Semua Bab Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam: Bab 151 - Bab 160

186 Bab

Bab 151. Buah dari Hasil Perbuatan

“Aara, kau pasti baik-baik saja. Kau harus baik-baik saja,” ucap Zayden seraya mengikuti perawat dan juga dokter yang membawa Aara ke ruang gawat darurat. “Anda silakan tunggu di luar, biarkan kami melakukan tugas kami,” ucap perawat di sana yang kemudian menutup pintu UGD. “Sayang, kemarilah,” ujar Alya yang membawa Zayden mundur dari sana. Zayden terlihat begitu frustrasi, sesekali dia juga mencengkeram rambutnya untuk menunjukkan perasaannya saat ini. “Ini semua salahku Ma, Aara seperti ini karena salahku. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya, apa yang harus aku lakukan nanti?” ucapnya dengan air mata yang sudah mengalir. “Ssttt, jangan bicara seperti itu Nak. Aara pasti baik-baik saja. Jadi, tenanglah.” Alya memegang lembut kedua bahu Zayden, berharap putranya itu akan sedikit merasa tenang. ‘Bagaimana aku bisa tenang? Jika seseorang yang kucintai sedang tidak baik-baik saja, aku sangat takut,’ batinnya. Hingga akhirnya 15 menit pun berlalu, pintu ruang UGD itu tampak terb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-02
Baca selengkapnya

Bab 152. Sikap Dingin Aara

Semenjak pembicaraan penuh duri yang Zayden dan Aara lakukan terakhir kali, hubungan mereka saat ini terasa semakin dingin. Zayden merasakan ada begitu jarak, walaupun tidak terlihat.Sikap Aara padanya benar-benar jauh berbeda, tidak ada rasa takut lagi pada dirinya untuknya. Justru sebaliknya, sekarang dialah yang merasa takut. Dia takut Aara benar-benar akan meninggalkannya.Zayden terlihat duduk di sofa yang ada di dalam ruang rawat Aara. Saat ini dia tengah menyiapkan susu hamil yang biasanya memang Aara minum, karena susu ini bisa membantu perkembangan janin yang ada di dalam perutnya. Terlebih saat ini kondisi Aara sedang tidak baik, itu pasti sangat mempengaruhi perkembangan janinnya.Zayden melihat Aara yang tampak hanya terdiam seraya melihat lurus ke arah depannya.Wajahnya masih terlihat begitu pucat, dan dia sama sekali tidak berbicara lagi sejak dia sadar.Zayden lalu berdiri setelah dia selesai membuat susu itu, dia melangkah mendekati Aara. Namun meskipun dia suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-03
Baca selengkapnya

Bab 153. Mencari Pelayan Pribadi

Sam dan Lucas tampak tengah mewawancarai para pelamar untuk dijadikan sebagai pelayan pribadi dari nyonya mereka, Aara.Karakteristik yang diinginkan oleh Zayden begitu spesifik sehingga menyulitkan mereka untuk menemukan pelayan sesuai yang tuan mereka inginkan.Zayden memegangi keningnya yang teras sakit saat dia mengingat hal apa saja yang harus dimiliki oleh pada pelamar.“Dia bukan hanya harus bisa mengurus Aara, tapi dia juga harus bisa membuatnya selalu bahagia. Aku tidak butuh pelayan yang hanya bisa bersih-bersih atau memasak. Yang aku inginkan adalah pelayan yang menjaganya. Dan ya, Aara tidak suka banyak pengawal di dekatnya. Karena itu, carilah pelayan yang juga bisa bela diri. Dengan begitu bukan hanya bisa mengurusnya dia juga bisa menjadi pelindung Aara sekaligus.”“Haaahhhh!” Sam menghela nafasnya dengan begitu berat, apakah dia bisa menemukan kriteria pelayan yang seperti itu.Itu tidak mudah, karena buktinya dari banyaknya pelamar yang dari tadi dia wawancarai t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-04
Baca selengkapnya

Bab 154. Aku Tidak Akan Menyerah!

Anin mengerutkan keningnya, matanya juga menyipit. Dia memerhatikan Sam dari atas sampai ke bawah, seperti menerka-nerka apa maksud sebenarnya dari pria di depannya itu.“Apa Anda mengenal saya?” tanyanya.Sam pun menggeleng. ‘Kami memang pernah bertemu di toko buku. Tapi itu bukan berarti aku mengenalnya, kan,’ batinnya.“Kalau begitu tidak mungkin ada hal yang kita bicarakan, karena saya juga tidak mengenal Anda. Atau, Anda ingin bertanya tentang arah jalan?”Sam kembali menggeleng.“Hmm, begini Nona. Saya sebenarnya sedang mencari seorang pelayan. Dan sepertinya Anda cocok, karena tadi saya sempat melihat Anda memiliki spesifikasi yang sesuai dengan pelayan yang tengah saya cari. Apa mungkin Anda berminat?”‘Pelayan? Dan apa tadi dia bilang, aku sesuai dengan spesifikasinya? Hah, dia bicara seperti dia sudah mengenalku saja,’ batinnya. “Maaf, tapi saya tidak berminat,” jawabnya kemudian.Sam tidak menyangka, jika wanita di depannya itu akan langsung menolak tawarannya begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-05
Baca selengkapnya

Bab 155. Pikirkanlah Baik-baik

Aara masih tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya menunjukkan perasaannya itu lewat ekspresi wajahnya juga cairan bening yang kini telah berkumpul dan menggenang di matanya.“Aku bertanya padamu, apa kau juga ingin aku keluar dari sini?” tanya Zion lagi.Seketika cairan bening itu pun menetes, perlahan Aara mengeluarkan suara tangisannya. “Maafkan saya Tuan, hiks hiks,” ujarnya di sela-sela tangisnya.“Kenapa kau meminta maaf padaku?”“Karena hubungan buruk Anda dengan putra Anda dulu adalah kesalahan saya. Dia menganggap saya sebagai simpanan Anda, dan istri Anda percaya itu. Sehingga dia juga ikut membenci Anda.”“Padahal Anda sudah membantu saya, Anda adalah orang yang baik. Tapi gara-gara saya, Anda harus dimusuhi oleh istri dan putra Anda sendiri.”Zion tersenyum mendengar apa yang Aara katakan. “Itu semua sudah berlalu Aara, sekarang masalahku dengan mereka sudah teratasi. Aku sudah menjelaskan semuanya, memberikan buktinya pada mereka jika kita tidak ada hubungan seperti y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-06
Baca selengkapnya

Bab 156. Tawaran yang Masih Berlaku

Sam memberhentikan mobilnya di sebuah klub malam mewah yang memang terkenal di kota itu.Dia turun dari mobilnya, dan tanpa ragu langsung masuk ke dalam.Saat baru saja sampai di sana, semua mata langsung tertuju padanya. Terutama mata para wanita, baik itu pengunjung mau pun pekerja di sana.Dalam setiap langkahnya, Sam mendengar mereka terus berbisik-bisik mengenai dirinya.“Bukankah dia Samuel Seanca, sekretaris pribadi dari pewaris perusahaan besar Tan Group. Gila, visualnya tidak kalah dengan tuan Zayden. Benar-benar luar biasa,” ucap salah satu tamu wanita di sana.“Kau benar, dia sangat tampan. Terlebih postur tubuhnya benar-benar luar biasa. Lihat, dada bidang itu. Aku ingin sekali menyentuhnya,” jawab wanita lainnya.“Eh, tapi kenapa dia ada di sini. Apa dia datang untuk bersenang-senang setelah lelah melayani tuannya. Atau, apa mungkin tuan Zayden juga ada di sini?” timpal yang lainnya.Sam berusaha untuk tidak memedulikan ucapan-ucapan mereka, sekarang ini dia hanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-07
Baca selengkapnya

Bab 157. Menerima Tawaran

Aara tampak sudah bersiap-siap untuk pulang dari rumah sakit.Dia melihat Zayden yang duduk di kursi depan bersama dengan Lucas. Aara mengerutkan keningnya, karena tidak seperti biasanya Lucas yang menyetir. Dimana Sam, apa karena Zayden tidak ke kantor beberapa hari jadi dia yang menghandle semua pekerjaannya? Pikirnya.Namun Aara tidak mau mempermasalahkannya, dia pun hanya menunduk mengelus perut buncitnya.Sekarang Feni sudah tidak lagi bekerja dengannya, dia sudah pamit pulang tadi pagi. Saat pulang ke rumah Zayden nanti, dia tidak tahu siapa yang akan menggantikan Feni.Aara tampak melirik pada Zayden, melihat dia yang duduk di depan dan bukannya di belakang bersamanya. Membuat Aara berpikir, apakah Zayden sangat menghormati keinginannya yang tidak mau dekat dengannya.Kalau begitu, kenapa dia tidak mengizinkannya pergi dan tetap memaksanya berada di sisinya.Entahlah, dia sendiri tidak mengerti. Karena dari dulu sampai sekarang, dia tidak pernah mengerti apa yang ada di d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-08
Baca selengkapnya

Bab 158. Harapan Zayden

Sam tampak sudah berdiri di depan meja kerja Zayden sekarang. Dia lalu menoleh, ketika mendengar suara pintu yang terbuka.“Tuan,” sapanya seraya membungkuk pada Zayden yang baru saja datang.Zayden hanya diam, dia lalu duduk di kursinya dan menatap pada Sam.“Apa wanita tadi adalah calon pengganti dari Feni?” tanyanya.“Benar Tuan.”“Apa dia benar-benar memiliki spesifikasi yang kuinginkan.”“Saya memilihnya setelah saya melihatnya dengan kedua mata saya sendiri Tuan,” jawab Sam dengan yakin.Zayden tidak menjawab lagi, dia tampak hanya menatap Sam dengan mata tajamnya. “Jika kau mengatakan begitu, maka itu pasti benar. Kalau begitu terima dia,” ujarnya.“Apa Anda tidak ingin tahu latar belakangnya dulu?”“Kau yang memilihnya langsung, maka aku percaya padamu Sam. Kau boleh pergi!” jawabnya.“Baik Tuan.” Sam pun membungkuk, dia lalu berbalik dan pergi dari sana.Setelah keluar dan menutup pintu, Sam berdiri sesaat di sana. Dia sebenarnya merasa senang, karena tuannya begit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-09
Baca selengkapnya

Bab 159. Ajakan Sarapan

Matahari tampak sudah terbit cukup tinggi saat ini, jam juga sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tampak Aara yang baru saja terbangun.Dia merengkuh, dengan satu tangannya yang mengucek-ngucek matanya.“Selamat pagi Nyonya.”Deg!Aara terperanjat ketika mendengar suara itu, dia pun lantas menurunkan tangannya dan membuka matanya dengan cepat.Aara menoleh, dia menyipitkan matanya saat melihat sosok wanita yang berdiri di sampingnya.‘Dia, siapa?’ batinnya.“Perkenalkan Nyonya, saya Anindita Lestari. Mulai sekarang saya adalah pelayan pribadi Anda,” ujar Anin memperkenalkan dirinya. Dia lalu membungkuk, memberi hormat pada Aara.Tampak Aara yang masih terdiam, dia menatap dengan saksama Anin. “Jadi, kau adalah pelayan baru yang direkrut oleh Zayden?”“Benar Nyonya, mohon kerja samanya. Karena mulai sekarang, saya akan menjaga Anda.”Aara mengangguk. “Maaf telah merepotkanmu, karena harus menjagaku.”“Ehh?” Anin merasa bingung, kenapa nyonyanya ini berkata seperti itu. Apakah dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-13
Baca selengkapnya

Bab 160. Tiba-tiba Pingsan

Setelah selesai sarapan, Aara tampak berjalan-jalan di sekitar taman kediaman Zayden dengan diikuti oleh Anin. Karena seperti yang dikatakan oleh Sam, dia sama sekali tidak boleh meninggalkan Aara, dan harus selalu berada di sampingnya.Aara menghentikan langkahnya, saat dia melihat bunga mekar dengan begitu indahnya. Dia menyentuhnya, lalu menghirup aromanya.Bibirnya menunjukkan sebuah senyuman, setelah merasakan kesegaran dari bunga yang tadi diciumnya.“Sangat wangi,” ujarnya.Mendengar itu, lamunan Anin puj buyar. Tatapannya itu tampak fokus pada Aara. “Apa Anda sangat menyukai bunga?” tanyanya.“Apa kau tidak suka?” tanya balik Aara.“Saya suka, tapi tidak terlalu,” jawab Aara.“Kenapa? Bukankah bunga sangat indah dan juga wangi. Kenapa kau tidak terlalu suka?”“Hmm, hanya saja kehidupan saya terlalu sibuk hanya untuk menyukai sebuah bunga?”Aara mengerutkan alisnya saat mendengar apa yang Anin katakan. “Apa selama ini kau kesulitan?” tanyanya.Anin menunduk, seraya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status