Share

Bab 94

Author: Alina Tan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Stefani tampak benar-benar kacau. Wajahnya pucat dan kurus, matanya cekung dengan lingkaran hitam di bawahnya, dan yang lebih mengejutkan, perut Stefani tampak membesar. Membulat seperti seorang wanita yang hamil lima bulan.

Clara mengerjapkan matanya beberapa kali. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kamu hamil, Stef?" Tanya Clara tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Stefani mengangguk pelan. Matanya tampak berair seolah ia menahan air matanya dengan begitu susah payah. Clara melihat ke arah sekeliling dan menyadari bahwa tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk berbicara.

"Bisa kita berbicara di tempat lain?"

Stefani menghela nafas pelan. Ia membuang wajahnya sambil menyeka air matanya dengan kasar.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan, Clara."

Clara meraih tangan Stefani. Ia bersikeras bahwa mereka berdua harus membicarakan banyak hal. Setidaknya alasan kenapa Stefani tidak datang di pemakaman ibunya sendiri.

"Kita harus bicara dan aku tidak menerima penolakan apap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 95

    Ansel meraih tangan Clara dan menggenggamnya erat. Ia mendaratkan ciuman di tangan itu sembari keduanya berjalan bersisian menuju hotel tempat mereka menginap."Bagaimana dengan Stefani? Apakah dia mau melakukannya?" Tanya Ansel saat keduanya sudah masuk ke dalam kamar hotel mereka.Clara memeluk Ansel dengan erat. Entah kenapa pelukan Ansel terasa seperti hal yang paling tepat saat ini. Tubuhnya letih tapi hatinya lebih letih karena merasakan kepedihan yang dialami Stefani. Dan mendekap Ansel membuatnya terasa jauh lebih baik."Untungnya dia mau melakukannya. Stefani akan pulang ke Indonesia tiga hari lagi. Aku sudah membelikan tiket dan mengabari ibuku untuk semuanya. Aku hanya berharap Stefani tidak berubah pikiran di saat-saat terakhirnya."Ansel mengusap-usap punggung Clara dengan lembut."Dia tidak akan berubah pikiran, Sayang."Clara menyenderkan kepalanya di dada Ansel. Isak tangisnya yang pelan terdengar menggetarkan dada Ansel."Kita tidak pernah tahu, Sayang. Mungkin saja p

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 96

    Clara mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa-apaan ini? Apakah ia tidak salah mendengarnya? Ansel akan pulang ke Inggris? Tapi bagaimana dengan Clara? Mereka bahkan baru resmi berkencan selama enam bulan! Dan rasanya Clara tidak akan sanggup untuk menjalani hubungan jarak jauh."Kamu bercanda kan, Sayang?" Tanya Clara sekali lagi mencoba meruntuhkan ketakutannya.Ansel menggeleng. Wajahnya serius dan tidak ada sedikitpun guratan canda disana."Tidak, aku serius, Sayang. Benar-benar serius."Seketika air mata meleleh membanjiri pelupuk mata Clara. Jawaban Ansel sudah cukup membuat senyumnya yang sejak tadi tersungging menjadi luruh. Clara menangis sejadinya dan membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.Ansel menatapnya dengan bingung. Khawatir. Dan seluruh emosi menjadi satu. Ia memeluk kekasihnya yang tangisannya semakin menjadi saat mendarat di dada Ansel."Kenapa kamu menangis, Sayang? Jangan menangis, kumohon."Tapi Clara enggan menuruti permintaan Ansel. Bak seorang bocah y

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 97

    Orgasme pertamanya baru ia capai sepersekian detik lalu. Namun Clara tampaknya masih menginginkan Ansel lagi dan lagi. Setelah kekasihnya itu kembali mendaratkan ciuman singkat di bibirnya, Clara melingkarkan lengannya di leher Ansel dan berbisik dengan sangat menggoda."Aku menginginkanmu berada di dalamku, Sayang."Ansel mengecup bibir Clara sekali sebelum ia berdiri dan melucuti setiap pakaian yang menempel di tubuhnya. Dalam waktu yang bersamaan, Clara juga melepaskan satu-satunya pakaian yang tersisa di tubuhnya yaitu celana pendek dan celana dalamnya. Sepersekian detik kemudian, keduanya sudah bertelanjang bulat dengan tubuh Ansel yang berada di atas Clara.Kedua tangan Ansel yang kekar bertengger di dekat kepala Clara. Dan dalam sekali gerakan, Ansel menghujamkan kejantanannya masuk ke dalam inti Clara tanpa ragu. Gadis itu merangkul pinggang Ansel dengan kedua kakinya dan menutup jarak di antara mereka berdua."Shit... aku selalu menyukainya saat kamu melakukan itu, Sayang." B

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 98

    Setelah hampir dua puluh jam menempuh perjalanan, Clara dan Ansel akhirnya tiba di kota Birmingham. Tempat kelahiran Ansel sekaligus kota dimana mereka akan memulai kehidupan baru mereka. Semuanya serba memukau, mengkilap, tapi juga mengintimidasi. Apalagi bagi Clara yang tidak pernah menjelajah negara lain selain Singapura.Jika Singapura memberikan kesan kemewahan bagi Clara, maka Birmingham menanamkan kesan profesional yang begitu kuat. Seolah kota ini dibuat dan diisi hanya untuk mereka yang berotak encer. Para profesional berdasi dengan waktu yang dipadati oleh berbagai hal tentang pekerjaan. Tempat dimana hanya ada ruang bagi kecerdasan dan kerja keras.Dan sejujurnya tempat ini membuat Clara merasa sangat kecil. Apalagi dengan seluruh keterbatasan yang ia punya. Entah apakah ia bisa beradaptasi dengan tekanan di kota Birmingham.Tanpa sadar, Clara menggigiti bibirnya karena gugup. Ansel yang sejak tadi mengamatinya sangat mengenali kebiasaan itu. Ia meraih tangan Clara dan mere

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 99

    Makan malam itu berlangsung dengan lancar. Ansel terus menerus bertukar cerita dengan kedua orangtuanya. Menceritakan setiap detail kisah hidupnya di Singapura. Termasuk pertemuannya dengan Clara dan bagaimana mereka berdua bisa berkencan serta menjadi sepasang kekasih.Tampaknya begitu hangat. Tapi berbeda dengan apa yang dirasakan Clara. Meskipun Ansel dan Elliott berusaha begitu keras untuk mengajak Clara bergabung dalam pembicaraan, Adeline malah seolah tidak ingin gadis itu bersuara. Entah berapa kali ibu Ansel memotong pembicaraan Clara dan mengalihkan topiknya ke hal lain yang Clara tidak mengerti.Tanpa terasa, tiga jam berlalu dengan begitu cepat dan makan malam yang menyiksa itu akhirnya selesai."Mom, Dad, aku harus pulang sekarang. Hari sudah cukup malam dan kami berdua masih merasa lelah karena perjalanan." Pamit Ansel kepada kedua orangtuanya.Sang ayah tampak keberatan karena masih banyak hal yang ingin ia perbincangkan dengan puteranya. Tapi setelah dijelaskan oleh Ans

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 100

    Hari ini adalah hari pertama bagi Ansel untuk memulai perannya sebagai pemimpin perusahaan periklanan milik ayahnya. Brooks Advertising Corp. Dan rasa gugup menyelimuti hati Ansel. Sungguh, ia tidak yakin apakah dirinya mampu memenuhi ekspektasi orang-orang yang dibebankan di pundaknya.Ansel mematut dirinya di depan cermin. Ia terlihat tampan dalam balutan jas berwarna biru tua dan kemeja biru muda di baliknya. Celananya berwarna senada dan sepatunya berwarna cokelat tua. Ah, kalau diingat-ingat, kapan terakhir kali Ansel mengenakan pakaian serapi ini? Rasanya seperti sudah lama sekali."Ansel Brooks, you can do it! Kamu pasti bisa!" Seru Ansel pada dirinya sendiri.Matanya menangkap sosok kekasihnya masuk ke kamar dengan membawa segelas kopi hangat di tangannya. Clara berjalan mendekati Ansel sembari lalu menyodorkan kopi itu kepada Ansel."Apakah kamu siap?"Ansel menyesap kopi hitam itu. Ah, Clara memang yang paling tahu segala hal tentangnya. Bahkan segelas kopi ini pun terasa sa

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 101

    Tanpa terasa satu hari sudah bergulir dan Clara habiskan dengan membereskan apartemen mereka. Setidaknya ia tidak ingin Ansel pulang dalam keadaan rumah yang berantakan. Lambat laun Clara harus mulai bisa bertingkah sebagai wanita yang mengurus rumahnya. Apalagi melihat dari sejauh apa hubungan mereka sekarang melangkah. Mungkin memang lebih baik jika Clara mulai bertindak seperti seorang isteri.Pukul tujuh malam, Clara mendengar pintu apartemennya terbuka. Ia melihat sosok kekasihnya yang sudah pulang dengan wajah yang tampak lelah. Tanpa berpikir dua kali, Clara langsung menghampiri Ansel dan memeluknya."Kamu sudah pulang?"Ansel mengangguk dan tersenyum tipis. Wajahnya tampak sangat letih. Pasti sangat melelahkan bekerja di hari pertama dengan beban seberat itu."Aku sudah menyiapkan bathtub untukmu. Kamu bisa mandi dulu kalau kamu mau, Sayang."Ansel mengangguk lagi. Tanpa banyak bertanya ataupun berkata apa-apa. Seolah energinya sudah benar-benar habis untuk bekerja seharian. D

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 102

    Sudah genap seminggu Ansel dan Clara tinggal di Birmingham, kota kelahiran Ansel. Dan seiring hari bergulir, Ansel semakin disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang sepertinya tidak ada habisnya. Mulai dari proyek lama yang harus ia ambil alih, hingga mempelajari setiap laporan dari klien prospektif baru. Baru kali ini Ansel merasa waktu dua puluh empat jam tidak cukup baginya. Seperti halnya hari ini, sudah sejak pagi ia berkutat dengan berbagai analisis dari hasil iklan yang baru saja mereka luncurkan. Timnya menghabiskan begitu banyak waktu untuk membuat konsep dan mengerjakan proyek ini. Namun sayangnya, hasil yang diberikan tidak terlalu memuaskan. Dan tentu saja klien ini tidak terima dengan hasil yang mengecewakan. Ansel bahkan sudah kehabisan jari untuk menghitung berapa kali Tuan Sanders sudah mengirimkan keluhan kepadanya.Ia menghempaskan tubuhnya ke kursinya dan memijat keningnya yang berdenyut. Firma periklanan ayahnya bukanlah sebuah firma besar. Firma ini hanyal firma

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 120

    Ansel dan Clara tiba di kamar pengantin mereka. Ansel sengaja menyewa kamar dengan pemandangan terbaik di Castle Bromwich Hall, salah satu hotel dengan desain klasik yang paling menakjubkan di Birmingham. Ia akan membuat malam ini menjadi malam paling romantis bagi mereka berdua.Kedua tangan Ansel menggendong Clara layaknya seorang pengantin wanita. Ia membawa istrinya masuk ke dalam kamar itu sembari sesekali mencuri ciuman ke bibir Clara. Tawa Clara terdengar renyah dan menghangatkan hati Ansel.Sesampainya di kamar, Ansel segera menurunkan Clara dan gadis itu berseru senang sembari memeluk Ansel erat."Kita akhirnya menjadi suami isteri, Sayang!" Seru Clara bahagia.Ansel mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Clara. Matanya lalu menatap Clara dengan penuh cinta seolah cinta itu bisa menenggelamkan Clara saat itu juga. Tangan Ansel menarik turun resleting gaun yang dipakai Clara dan pakaian putih itu dengan cepat meluncur ke kedua kaki Clara. "Tidak sabar lagi, hmm?" Goda Cla

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 119

    Semuanya bak mimpi yang begitu indah. Taman yang cantik ini, suasana yang begitu romantis, dan Ansel yang berlutut dengan cincin di hadapannya. Clara begitu terkejut hingga ia tak bisa mengatakan apapun. Satu-satunya reaksi yang bisa ia keluarkan hanyalah menangis. Tangisan haru yang meleleh dari kedua matanya."Clara Deolindra, will you marry me?"Ansel mengatakan itu dengan senyuman yang begitu lebar. Seolah kebahagiaan begitu besar ada di depan matanya sekarang."Aku sangat mencintaimu, Sayang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan masa depan dimana tidak ada kamu di dalamnya. Dan kejadian kemarin membuat aku sadar betapa aku tidak ingin kehilangan dirimu." Ujar Ansel lembut.Ia mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah Clara yang menangis terharu. "Jadi, maukah kamu bersamaku selamanya sebagai isteriku, Sayang?"Tak ada keraguan sama sekali di hati Clara. Sejak lama ia mendambakan hari dimana Ansel akan melamarnya. Berandai-andai dengan mimpi yang sepertinya tak akan pernah tergapai

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 118

    Kondisi Clara sudah jauh membaik sejak kesadarannya pulih. Alat bantu yang mempertahankan hidupnya sudah dilepaskan satu persatu dan bahkan Clara sudah diperbolehkan untuk keluar dari ruangannya untuk berjalan-jalan sejenak.Dan kebahagiaan teramat besar dirasakan Ansel, Elliott, serta Adeline. Bagaikan diberi keajaiban yang luar biasa, ketiganya tak henti tersenyum setiap kali melihat perkembangan pada kondisi Clara.Hari ini, tepat tiga minggu Clara berada di rumah sakit. Hari ini juga merupakan hari dimana dokter sudah memperbolehkan Clara untuk pulang. Pukul sebelas siang, Ansel dan Clara siap pergi meninggalkan rumah sakit itu. Ansel mendorong Clara yang berada di atas kursi roda untuk menyusuri koridor rumah sakit."Kita akan pulang hari ini, Sayang. Kamu senang?" Tanya Ansel bersemangat.Clara mengangguk mantap. Sejujurnya ia sudah sangat muak berada di rumah sakit. Tidak bisa melakukan apapun dan yang ia lakukan hanyalah terbaring di ranjang seharian. Clara merindukan rutinita

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 117

    Kedua pria itu begitu larut dalam pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya Ansel memutuskan untuk memecahkan keheningan dengan menegur sang ayah."Ada apa, Dad?"Elliott berdeham. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah puteranya itu. Tatapannya serius dan Ansel seolah mengerti apa yang ingin dikatakan ayahnya saat itu."Tentang Mom?" Tanya Ansel pelan.Elliott mengangguk. Ansel mengusap wajahnya dengan kasar."Ada apa lagi? Apa yang Mom keluhkan kepadamu kali ini?""Aku memintamu untuk memaafkan Mom, Ansel. Apakah kamu bisa melakukannya?" Elliott bertanya dengan begitu hati-hati. Ia tahu permintaannya itu sangat sulit dikabulkan Ansel sekarang. Setidaknya hingga Clara sadar.Ansel tertawa pahit. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Clara yang masih terbaring dalam koma di atas ranjangnya."Setelah semua hinaan yang diberikannya pada Clara, Dad? Kurasa tidak, Dad." Ucap Ansel lirih.Elliott menghela nafas berat. Ia memegang pundak Ansel dan meremasnya pelan. Puteranya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 116

    Tiga hari berselang, kondisi Clara dinyatakan jauh lebih baik. Walaupun belum sadar dari pingsannya, Clara sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan umum. Dan Ansel bisa merawat kekasihnya dan berada di sisinya setiap saat."Iya, Clara akan baik-baik saja, Bu. Maafkan aku karena semua ini terjadi saat Clara bersamaku. Tapi aku berjanji aku akan merawat Clara dengan baik." Ansel mengakhiri pembicaraannya di telepon. Ia menatap layar ponselnya dengan kosong. Helaan nafasnya terdengar berat namun Ansel memaksakan senyum tersungging di bibirnya.Ia kembali masuk ke kamar tempat Clara dirawat dan duduk di sisi ranjang."Ibumu menelepon, Sayang. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Tapi aku sudah mengatakan kepadanya bahwa kamu akan baik-baik saja. Iya kan?"Hening. Gadis yang ditanya pun tidak menjawab apa-apa. Clara masih tertidur bak puteri di dalam dongeng. Wajah cantiknya tampak pucat dan Ansel tersenyum getir melihatnya.Ansel meraih tangan kekasihnya itu, meremasnya lembut, dan menciumnya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 115

    Kabar itu datang bagaikan petir di siang bolong. Menyadarkan Ansel dari segala lamunannya dan menghentakkannya kembali ke bumi. Begitu hancur hingga rasanya ia tak sanggup untuk menatap lurus ke depan.Dua kata. Hanya dua kata yang dikatakan ibunya di telepon. Tapi dua kata itu sukses menjungkirbalikkaan kehidupan Ansel. Membuatnya berlari dengan nafas memburu seperti orang gila.Clara kecelakaan. Kekasihnya mengalami kecelakaan. Dan bagaimana keadaan Clara sekarang? Apakah ia baik-baik saja? Astaga, Ansel bahkan belum sempat berbicara dengannya tentang kesalahpahaman kemarin. Dan semuanya sudah menjadi kacau seperti ini dalam satu kedipan mata.Dengan terburu-buru, Ansel memacu mobilnya ke rumah sakit tempat Clara dilarikan. Ia tak peduli bagaimana kacaunya ia terlihat saat itu. Persetan dengan dasinya yang masih belum terikat dan sepatunya yang ia pakai secara asal-asalan. Yang terpenting bagi Ansel sekarang hanyalah melihat Clara. Tidak ada yang lain.Dua puluh menit memacu mobilny

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 114

    Entah berapa kali Clara mengutuk dirinya sendiri dan hati lembutnya ini. Ia sudah bertekad bahwa ia akan mengabaikan Ansel dan benar-benar menunjukkan kemarahannya. Namun sekarang, disinilah ia. Berjalan di pusat perbelanjaan Edinburgh mencari oleh-oleh untuk orang-orang yang ia sayangi. Hiasan kristal untuk Adeline, wiski untuk Elliott, dan wine serta parfum untuk Ansel.Ah, kenapa Clara bodoh sekali? Kenapa ia masih saja mau menghabiskan waktu dan uangnya untuk mereka yang bahkan tidak peduli dengannya?Tapi seperti itulah Clara. Beginilah cara ia menunjukkan rasa cintanya. Tak peduli seberapa kesalnya ia dengan orang-orang itu (kecuali Elliott, tentu saja), Clara tetap akan tersenyum lebar dan memberikan oleh-oleh ini kepada mereka."Semoga mereka menyukainya." Gumam Clara sembari mendorong troli belanjanya menuju kasir.Penerbangannya dua jam lagi dan Clara sekarang tengah menunggu pesawatnya di bandara. Ia melirik ponselnya lagi. Lagi-lagi panggilan dari Ansel. Untuk pertama kali

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 113

    Pemotretan di Edinburgh benar-benar menyenangkan. Clara diharuskan berfoto di lokasi yang sedikit menantang yaitu di atas tebing St. Abbs. Dengan angin yang bertiup begitu kencang dan ombak yang menerpa dengan deras di bawahnya, tentu saja berfoto dengan menggunakan dua potong lingerie menjadi hal yang sedikit sulit untuk dilakukan.Tapi Clara menyukainya. Tidak, bukan hanya sekedar menyukainya. Clara benar-benar menikmatinya. Dan setidaknya kesibukannya ini akan mengalihkan perhatian Clara dari masalahnya dengan Ansel."Memangnya Ansel saja yang bisa sibuk bekerja?"Jepretan demi jepretan di ambil dan puluhan hasil foto yang tampak luar biasa benar-benar membuat Clara kagum. Jika ia adalah dirinya dua tahun lalu, maka mungkin Clara tidak akan pernah menyangka bahwa ia bisa bergaya sebagus itu. Layaknya seorang model profesional.Tapi Clara yang sekarang berbeda dengan Clara yang dulu. Ia sekarang adalah satu di antara deretan model La Perla. Dan juga salah satu model yang melenggok d

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 112

    Pikiran Ansel benar-benar kalut. Hatinya tidak tenang karena rasa gelisah. Wajah terakhir yang ia lihat sebelum Clara pergi tadi pagi adalah hal yang paling tidak bisa ia lupakan. Kekasihnya itu benar-benar kecewa dan terluka. Matanya sembab karena menangis begitu hebat. Dan semua itu disebabkan oleh Ansel. Ansel dan segala egoismenya yang tidak bisa ia bendung.Dan karena itu pula Ansel tidak bisa fokus bekerja sejak tadi. Pikirannya selalu kembali kepada Clara dan Clara lagi. Rapat hari itu bahkan berjalan terasa sangat lambat karena Ansel tidak bisa meraih ponselnya untuk menghubungi kekasihnya itu."Jadi bagaimana, Tuan Brooks? Konsep iklan yang mana yang menurut Anda paling baik?"Pertanyaan dari salah seorang karyawannya menyadarkan Ansel dari kekalutannya. Ia segera mengerjapkan matanya berkali-kali dan mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya.Sadar, Ansel! Ada proyek senilai lima juta poundsterling yang harus kamu selesaikan!Ansel meninjau konsep yang dibuat oleh timnya

DMCA.com Protection Status