Semua Bab Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku: Bab 91 - Bab 100

120 Bab

Bab 91

Kolam air panas ryokan itu menjadi saksi permainan cinta lainnya oleh Ansel dan Clara. Clara melingkarkan kedua kakinya di pinggul Ansel dan duduk di pangkuannya. Sementara tangannya meremas lembut kedua pundak Ansel. Bibirnya tak bisa berhenti melumat bibir Ansel dan begitu pula dengan kekasihnya itu.Setelah puas saling membelit lidah, Ansel menciumi leher Clara yang jenjang lalu kedua dadanya yang ada tepat di depan wajah Ansel. Mulutnya mengulum salah satu puncak dada Clara sementara tangannya memilin puncak yang lain. Alhasil Clara menggeliat pelan di atas pangkuan Ansel. Ia membusungkan dadanya dan mendekap erat wajah Ansel disana. Memberikan Ansel jalan yang luar biasa untuk menjamah setiap lekuk dada Clara.Tangan Ansel bergerak mengelus dan membelai sekujur tubuh Clara sementara mulutnya bergantian menghisap dada gadis itu. Ia lalu meluncurkan tangannya di bagian intim Clara. Jemari Ansel bergerak mengusap-usap bibir kewanitaan Clara. Dan sepersekian detik kemudian, dua jari
Baca selengkapnya

Bab 92

Shinjuku Gyoen adalah taman nasional yang dikelola oleh Kekaisaran Jepang. Tempat itu sangat luar biasa. Bukan hanya bunga sakura, ribuan jenis bunga lainnya tersusun dengan apik disana. Warna warna indah bermekaran di setiap sudut taman dan begitu memanjakan mata setiap orang yang berkunjung.Khususnya Clara, gadis itu sangat menyukai tempat seperti ini. Karena itulah dulu Clara bersikeras ingin mengajak Ansel ke taman bunga di Singapura. Dan begitu pula halnya dengan kali ini. Clara sangat ingin berjalan-jalan di antara bunga yang indah tersebut. Merasakan musim panas Jepang sembari duduk berpiknik seperti warga lokal.Keduanya bergandengan tangan menyusuri jalan yang membelah taman itu. Clara menatap takjub sekelilingnya. Mulutnya tak berhenti berdecak kagum memuji keindahan taman tersebut. Dan Ansel juga tak henti-hentinya memandang Clara seolah tak ada satupun yang lebih cantik dibandingkan Clara."Bukankah tempat ini sangat indah, Sayang?" Tanya Clara seraya menebar pandangannya
Baca selengkapnya

Bab 93

Pelayan itu menoleh dan tampak begitu terperanjat saat mendengar namanya dipanggil oleh salah satu pelanggannya. Ia melihat ke sisi kanannya dan menemukan seorang gadis yang sangat ia kenal. Gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Clara, sepupunya sendiri.Clara tampak sama kagetnya dengan pelayan itu. Tanpa sadar mulutnya memanggil nama sepupunya tersebut "Stefani?!"Pelayan itu tampak panik. Wajahnya seketika menjadi pucat seperti tidak ada darah yang mengalirinya. Tampak jelas rasa gugup yang menggunung di wajahnya. Dengan tergesa-gesa, pelayan itu langsung meletakkan pesanan Ansel dan Clara tanpa berkata sepatah kata pun."Stefani? Kamu Stefani kan? Anaknya Tante Ana?" Ucap Clara lagi berusaha memastikan.Pelayan itu secepat mungkin menyelesaikan pesanannya, membungkuk, dan segera pergi."Maaf, Anda salah orang." Ucapnya sembaru berlari cepat kembali ke dapur.Clara menggelengkan kepalanya. Entah ia meragukan ingatannya atau gadis itu yang tidak mengingatnya. Tapi Clara yaki
Baca selengkapnya

Bab 94

Stefani tampak benar-benar kacau. Wajahnya pucat dan kurus, matanya cekung dengan lingkaran hitam di bawahnya, dan yang lebih mengejutkan, perut Stefani tampak membesar. Membulat seperti seorang wanita yang hamil lima bulan.Clara mengerjapkan matanya beberapa kali. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kamu hamil, Stef?" Tanya Clara tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.Stefani mengangguk pelan. Matanya tampak berair seolah ia menahan air matanya dengan begitu susah payah. Clara melihat ke arah sekeliling dan menyadari bahwa tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk berbicara. "Bisa kita berbicara di tempat lain?"Stefani menghela nafas pelan. Ia membuang wajahnya sambil menyeka air matanya dengan kasar."Tidak ada yang perlu kita bicarakan, Clara."Clara meraih tangan Stefani. Ia bersikeras bahwa mereka berdua harus membicarakan banyak hal. Setidaknya alasan kenapa Stefani tidak datang di pemakaman ibunya sendiri. "Kita harus bicara dan aku tidak menerima penolakan apap
Baca selengkapnya

Bab 95

Ansel meraih tangan Clara dan menggenggamnya erat. Ia mendaratkan ciuman di tangan itu sembari keduanya berjalan bersisian menuju hotel tempat mereka menginap."Bagaimana dengan Stefani? Apakah dia mau melakukannya?" Tanya Ansel saat keduanya sudah masuk ke dalam kamar hotel mereka.Clara memeluk Ansel dengan erat. Entah kenapa pelukan Ansel terasa seperti hal yang paling tepat saat ini. Tubuhnya letih tapi hatinya lebih letih karena merasakan kepedihan yang dialami Stefani. Dan mendekap Ansel membuatnya terasa jauh lebih baik."Untungnya dia mau melakukannya. Stefani akan pulang ke Indonesia tiga hari lagi. Aku sudah membelikan tiket dan mengabari ibuku untuk semuanya. Aku hanya berharap Stefani tidak berubah pikiran di saat-saat terakhirnya."Ansel mengusap-usap punggung Clara dengan lembut."Dia tidak akan berubah pikiran, Sayang."Clara menyenderkan kepalanya di dada Ansel. Isak tangisnya yang pelan terdengar menggetarkan dada Ansel."Kita tidak pernah tahu, Sayang. Mungkin saja p
Baca selengkapnya

Bab 96

Clara mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa-apaan ini? Apakah ia tidak salah mendengarnya? Ansel akan pulang ke Inggris? Tapi bagaimana dengan Clara? Mereka bahkan baru resmi berkencan selama enam bulan! Dan rasanya Clara tidak akan sanggup untuk menjalani hubungan jarak jauh."Kamu bercanda kan, Sayang?" Tanya Clara sekali lagi mencoba meruntuhkan ketakutannya.Ansel menggeleng. Wajahnya serius dan tidak ada sedikitpun guratan canda disana."Tidak, aku serius, Sayang. Benar-benar serius."Seketika air mata meleleh membanjiri pelupuk mata Clara. Jawaban Ansel sudah cukup membuat senyumnya yang sejak tadi tersungging menjadi luruh. Clara menangis sejadinya dan membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.Ansel menatapnya dengan bingung. Khawatir. Dan seluruh emosi menjadi satu. Ia memeluk kekasihnya yang tangisannya semakin menjadi saat mendarat di dada Ansel."Kenapa kamu menangis, Sayang? Jangan menangis, kumohon."Tapi Clara enggan menuruti permintaan Ansel. Bak seorang bocah y
Baca selengkapnya

Bab 97

Orgasme pertamanya baru ia capai sepersekian detik lalu. Namun Clara tampaknya masih menginginkan Ansel lagi dan lagi. Setelah kekasihnya itu kembali mendaratkan ciuman singkat di bibirnya, Clara melingkarkan lengannya di leher Ansel dan berbisik dengan sangat menggoda."Aku menginginkanmu berada di dalamku, Sayang."Ansel mengecup bibir Clara sekali sebelum ia berdiri dan melucuti setiap pakaian yang menempel di tubuhnya. Dalam waktu yang bersamaan, Clara juga melepaskan satu-satunya pakaian yang tersisa di tubuhnya yaitu celana pendek dan celana dalamnya. Sepersekian detik kemudian, keduanya sudah bertelanjang bulat dengan tubuh Ansel yang berada di atas Clara.Kedua tangan Ansel yang kekar bertengger di dekat kepala Clara. Dan dalam sekali gerakan, Ansel menghujamkan kejantanannya masuk ke dalam inti Clara tanpa ragu. Gadis itu merangkul pinggang Ansel dengan kedua kakinya dan menutup jarak di antara mereka berdua."Shit... aku selalu menyukainya saat kamu melakukan itu, Sayang." B
Baca selengkapnya

Bab 98

Setelah hampir dua puluh jam menempuh perjalanan, Clara dan Ansel akhirnya tiba di kota Birmingham. Tempat kelahiran Ansel sekaligus kota dimana mereka akan memulai kehidupan baru mereka. Semuanya serba memukau, mengkilap, tapi juga mengintimidasi. Apalagi bagi Clara yang tidak pernah menjelajah negara lain selain Singapura.Jika Singapura memberikan kesan kemewahan bagi Clara, maka Birmingham menanamkan kesan profesional yang begitu kuat. Seolah kota ini dibuat dan diisi hanya untuk mereka yang berotak encer. Para profesional berdasi dengan waktu yang dipadati oleh berbagai hal tentang pekerjaan. Tempat dimana hanya ada ruang bagi kecerdasan dan kerja keras.Dan sejujurnya tempat ini membuat Clara merasa sangat kecil. Apalagi dengan seluruh keterbatasan yang ia punya. Entah apakah ia bisa beradaptasi dengan tekanan di kota Birmingham.Tanpa sadar, Clara menggigiti bibirnya karena gugup. Ansel yang sejak tadi mengamatinya sangat mengenali kebiasaan itu. Ia meraih tangan Clara dan mere
Baca selengkapnya

Bab 99

Makan malam itu berlangsung dengan lancar. Ansel terus menerus bertukar cerita dengan kedua orangtuanya. Menceritakan setiap detail kisah hidupnya di Singapura. Termasuk pertemuannya dengan Clara dan bagaimana mereka berdua bisa berkencan serta menjadi sepasang kekasih.Tampaknya begitu hangat. Tapi berbeda dengan apa yang dirasakan Clara. Meskipun Ansel dan Elliott berusaha begitu keras untuk mengajak Clara bergabung dalam pembicaraan, Adeline malah seolah tidak ingin gadis itu bersuara. Entah berapa kali ibu Ansel memotong pembicaraan Clara dan mengalihkan topiknya ke hal lain yang Clara tidak mengerti.Tanpa terasa, tiga jam berlalu dengan begitu cepat dan makan malam yang menyiksa itu akhirnya selesai."Mom, Dad, aku harus pulang sekarang. Hari sudah cukup malam dan kami berdua masih merasa lelah karena perjalanan." Pamit Ansel kepada kedua orangtuanya.Sang ayah tampak keberatan karena masih banyak hal yang ingin ia perbincangkan dengan puteranya. Tapi setelah dijelaskan oleh Ans
Baca selengkapnya

Bab 100

Hari ini adalah hari pertama bagi Ansel untuk memulai perannya sebagai pemimpin perusahaan periklanan milik ayahnya. Brooks Advertising Corp. Dan rasa gugup menyelimuti hati Ansel. Sungguh, ia tidak yakin apakah dirinya mampu memenuhi ekspektasi orang-orang yang dibebankan di pundaknya.Ansel mematut dirinya di depan cermin. Ia terlihat tampan dalam balutan jas berwarna biru tua dan kemeja biru muda di baliknya. Celananya berwarna senada dan sepatunya berwarna cokelat tua. Ah, kalau diingat-ingat, kapan terakhir kali Ansel mengenakan pakaian serapi ini? Rasanya seperti sudah lama sekali."Ansel Brooks, you can do it! Kamu pasti bisa!" Seru Ansel pada dirinya sendiri.Matanya menangkap sosok kekasihnya masuk ke kamar dengan membawa segelas kopi hangat di tangannya. Clara berjalan mendekati Ansel sembari lalu menyodorkan kopi itu kepada Ansel."Apakah kamu siap?"Ansel menyesap kopi hitam itu. Ah, Clara memang yang paling tahu segala hal tentangnya. Bahkan segelas kopi ini pun terasa sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status