Beranda / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Bukan Pewaris Biasa: Bab 131 - Bab 140

168 Bab

Dosa Aji Kartanegara

“Ayahku dan ayah dari Juna telah tahu tentang rencana Andika kala itu. Si ular tua ingin membunuh kedua orang tuaku dan ayahnya Juna untuk mengurangi musuh. Dia tahu kalau kedua orang tuaku adalah ancaman yang paling besar untuknya di kemudian hari. Jadi, dia merencanakan kecelakaan yang sudah di persiapkannya begitu matang.” Dannis mencoba menjelaskan semuanya secara terperinci. Airin dan yang lainnya hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Aji Kartanegara yang berada di samping Juna hanya bisa tertegun ketika mendengar semua penjelasan dari cucunya itu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau saat itu Alex dan David telah merencanakan hal itu. Ia tidak bisa dikatakan tertipu oleh anaknya sendiri, tapi lebih tidak beritahu. Namun perasaannya tampak hancur ketika tahu Alex dan Diana tewas pada hari itu. “Ayahku ingin kau menjadi anak angkatnya. Dia ingin membalas budi kebaikan orang tuamu. Sejujurnya, ayah pernah bilang padaku sebelum memberikan surat ini. Dia bilang, ‘A
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-21
Baca selengkapnya

Satu Bulan Kemudian

“Kau sudah sampai rupanya.” Luna datang sendirian sambil mengenakan pakaian serba hitam. Ia menghampiri Dannis yang tampak sedang berdiri di samping dua buah nisan. “Kukira kau langsung datang ke rumah utama,” pikir lelaki itu. “Aku berutang banyak pada Rei. Bukankah alangkah baiknya bila aku berpamitan dengan benar kali ini?” Luna meletakkan masing-masing seikat bunga mawar putih di atas pusara makam Rei dan ibunya. Pemakaman yang semula menjadi tempat baku tembak itu terasa sunyi dan sepi. Kabut yang menyelimuti daerah perbukitan pada pagi hari tampak masih tersisa di sekitar area makam. Dannis berdiri sambil mengenakan setelan jas hitam panjang dengan topi hitam ala mafia. Ia melantunkan perasaannya yang pernah diisi oleh remaja gila bernama Rei Kartanegara. Dirinya masih sangat mengingat semua candaan, sikap, serta ekspresi dari pemuda itu. “Sudah sebulan berlalu sejak kejadian Andika kabur. Polisi sepertinya belum mampu menangkap penjahat itu. Apa paman tirimu benar-benar le
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-21
Baca selengkapnya

Aku Memilih Untuk Pergi 

Sorak-sorai sambutan dan tepuk tangan para tamu yang hadir mulai riuh terdengar. Mereka sampai berdiri untuk menyambut penerus baru dari grup perusahaan Kartanegara itu. Tampak terlihat Saka, Rangga, Juna, Steven, Luna, Anya, Airin, Alex Kartanegara dan Diana, Bima si pengawal, serta Aji Kartanegara turut tersenyum ketika menyambut sang penerus naik ke atas mimbar. “Terima kasih … terima kasih banyak semuanya. Tolong silahkan duduk kembali.”Sambutan pembuka dari sang penerus terasa begitu tenang dan menyenangkan. Ia bahkan meminta kepada para hadirin untuk kembali duduk agar dirinya merasa lebih nyaman ketika berbicara. Tampak senyuman kecil merekah di bibirnya. Ia benar-benar tidak menyangka bila dirinya berada di atas mimbar itu dan menerima julukan sebagai sang penerus. “Tidak ada kata dan kalimat lagi yang bisa menggambarkan betapa senangnya diriku saat ini. Jujur saja, aku sama sekali tidak menyangka kalau diriku yang terpilih. Padahal masih ada satu lagi sepupuku yang kukira
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

Kencan?

“Maaf, apa kau menunggu lama?” Dannis baru saja tiba di lobi apartemen. Jalannya agak terburu-buru dan napasnya tersengal-sengal sedikit. Tampaknya ia baru saja lari dari parkiran di samping gedung. “Tidak apa-apa. Masih banyak waktu. Apa kau sudah memesan tempat?” tanya Luna. Perempuan itu berdiri tidak jauh dari Dannis. Ia mengenakan gaun putih panjang berhiaskan pernak-pernik silver. Tidak lupa juga ada perhiasan berwarna silver yang mengait di lehernya. Luna terlihat begitu cantik dengan rambut tergerai tanpa diikat. Kali ini, ia benar-benar menunjukkan pesonanya. “Dan?” “Hah? Oh ….”“Kamu melamun?”“Nggak! Cuma … ya, mungkin sedikit.”Dannis dibuat kikuk oleh kecantikan wanita itu. Setiap kali ia melihatnya, matanya terus saja terpaku ke wajah Luna. Lelaki itu benar-benar tidak bisa berpaling darinya. “Ki … kita sudah bisa jalan?” “Tentu saja. Ayo.”Luna pun melingkarkan satu lengannya ke lengan lelaki itu. Sontak saja Dannis langsung terkejut. Disepanjang jalan, bibirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-26
Baca selengkapnya

Maaf, Aku Tidak Bisa 

“Buka saja. Kau akan tahu isinya,” ucap Dannis. Luna merasa penasaran dengan isinya. Tapi hatinya justru takut dengan imajinasi yang sudah ia gambarkan di otaknya. Perlahan jari-jemarinya membuka kotak merah itu. Ketika kotak telah terbuka, ia melihat ada sebuah cincin berwarna emas yang dihiasi oleh berlian yang lumayan besar di atasnya. Luna merasa tidak baik-baik saja ketika melihat hal itu. “Kau suka?” tanya Dannis. Mata lelaki di depannya terus saja melirik ke arah wajah Luna yang tampak tidak begitu senang. “Kenapa kau memberikanku ini?” Luna memandang Dannis dengan penuh tanya. “Sudah lama aku ingin mengucapkan hal ini, namun waktu dan tempat selalu tidak mendukung. Apalagi, selama beberapa bulan ke belakang kita selalu disibukkan dengan persoalan balas dendam.” Dannis mengutarakan apa yang tertanam di hatinya sejak lama. Luna tidak bisa berkata-kata lagi. Ia ingin mendengarkan semuanya dari mulut lelaki di depannya. Jujur saja, ada perasaan cemas dan ragu yang dirasakann
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-27
Baca selengkapnya

Pertemuan Keluarga Ke-12 (S2)

[SEASON II “BUKAN PEWARIS BIASA”]“Kenapa begitu banyak orang?” Andika berbisik ke telinga temannya yang sedari tadi sibuk menghisap cerutunya. “Ini adalah pertemuan besar. Maklum saja, dia adalah ketua dari salah satu Dewan XII, ‘kan. Dan kurasa hanya ada empat kepala keluarga dari keluarga ke-12 yang akan datang,” pikir Gustav. “Memangnya ada berapa keluarga di keluarga ke-12 ini?” Andika merasa penasaran. “Hanya lima. Tapi sepertinya anggota keluarga yang kelima tidak mau ikut serta ke dalam urusan hitam Dewan XII ini,” pikirnya. Gustav lalu mengajak temannya untuk menuju ke salah satu kursi hitam yang sudah di bariskan tepat di belakang halaman mansion itu. Tampak beberapa orang berpakaian jas hitam bergantian untuk menempati kursi-kursi kosong itu yang kira-kira jumlahnya sekitar lima puluh kursi lebih. Dan tepat di depan mereka ada sebuah mimbar hitam dengan sebuah simbol bertuliskan ‘XII’ tepat di bagian depannya. Beberapa orang yang melihat simbol itu langsung mengetahui a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-01
Baca selengkapnya

Perburuan Dimulai! (S2)

“Tuan Alex meminta kami untuk membawamu ke sini. Dia pikir untuk sementara waktu kau bisa berlibur dulu di sini,” ungkap Steven. Pengawal itu membantu Juna untuk memasukkan beberapa barang ke dalam bagasi mobil. Pada hari itu begitu banyak orang yang lalu-lalang di sekitar bandara. Dannis yang baru saja merasakan patah hati terasa terhibur sedikit ketika melihat kesibukan mereka semua. “Naiklah, kita masih punya banyak waktu sebelum pindah ke Inggris,” ungkap Juna sambil melemparkan senyuman. “Ah, kau benar. Sebaiknya kita berlibur di sini dulu.” Mulanya Dannis menolak, namun kini ia setuju untuk menetap sementara waktu di negara yang memiliki simbol singa berbuntut ikan itu. Mereka pun masuk ke dalam mobil. Kali ini Steven yang mengendarai. Juna duduk tepat di sampingnya, sedangkan Dannis duduk di belakang. Selama mobil melaju di jalan raya, begitu banyak pasang mata yang tertuju pada mereka. Maklum saja, mobil mewah keluaran negara jam Big Ben memang tidak pernah gagal membuat i
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-02
Baca selengkapnya

Penyelamatan Verbannen Kesepuluh (S2)

Jarak antara yang diburu dan pemburu sekitar tujuh meter. Steven berusaha untuk tetap tenang meskipun ujung selongsong pistol salah satu dari mereka telah mengarah padanya. Ia sama sekali tidak bisa mengelak bila peluru melesak cepat dari selongsong itu. “Hei-hei-hei! Apa kita tidak bisa bernegosiasi dulu? Aku bisa membayar kalian lebih banyak dari harga kepalaku,” ucapnya. “Maaf, tapi kepalamu dihargai lebih mahal dari yang kau pikirkan.” Salah satu pembunuh bayaran itu tampak tersenyum. “Memangnya berapa harga kepala seorang Verbannen?” Steven merasa penasaran. Kedua matanya tampak melirik ke sana-kemari. Ia mencoba mengulur waktu dan mencari langkah tercepat untuk kabur. “Kebebasan kami!” tegas salah satu dari mereka. Dengan cepat jari dari salah satu pembunuh bayaran menekan pelatuk pistolnya. Sebelum itu terjadi, Steven langsung menghindar ke kiri dan melakukan gerakan lompat harimau ke depan untuk meminimalisir luka. Dar!Suara letupan pistol terdengar begitu nyaring. Saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-04
Baca selengkapnya

Berkumpul (S2)

“Ini pelabuhan?” Steven merasa bingung kenapa ia dibawa kemari. Kedua matanya terus melirik ke salah satu pemburu yang duduk disampingnya. Ia mencoba mencari celah lengah mereka agar bisa lari. “Kenapa kalian membawaku ke sini?” Steven coba mencari tahu. “Kita akan menyeberang ke negara seberang. Lalu kami akan membawamu ke hadapan Ryan Lewis Blutschild,” jelas salah satu pemburu. Pelabuhan itu hanyalah sebuah pelabuhan kecil. Kapal yang bersandar pun hanya berkategori kecil. Biasanya hanya digunakan untuk keperluan warga lokal untuk mencari ikan, atau sekadar pelabuhan untuk bersandar kapal-kapal kecil dari negeri seberang. Tidak ada gudang peti kemas yang terbengkalai, hanya sebuah jalan sepi yang langsung terhubung dengan para dermaga kecil. Steven yang baru saja diturunkan dari dalam mobil langsung dituntun oleh keduanya menuju ke ujung jalan. Lumayan jauh, mereka harus berjalan hingga satu kilometer untuk menggapai kapal yang sudah disewa. “Apa kita tidak bisa melakukan neg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-05
Baca selengkapnya

Melarikan Diri Sejauh Mungkin (S2)

Mereka bertiga berhamburan menuju ke arah ujung jalan sempit itu. Untungnya ketika pelatuk bazooka ditekan kembali, ledakan besar yang terjadi hingga menghancurkan sebagian kapal yang bersandar di dermaga itu tidak melukai Dannis dan yang lainnya. Mereka semua berpencar ke segala arah. Dannis terus menyusuri taman yang ada di pinggir jalan kecil, Juna terus lari menyusuri jalan sempit itu, sedangkan Steven naik-turun kapal dan dermaga untuk mengikuti kedua temannya. “Siapa sebenarnya mereka?!” Dannis begitu gusar. “Seenaknya menggunakan bazooka di sini!” Ia benar-benar kesal kepada kedua orang asing itu. Sayangnya, kedua pemburu itu tidaklah lelah ataupun menyerah. Mereka mengejar ketiganya dengan menyusuri jalan sempit yang berada di samping dermaga itu. Dengan emosi, Juna meminta kepada kedua temannya untuk mengikutinya. Teriakannya sampai terdengar oleh Dannis dan Steven. “Ikuti aku!” Mendengar hal itu, Dannis yang berada di kanan Juna pun bergabung dengan pengawalnya itu. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status