All Chapters of Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam: Chapter 161 - Chapter 170

186 Chapters

Bab 161. Tawaran Tak Terduga

Zayden mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas pahanya. Apa yang tadi Aara katakan, benar-benar sudah mengguncang hatinya.“Istirahatlah,” ucapnya kemudian. Dia lalu berdiri, menatap Aara sekilas sebelum akhirnya dia pun keluar dari sana.Aara menatap kepergian Zayden dengan mulutnya yang tertutup rapat, tapi air mata tampak jatuh di pelupuk matanya.Dia tahu Zayden mengerti maksud dari ucapannya tadi, karena itu dia langsung keluar. Karena sepertinya dia tidak ingin mendengarnya lagi.“Saat aku mengungkit masalah ibuku, apa rasa bersalah itu muncul di hatimu. Atau hatimu tetap membeku seperti biasanya?” ucapnya.Di sisi lain, Zayden terlihat terus melangkahkan kakinya melewati lorong rumahnya untuk menuju ke ruang kerjanya.Namun, tiba-tiba ia berhenti. Zayden menempelkan satu tangannya itu pada dinding untuk menopang tubuhnya yang terasa begitu lemas.Satu tangannya yang lain tampak menutupi wajahnya. “Dia belum memaafkanku, atau ... dia memang tidak berniat memaafkan
Read more

Bab 162. Aku Sama Sekali Tidak Baik-baik Saja

Zayden masih terlihat berada di ruang kerjanya, saat ini dia tengah menerima telepon dari mamanya.“Bagaimana keadaan Aara, kau bilang dia pingsan kemarin?” tanya Alya.“Aara sudah sadar Ma, dan dia baik-baik saja,” jawab Zayden.Terdengar helaan nafas lega dari seberang telepon, sepertinya Alya sangat mengkhawatirkan Aara. Dan sekarang dia merasa lega, setelah mengetahui jika Aara baik-baik saja.“Itu ....” Zayden terdiam seketika, rasanya tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, jika Aara pingsan karena mengingat kematian ibunya. Mamanya pasti akan semakin merasa bersalah. “Dia hanya kelelahan, mama tahu kan ibu hamil selalu mudah lelah,” jawabnya kemudian.“Tapi, kenapa dia bisa kelelahan. Apa kau membiarkannya bekerja?”“Tidak Ma, tapi mama tahu kan sifat Aara. Dia tidak bisa diam, karena itulah dia kelelahan dan pingsan,” jelasnya.Tidak ada jawaban dari Alya selama beberapa saat, karena sebenarnya dia sangat ingin bertemu dengan menantunya itu. Jika saja tidak ada ma
Read more

Bab 163. Sebuah Janji

Zion tampak datang ke perusahaan Wilson Group. Dengan langkah lebarnya, dia diantarkan oleh Edward menuju ruangan Aland.“Silakan Tuan Zion,” ucap Edward.Zion menunjukkan tatapan dinginnya, dia pun lalu masuk ke dalam. Dia melihat sebuah kursi kerja dalam posisi memunggunginya.Zion tidak mengatakan apa pun, sampai akhirnya kursi itu pun berputar dan memperlihatkan sosok Aland.Dia tersenyum miring, kala melihat keberadaan Zion di sana. “Oh Anda,” ujarnya, “ada perlu apa Anda datang kemari?” tanyanya kemudian.Dengan tatapan dinginnya itu, Zion mendekat. “Kau yang melakukannya, kan?” ujarnya tiba-tiba.Mendengar itu, Aland pun mengernyit. “Apa maksud Anda?”“Jangan pura-pura bodoh Aland, bukankah kau yang sengaja membawa Aara ke rumahku dan mempertemukannya dengan istriku. Kau yang merencanakannya, dan kau tahu apa yang akan terjadi.”Aland menggeleng, dengan senyum ketidak mengertian yang dia tunjukkan. “Anda ini lucu Tuan Zion Xavier Tan, Anda datang kemari tiba-tiba, mengg
Read more

Bab 164. Keputusan dan Kecelakaan

Zayden telah kembali ke dalam kamarnya saat ini, tampak dia yang berdiri di depan jendela kaca besarnya. Menatap taman rumahnya yang penuh dengan tanaman bunga.Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya. Zayden terlihat hanya terdiam, tatapannya begitu sendu. Seakan memperlihatkan perasaannya saat ini.Clakkk!Tiba-tiba air matanya itu menetes, dia lalu menyekanya dengan satu tangannya.Hatinya terasa begitu hancur, karena tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia terpaksa memberikan janji itu pada Aara, karena sepertinya Aara benar-benar tidak bisa menerimanya lagi.Namun, meskipun begitu. Aara tetap tidak mengatakan apa pun. Dia hanya terus membuang mukanya ke arah lain.‘Setidak ingin itukah kau melihatku? Aku tahu, ini mungkin hukuman yang pantas untukku. Dan rasa sakit ada di hatiku saat ini adalah bayaran, atas rasa sakitmu selama ini,’ batinnya.Sementara itu, sama seperti Zayden. Aara juga terlihat hanya berdiri di depan jendela kacanya. Tatapannya juga lurus, mel
Read more

Bab 165. Kemungkinan Terburuk

Aara langsung datang ke rumah sakit, setelah mendengar kabar dari Anin.Tampak dia yang langsung masuk ke dalam, Aara terlihat terburu-buru. Dia bahkan seperti tidak mengingat bahwa saat ini tengah mengandung.“Nyonya pelan-pelan, ingat bayi Anda,” ujar Anin yang mengikuti Aara dari belakang.Sebenarnya, dia tidak menyangka jika Aara akan seterpukul ini. Di mengingat dengan jelas ekspresi Aara tadi saat dia memberi tahu kabar mengenai kecelakaan Zayden.Nyonyanya itu terdiam sesaat, dia lalu menggeleng. Seakan tidak mempercayainya.Tapi, setelah beberapa kali Anin mengatakannya. Aara langsung menangis histeris dan meminta diantarkan ke rumah sakit.Setibanya di depan ruang UGD, langkah kaki Aara pun terhenti. Di sana, dia sudah melihat keberadaan Alya dan juga Zion.Air mata Aara semakin deras menetes, karena itu artinya benar. Di dalam sana, orang yang tengah dirawat itu adalah Zayden.Langkah kaki Aara begitu lemas, rasanya bahan dia tidak sanggup lagi untuk berdiri.“Nyony
Read more

Bab 166. Kumohon Bangunlah

Waktu terus berlalu, kini sudah 3 jam berlalu sejak Zayden dipindahkan ke ruang ICU.Aara, Alya dan Zion masih setia menunggunya di luar ruang ICU. Mereka menunggu dengan perasaan khawatir, dan penuh ketakutan.Alya menautkan kedua tangannya itu, untuk sedikit menenangkan tubuhnya yang terus bergetar. Dia benar-benar sangat takut jika putranya tidak bisa melewati masa kritisnya.Pandangan Alya lalu beralih pada Aara yang hanya berdiri seraya menunduk, meskipun jaraknya terpaut 2 meter saat ini. Tapi dia bisa melihat tubuh Aara yang juga bergetar hebat.Sama seperti dirinya, Aara juga pasti merasakan ketakutan yang luar biasa saat ini.Kakinya itu lalu melangkah, mendekat pada Aara.“Nak,” panggilnya.Mendengar suara Alya, Aara pun mengangkat kembali wajahnya itu.“Nyonya,” jawabnya.Air mata Aara terus keluar semakin deras, terlebih saat dia melihat wajah Alya yang juga dibanjiri oleh air mata.“Maafkan saya, sayalah penyebab semua ini. Saya telah membuat hati Zayden terluka
Read more

Bab 167. Aku Tidak Akan Membiarkan Ini Lagi!

Sudah satu minggu berlalu, tapi Zayden tak kunjung membuka matanya. Setiap hari Aara, Alya dan Zion selalu datang, untuk menemaninya. Seperti sekarang, mereka tampak masuk ke ruang rawat Zayden bahkan jika itu hanya untuk sekedar menyapanya. Alya duduk di kursi yang ada di sana, begitu pun Aara. Tangannya itu membelai lembut kening Zayden, berharap jika putranya itu akan segera sadar. “Selamat pagi sayang, hari ini pun mama, papa dan Aara datang lagi. Kapan kamu akan sadar, dan melihat kami. Ini sudah terlalu lama, apa kamu sudah tidak mau melihat mama lagi. Dengar, sekarang Aara bahkan sudah memaafkanmu dan tidak akan pergi lagi darimu. Bukankah itu keinginanmu, karena itu. Bangunlah sayang, kami merindukanmu.” Alya menunduk, hatinya tidak bisa berbohong. Dia memang sangat ingin melihat Zayden sadar kembali, dan bersama lagi dengannya juga orang-orang yang menyayanginya. Di sampingnya, Aara mengusap lembut bahu ibu mertuanya itu. Dia merasakan kesedihan dan kerinduan yang amat d
Read more

Bab 168. Apa?!

Aara, Alya dan Zion terlihat berada di ruangan David. Mereka bertiga duduk di depan meja kerja David, dengan David yang juga tampak ada di sana.“David, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa Zayden tidak bisa mengingat Aara, dan juga semua kenangan bersamanya?” tanya Alya.David terdiam sebentar, dia melirik pada Aara yang tampak juga begitu penasaran.“Sepertinya Zayden mengalami amnesia pasca trauma. Seperti yang kalian tahu, Zayden mengalami mengalami benturan yang sangat keras di kepalanya. Hal itu membuat cedera yang parah, karena itu dia juga mengalami koma, bukan? Dan oleh sebab itu, amnesia seperti ini juga bisa terjadi,” jelasnya.“Tapi, kenapa hanya pada Aara. Sedangkan pada kami, kau dan yang lainnya. Dia tidak melupakannya?” tanya Zion kemudian.“Seperti akhir-akhir ini pikiran Zayden terus dipenuhi oleh Aara, tapi bukan hal yang menyenangkan. Melainkan pikiran itu membuatnya stres dan mungkin ke arah depresi. Karena itu, dia hanya melupakan sosok Aara dan juga kenangan
Read more

Bab 169. Ini Memang Asing, Tapi Aku Tidak Membencinya

“Dia istrimu Zay.”Deg!Apa yang dikatakan Alya itu tentu saja membuat Zayden begitu terkejut. Dia langsung terdiam, dengan ekspresi wajah yang lebih terlihat tidak percaya.“Apa?” ucapnya, “ja-jadi, maksud Mama aku sudah menikah dengannya? Dan anak yang ada di dalam kandungannya itu adalah anakku?”Alya mengangguk.“Hah.” Zayden menunjukkan senyum tidak percayanya. “Mama pasti sedang bercanda, kan? Aku tidak mungkin sudah menikah. Aku bahkan belum memiliki pacar, terlebih sebentar lagi aku akan jadi ayah? Jika mama marah padaku, mama marahi saja aku seperti biasanya. Tapi untuk lelucon ini, aku tidak bisa menerimanya,” ucapnya panjang lebar.Alya menatap putranya itu sendu, karena ternyata dia benar-benar tidak mengingat perihal Aara. “Tapi sayangnya, itu bukan lelucon,” ujarnya kemudian. Dan sukses membuat Zayden kembali terdiam.Dia lalu menatap Aara, yang saat itu tampak menunduk. Lalu secara perlahan mengangkat wajahnya dan menatap padanya.Zayden sedikit tersentak, ketik
Read more

Bab 170. Perasaan Aara dan Siapa, Kau!

Suasana di ruang rawat Zayden tampak begitu sepi, hari juga sudah begitu larut. Karena waktu memang telah menunjukkan pukul 11 malam.Namun, Zayden sama sekali tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan ucapan mamanya.Dengan perlahan, Zayden menolehkan wajahnya ke arah Aara yang tampak sudah mulai terlelap dalam tidurnya.Zayden berkedip, lalu melihat lagi pada Aara. Rasanya dia sama sekali tidak percaya jika wanita itu adalah istrinya, bukan hanya itu. Tapi saat ini wanita itu tengah mengandung calon anaknya.“Sebenarnya apa yang terjadi, bagaimana aku bisa kecelakaan. Dan kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingat wanita itu,” gumamnya.Zayden merasa kepalanya sedikit sakit, karena sepertinya dia terlalu memaksa untuk mengingat memorinya.Dia menarik nafasnya dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan untuk membuat perasaannya kembali tenang.Zayden lalu memegang tenggorokannya yang terasa kering. “Aku haus,” ucapnya.Dia melihat ke arah nakas di sampingnya. Dan mendapati segela
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status