ke sini menanyakan di mana anak lanang saya?” Tangan Herni merapikan rambutnya. “Ibu Besan, jangan asal menuduh anak saya, menjual rumah Bening dengan tanda tangan palsu. Buktinya mana? Apa Ibu Besan tidak takut saya melaporkan Ibu Besan karena mencemarkan nama baik keluarga terpandang saya.”Iswati gemas sekali dengan jawaban besannya. “Untuk apa saya jauh – jauh datang ke sini, kalau Bening tahu di mana Ibra? Apa Ibu tahu apa yang dilakukan Ibra? Apa Ibu pernah kepikiran untuk menengok Evan? Ini sudah 6 bulan lho, saya belum pernah lihat Ibu datang menengoknya.”Iswati menarik napas panjang, sebelum melanjutkan kalimatnya. “Oh ya, saya lupa, Ibu Besan sibuk sekali shopping dan jalan – jalan ke Luar Negeri bersama teman – teman sosialita, menghabiskan uang anak dan menantunya. Hingga tidak tahu Ibra selingkuh dengan Intan asistennya! Asal Ibu tahu, Ibra telah me
Read more

Bab 12 Manipulatif

Bab 12 ManipulatifAndini tidak mau mengalah. Dia menggedor – gedor pintu. “Pak, tolonglah, ini darurat! Istri Pak Zulfikar berselingkuh dengan suami sahabat saya. Saya mau meminta penjelasan.” Akan tetapi sipir penjara tersebut mengabaikan teriakan Andini.“Sudahlah! Kita pulang saja,” ajak Bening dengan nada kecewa.“Tidak bisa begitu dong, Be. Kita sudah jauh – jauh datang ke sini mau mencari tahu tentang Intan, masak kita mau mengalah.”“Jika Zulfikar tidak mau menemui kita, terus kita bisa apa?” ucap Bening. Matanya terkulai layu. Ia bersedih dan merasa semua jalan yang ditempuhnya buntu. Kemudian ekor matanya menangkap sosok wanita yang dicarinya, keluar mengendap - ngendap dari arah pintu pengunjung.“Intan!” sontak Bening mengejarnya.Intan terkejut saat melihat Bening berlari ke arahnya. “Sialan!” rutuknya kesal sembari berlari menjauh, sayangnya dia kerepotan dengan highheel yang dipakainya. Cepat – cepat ia melepaskan high heelnya.Namun, Bening dan Andini keburu menangkapn
Read more

Bab 13 Telepon aneh

Bab 13 Telepon anehPagi itu, tidak seperti biasanya. Bening mengajak Evan ke Joli Flower bersama Mba Atun. Bayi lelaki berusia 7 bulan itu duduk anteng duduk di atas kursi bayi sambil menikmati biscuit oat pertamanya di kantor sang mama. Sedangkan Mba Atun membantu Ismail menerima kiriman bunga yang baru datang.Sambil merangkai bunga, sesekali Bening menggoda Evan, bayi itu tertawa senang. Suara tawanya renyah sekali, seperti candu yang membawa kegembiraan pada hati Bening. “Bu… ada Pak Kama,” kata Mba Atun.“Tolong suruh masuk saja, Mba,” jawab Bening, tangannya sedang sibuk merangkai bunga pesanan Ibu Tita Maheswara yang menjadi langganan tetapnya.“Apa kabar?” sapa Kama lembut. Dia melihat ke Evan. “Apa bayi ganteng itu anakmu?”Bening menoleh. “Baik… dan yah! Dia Evan anakku.” Dia lalu menggendong Evan. “Evan, ayo sapa Om Kama.”Tanpa diduga, Evan mengulurkan kedua tangannya di depan pada Kama, minta digendong.“Apa boleh aku menggendongnya?” tanya Kama hati – hati.“Silahkan s
Read more

Bab 14 Bebaskan dia

Bab 14 Bebaskan diaJika engkau mencintai sesuatu, bebaskan. Jika ia kembali kepadamu, itu milikmu selamanya. Jika tidak, maka sejak awal, dia bukanlah milikmu – Maulana Rumi. “Kita ke Spa, yuk. Badanku pegal – pegal nih, butuh relaksasi,” ajak Andini semangat.“Tidak, aku masih punya banyak pekerjaan,” tolak Bening halus.“Hei… jangan bekerja terus dong, ayolah dua jam saja, sekalian kita ajak Evan. Bayimu juga perlu hiburan.” Andini tetap memaksa.Bening melihat Evan sebentar. Bayi itu tertidur tenang sambil memeluk boneka bearnya. Andini benar, anaknya perlu santai. “Oke, tapi setelah jam 5 sore, biar aku selesaikan pekerjaanku dulu, setelah itu kita pergi ke Spa.”“Sip… aku jemput kamu di sini jam 5 nanti, dan tolong tetap waspada. Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu,” ucap Andini sebelum melangkah pergi.Bening mengangguk. “Tenang, aku punya banyak malaikat pelindung,” jawabnya sambil menutupi kegusarannya.Siang itu berjalan dengan cepat. Setelah mengirim email dan memasukka
Read more

Bab 15 Terjerat Judi Slot

Bab 15 Terjerat Judi SlotBerulang kali Herni menarik napas berat melihat sikap anak sulungnya.Herni ngeri melihat tampang anaknya berubah sangar. “Ibu tahu, tapi kamu selalu sibuk dengan ponsel dan tidak ngapa – ngapain selama di sini.”“Oh, gitu ya? Ibra selama ini bekerja keras untuk kalian berdua. Semua yang Ibu mau, Ibra kasih, masak Ibra mau santai – santai di rumah sendiri tidak boleh?” keluhnya dengan nada tertekan.“Bukan gak boleh, Bra. Tapi Ibu perlu uang buat bayar UKT adikmu dan buat biaya hidup kita. Kalau kamu tidak bekerja, bagaimana Ibu bisa memperpanjang kontrak rumah ini? Terus Ibu dan adikmu tinggal di mana?”Mata Ibra berkilat. “Uang terus, uang terus? Pusing kepala Ibra memikirkannya.” Muka pria itu semakin kusut.“Bagaimana tidak pusing, Mas Ibra menghabiskan uang untuk bermain slot. Tuh lihat ponselnya, Bu!” sela Ajeng berani melawan kakaknya. “Daripada uangnya untuk main judi, mending dikasih Ajeng buat bayar UKT.”Mata Ibra makin menyala merah.“Kamu jangan
Read more

Bab 16 Tergiur rayuan

Bab 16 Tergiur rayuanHerni tidak terima dengan perkataan Jeng Sri. “Wah, siapa bilang anak saya bangkrut. Ibra itu CEO hebat, mana mungkin jatuh. Gak mungkinlah. Semalam dia baru datang dari LA dan membawakan saya hadiah banyak sekali.” Herni lalu menunjukkan barang – barangnya yang tergeletak di sofa ruang tengah.“Tuh, hadiahnya, banyak kan Jeng Herni?” kata Herni. Dia meninggikan posisi dagunya ke atas.Jeng Sri melihatnya sekilas dengan mata nyinyir. “Oh… berarti saya salah informasi. Makanya saya ke sini mau memastikan apakah kabar di luar itu benar apa tidak.” Mata dan tangannya sibuk melihat – lihat baju, tas dan sepatu.“Memangnya ada gossip apa tentang saya?”Pancingan Jeng Sri langsung masuk perangkap.Wanita pemilik pinggul besar itu tersenyum tipis. “Saya rasa, semua warga komplek di sini tahu setelah melihat tayangan video perkelahian Jeng Herni dengan besannya. Video itu sempat mau diposting ke media sosial. Tapi untung saya tahu, sehingga tidak heboh. Malu kan, kalau a
Read more

Bab 17 Benalu

Bab 17 BenaluAjeng menangis. “Aku tahu, Kak. Mas Ibra melakukan kesalahan besar pada Kakak. Tapi Ajeng tak tahu lagi meminta pertolongan pada siapa. Ajeng butuh uang cepat, dan Ajeng siap bekerja jadi apapun di sini. Sebab, Ajeng tak mau lagi tergantung dengan Mas Ibra.”Bening mengalihkan pandangannya ke luar kaca, melihat bunga – bunga potong di tokonya.“Kakak tahu, tapi maaf, Kakak tak bisa menolongmu…” sahut Bening terluka. Dalam hatinya sebenarnya ia menaruh kasihan.Ajeng bersujud dan memegang kaki Bening “Kak, tolong Kak, ambil saja sepeda motor Ajeng sebagai jaminan. Ajeng tidak pengen vakum dari kuliah, Kak.”Bening bergeming. “Maaf, Kakak tidak bisa.” Dia membungkuk dan membantu adik iparnya itu berdiri.Ajeng putus asa. “Ajeng terus minta tolong sama siapa, Kak?”“Kakak tidak tahu…”Harapan Ajeng musnah. “Ajeng pamit, Kak.” Gadis itu berbalik dan berjalan menunduk.Hati Bening tidak tega melihatnya. Dia lalu mengambil lima lembar uang ratusan dab berlari mengejar Ajeng. “
Read more

Bab 18 Cintai musuhmu

Bab 18 Cintai musuhmuKeesokan paginya, sebelum ke Joli Flower, Bening mengajak Ajeng bertemu. Muka wanita itu keruh dan tampak lingkaran hitam yang mewarnai wajahnya.“Kakak terima kamu bekerja di Joli Flower dan membayar gaji di muka, sesuai keinginanmu, tapi dengan syarat. Tolong nasehati Mas Ibra supaya dia tidak mengganggu hidup Kakak dan Evan lagi. Satu lagi, tolong bujuk dia untuk segera menyegerakan menerima perceraian. Kakak tidak mau digantung terlalu lama.” Bening mengamati wajah Ajeng yang tegang.Gadis muda di hadapannya kelihatan berpikir. Lama ia terdiam.“Bagaimana, apakah kamu sanggup?” tanya Bening tegas. Ia tahu menerima Ajeng sebagai karyawan seperti buah simalakama. Diterima salah, gak diterima ia khawatir, Ibra makin menekannya.Bening berpikir, Ibra bisa melembut setelah Ajeng bekerja dengannya, dan ia lebih memilih menerima adik iparnya itu sebagai tameng melindungi diri dari keganasan Ibra.“Baik, Kak. Ajeng terima,” jawab Ajeng gugup, meskipun ia tidak tahu b
Read more

Bab 19 Tak seindah impian

Bab 19 Tak seindah impian“Jeng Sri, ngapain kita ke sini,” ulang Herni cemas.“Kita mau bersenang – senang bersama teman Om Ha. Dia lebih royal dari Om Ha. Nanti Jeng Herni minta apa saja, pasti dikabulkan” Hidung Sri kembang kempis saat mengatakannya. “Jeng Herni suka uang kan? Nanti uangnya bisa ditabung atau buat senang – senang. Biar gak usah minta dan ngemis – ngemis sama anak. Bener kan, Om Ha?”“Iya, Ibu Herni bisa membeli dan membelanjakan uang semaunya tanpa takut.” Pria berkepala lonjong itu melirik Herni yang duduk di belakang dengan tatapan penuh arti.“Iya, tapi kenapa harus ke hotel?” Herni semakin khawatir. Saat Om Ha membuka pintu mobil.“Nanti Jeng Herni tahu. Kita cuma disuruh mengerjakan apa yang mereka mau, dan itu gampang sekali pekerjaannya. Ndak usah banyak tanya, ayo masuk.” Sri menggandeng tangan Herni dan mengajak masuk ke dalam hotel mengikuti Om Ha yang berjalan terlebih dahulu.Herni tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ketika mereka melewati lobi ho
Read more

Bab 20 Rayuan setan

Bab 20 Rayuan setan Semakin Herni berontak, lelaki itu semakin beringas memuaskan dahaganya. Sedangkan Herni hanya bisa menangis, tanpa berani melawan. Inikah yang disebut Sri ada lelaki yang mau memberinya uang? Inikah yang disebut Sri, pekerjaannya gampang? Wanita itu baru sadar, Sri telah tega menjual dirinya pada lelaki hidung belang. Air mata deras membanjiri pipinya, dan ia merasa dirinya kotor. Ia berlari ke kamar mandi, dan berkali – kali mencuci area intimnya. Sayangnya, perbuatan itu membuat dirinya merasa makin kotor dan bodoh. Herni menyandarkan dirinya ke dinding kamar mandi dengan rasa sesal menggunung. Ketakutan menghantui dirinya. Bagaimana jika anak – anaknya tahu? Saat itu juga dirinya ingin lenyap dari muka bumi. Lelaki itu mengetuk pintu. “Cepatlah, aku mau mandi.” Herni keluar kamar mandi dengan muka lesu dan mata sembab. Dia melewati lelaki itu tanpa bicara lalu memakai pakaiannya. “Uangnya sudah kutaruh di atas kasur, kapan kita bisa bertemu lagi?” teriak
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status