Home / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 141 - Chapter 150

168 Chapters

Rencana Selanjutnya (S2)

“Kau mabuk sepanjang malam?” Dannis duduk di samping pengawal ayahnya. Ia menemani pria yang terlihat begitu sayup matanya. Kepalanya terus menunduk dan enggan untuk menoleh ke arah Dannis. Tepat di depan dirinya ada sebotol bir yang tersisa ⅓ saja. Steven merasa hancur ketika mengetahui target yang akan diincar oleh para pemburu itu adalah tuannya sendiri. Alex Kartanegara dan Diana Ningrat seharusnya sudah menjadi Verbannen II yang kebebasannya tidak boleh diganggu gugat oleh organisasi. Tapi sayangnya, Ryan Lewis Blutschild menyebut ketidakberpihakan kedua orang itu sebagai kejahatan dan pengkhianatan terhadap keluarga ke-12. “Aku masih berutang padamu untuk menjelaskan semuanya.” Steven tidak sanggup melirik anak bosnya. Ada hal yang harus ia sampaikan pada Dannis, dan itu menyangkut keterlibatan kedua orang tuanya. Ini akan menjadi beban untuknya. “Kalau begitu ceritakan. Aku juga ingin mendengarkan,” sahut Juna yang baru saja tiba. Mereka bertiga berada di balkon klub malam y
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

Berburu Verbannen Ke-9 (S2)

“Jadi, kita akan ke mana?” tanya Dannis. Pembicaraan di pagi hari yang begitu pelik dan kompleks itu telah selesai dari tiga jam yang lalu. Rapat tertutup yang dilakukan oleh mereka berempat saat ini akan menentukan pergerakan selanjutnya. Meski begitu, mereka harus berhati-hati karena begitu banyak pemburu bayaran yang berseliweran di jalan-jalan. “Tujuan utama kita kali ini adalah Ryan Lewis Blutschild. Aku menyarankan padamu untuk menghubungi sembilan Verbannen lainnya dan bersatu menyerang markas Ryan Lewis Blutschild. Kita akan mengajak setiap Verbannen I dan membentuk tim untuk memburu si ketua bajingan itu.” Reina telah menjelaskan rencananya. Ia juga telah memberitahu seluruh lokasi para Verbannen I yang tersebar di setiap negara Asia tenggara. “Sangat menarik. Tapi kita mulai dari mana dulu?” tanya Juna. “Verbannen peringkat ke-9. Dia yang paling dekat dengan kita saat ini. Dia ada di Perlis, Malaysia,” sahut Steven. “Kenapa dia ada di sana?” Dannis merasa heran. “Berse
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

Pria Kumuh Di Perbukitan (S2)

“Apa dia tinggal di sekitar sini?” Dannis merasa seluruh tubuhnya pegal setelah duduk berhimpitan satu sama lain di mobil SUV. Ia menoleh ke berbagai arah untuk melihat adakah perumahan di dekat situ. “Kita harus jalan kaki dari sini. Masuk ke dalam bukit.” Reina menurunkan tiga buah ransel yang dikhususkan ketika melakukan pendakian gunung. Ia meminta kepada ketiga lelaki itu untuk membawanya. “Apa kita tidak bisa mencari hotel terlebih dulu? Pakaianku sudah bau sekali,” sahut Juna. Mereka berempat meninggalkan mobil SUV itu di pinggir jalan dengan keadaan bahan bakar yang menipis. Saat ini, mereka sedang berada di jalan provinsi yang terletak begitu dekat dengan bukit dan lautan. Reina mendapatkan kabar burung bahwa Verbannen ke-9 bersembunyi di sekitar daerah itu. Berdasarkan sumber informasinya, ia berada di bukit dan mengasingkan diri dari warga sekitar. Jarak antara jalanan dan bukit lumayan jauh. Perjalanan ini akan memakan waktu tidak sebentar. Apalagi hari kian gelap. Sud
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

Gairah Sang Buronan (S2)

“Verbannen ke-10? Sedang apa kau di sini?” Aden merasa heran dengan kemunculan seseorang yang mengaku sebagai buronan sepertinya. “Ada yang harus kau tahu tentang organisasi. Mereka sedang melakukan perburuan,” ungkap Steven. Mendengar hal itu, Aden menurunkan senjatanya. Ia mencoba mempercayai keempat orang yang tiba-tiba muncul di depan rumah kumuhnya tanpa meninggalkan kecurigaan. “Baiklah, sebaiknya kita bicara di dalam.” Aden mempersilahkan mereka untuk masuk. Penampakan rumah Verbannen ke-10 sangatlah tidak menarik. Dannis jadi teringat dengan kontrakannya dulu sebelum ia bertemu Juna. Kontrakan tempat ia tinggal setelah keluar dari panti asuhan sangatlah kumuh dan buruk, namun rumah Aden jauh lebih dari itu. Ini bisa dibilang tidak layak tinggal. Lantainya hanya beralaskan tanah. Tidak ada perabot elektronik. Semuanya hanya kayu. Bahkan untuk memasak pun, Aden menggunakan kayu bakar. Untuk ranjang tidur, ia memilih menggunakan ranjang kayu tanpa kasur busa ataupun kapuk. I
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

Ayo Melarikan Diri! (S2)

“Ke mana perginya dia?” Dannis baru saja bangun. Ia mencoba merenggangkan semua ototnya yang tegang. Jujur saja, tidur tanpa alas seperti kasur sangatlah tidak enak baginya. “Entahlah, aku tidak melihatnya sejak subuh tadi,” ungkap Juna. Ia sedang memasak mie instan di atas perapian. “Lalu di mana Steven dan Reina?” Dannis mengkhawatirkan kedua temannya. “Mereka juga menghilang. Aku juga tidak melihatnya sejak subuh.” Juna berpikir mungkin saja mereka bertiga kabur bersama-sama meninggalkan mereka berdua. Namun kejadian yang sebenarnya sangatlah berbeda. Setelah melewati malam yang candu, bergulat bersama dalam sorot terang bulan, Reina dan Steven ikut bersama dengan Aden untuk turun bukit. Aden ternyata memergoki keduanya bercumbu di bawah pohon rindang di depan gubuk kumuhnya ketika menjelang subuh. Keduanya tampak kelelahan dan hanya menutupi tubuh mereka dengan pakaian masing-masing yang belum sempat dipakai lagi. “Kita tunggu saja mereka. Kuharap mereka tidak pergi meninggal
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

Markas Tersembunyi Sang Verbannen (S2)

“Pembuatnya? Siapa?” Dannis menoleh ke arah Steven. “Tanyakan padanya nanti. Sekarang kita harus bergegas ke landasan itu!” Reina membentak para lelaki itu. Perjalanan menuju ke landasan pesawat itu tidaklah mudah. Dari rumah kumuh milik Aden yang berada tepat di puncak bukit, mereka harus turun sedikit dan menempuh jarak hingga seratus meter lebih ke sisi lain bukit. Reina dan Steven sebenarnya tidak tahu-menahu tentang landasan itu. Mereka berdua juga terkejut ketika pertama kali melihatnya. Tapi mereka bisa menyimpulkan bahwa landasan itu dibuat oleh Aden Embara. “Sebenarnya kita mau apa di sana?” Dannis merasa bingung. Suasana paginya tampak rusak oleh permainan kucing-kucingan ini. “Jangan banyak bicara! Cepat lari saja!” bentak Reina lagi. Mereka segera menyusuri jalan setapak yang telah dilapisi oleh batu pipih. Steven dan Juna menduga batu-batu setapak ini adalah buatan Aden. Ternyata tinggal begitu lama di bukit, Aden memiliki hobi untuk mendesain sebuah bukit layaknya
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

Verbannen Miliarder (S2)

“Rumah siapa itu?” pikir Dannis dalam hati ketika ia menoleh ke arah bawah. Helikopter yang dikemudikan oleh Aden tampak turun dan terbang rendah menuju ke sebuah helipad yang berada di tengah-tengah halaman rumah seseorang yang letaknya tidak jauh dari tepi pantai. Saat ini mereka sudah melewati perbatasan dan berada di negara gajah putih; Thailand. Namun mereka tidaklah pergi terlalu jauh dari area perbatasan. Perlahan helikopter mendarat. Ada beberapa orang yang memberi arahan saat pendaratan itu. Dan beberapa orang yang mengenakan setelan jas lengkap berwarna hitam tampak menghampiri helikopter. “Siapa mereka?” tanya Reina. “Kau akan tahu setelah kita turun,” jawab Aden Embara. Setelah mesin helikopter mati, mereka segera turun dan menyambut orang-orang itu. Ia menghampiri mereka dan bersalaman dengan salah satu dari pria itu. Raut wajahnya tampak senang hingga senyum kecil terlontar ke arah mereka. “Silahkan ikuti kami,” ucap salah seorang dari mereka.“Siapa mereka? Ini ru
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more

Ayo Kita Rock’n Roll! (S2)

Semua mata tertuju pada sosok pengawal yang tampak kelelahan dan cemas. Gan Phassakorn yang masih menikmati aksinya menodongkan senjata ke arah kepala Reina harus menurunkan egonya. Ia merasa kesal karena merasa diganggu. Namun persoalan datangnya para tamu jauh lebih penting dari pada miliknya. “Amankan area! Gunakan seluruh persenjataan! Dan kalian semua, ikuti aku!” Gan Phassakorn telah memberi perintah. Tidak lama dari itu, terdengar suara desing peluru dari arah halaman luar. Meski sedikit samar, namun Gan, Dannis dan yang lainnya tahu kalau baku tembak telah dimulai. Sesegera mungkin Gan memandu para temannya untuk menuju ke sebuah ruang baca. Di sana ia menekan beberapa tuts piano yang tiba-tiba membuat lemari kayu tinggi yang berada di belakang piano itu bergerak dan membuka. Terlihat ada celah kecil yang terlihat. “Apa itu pintu rahasia?” Juna merasa takjub. “Kau baru melihat yang seperti ini?” Gan menyindir sambil tersenyum. Ia mengajak semuanya untuk masuk ke dalam. Ter
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

Verbannen Vs Jager (S2)

“Luna! Matikan lampunya!” perintah Gan Phassakorn. “Kau bicara dengan siapa?” Aden menoleh.“A.I milikku. Kau pikir markas ini tidak dilengkapi dengan sistem keamanan seperti di markas-markas superhero?” Gan tersenyum. “Lampu segera dimatikan.” Sebuah suara terdengar dari arah langit-langit. Suaranya seperti seorang wanita muda. Ketika suara itu terdengar dan lampu di dalam ruangan mati total, Dannis dan yang lainnya merasa takjub saat tiba-tiba lampu sorot berwarna-warni seperti yang ada di dalam sebuah klub malam mulai menyala begitu terang dari berbagai spot. “Aktifkan mode Midnight Party!” Gan kembali memberi perintah. Dengan cepat, lampu-lampu sorot yang telah menyala mulai bergerak ke sana-kemari dan membuat suasana di dalam ruangan itu tampak seperti suasana di klub malam. Merah, putih, biru, hijau dan ungu mendominasi kelap-kelip lampu yang menyorot. Ditambah lagi, musik mulai terdengar dengan volume lumayan keras. “Kau juga memutar musik?” Dannis tampak risih dengan sua
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

Jangan Mati! Tolong! (S2)

“Argh!” Pria itu merasakan nyeri di lengannya yang dilumpuhkan oleh timah panas. Ujung pistol milik Gustav masih berada di hadapannya, Steven tidak bisa berbuat banyak karena ia takut mantan temannya itu akan berbuat sesuatu yang gila. Senyuman licik di wajah Gustav telah menjadi peringatan baginya untuk menjaga sikap.Namun ketika ia melihat ke arah Reina, pria itu tahu kalau kekasihnya itu sedang melakukan sesuatu. Demi kesempatan yang ingin dibuat oleh Reina, Steven mencoba mengulur waktu. Momen nostalgia dirinya bersama Gustav menjadi andalan untuk meruntuhkan fokus mantan temannya itu. “Kau masih setia pada tuanmu? Apa kau anjing peliharaannya?” sindir Steven. “Oh, mantan peliharaan ingin menyindirku sebagai peliharaan? Apa kau tidak punya muka? Tetaplah dirimu sendiri di cermin. Kau pikir aku tidak tahu saat ini bau bekerja untuk siapa!” Gustav semakin serius. “Apa maksudmu?” Steven mulai terpancing. Reina yang tidak diawasi oleh Gustav mulai melakukan pergerakan secara sem
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status