Beranda / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Dosa Aji Kartanegara

Share

Dosa Aji Kartanegara

Penulis: Mangata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-21 10:18:47

“Ayahku dan ayah dari Juna telah tahu tentang rencana Andika kala itu. Si ular tua ingin membunuh kedua orang tuaku dan ayahnya Juna untuk mengurangi musuh. Dia tahu kalau kedua orang tuaku adalah ancaman yang paling besar untuknya di kemudian hari. Jadi, dia merencanakan kecelakaan yang sudah di persiapkannya begitu matang.” Dannis mencoba menjelaskan semuanya secara terperinci.

Airin dan yang lainnya hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Aji Kartanegara yang berada di samping Juna hanya bisa tertegun ketika mendengar semua penjelasan dari cucunya itu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau saat itu Alex dan David telah merencanakan hal itu. Ia tidak bisa dikatakan tertipu oleh anaknya sendiri, tapi lebih tidak beritahu. Namun perasaannya tampak hancur ketika tahu Alex dan Diana tewas pada hari itu.

“Ayahku ingin kau menjadi anak angkatnya. Dia ingin membalas budi kebaikan orang tuamu. Sejujurnya, ayah pernah bilang padaku sebelum memberikan surat ini. Dia bilang, ‘A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Pewaris Biasa   Satu Bulan Kemudian

    “Kau sudah sampai rupanya.” Luna datang sendirian sambil mengenakan pakaian serba hitam. Ia menghampiri Dannis yang tampak sedang berdiri di samping dua buah nisan. “Kukira kau langsung datang ke rumah utama,” pikir lelaki itu. “Aku berutang banyak pada Rei. Bukankah alangkah baiknya bila aku berpamitan dengan benar kali ini?” Luna meletakkan masing-masing seikat bunga mawar putih di atas pusara makam Rei dan ibunya. Pemakaman yang semula menjadi tempat baku tembak itu terasa sunyi dan sepi. Kabut yang menyelimuti daerah perbukitan pada pagi hari tampak masih tersisa di sekitar area makam. Dannis berdiri sambil mengenakan setelan jas hitam panjang dengan topi hitam ala mafia. Ia melantunkan perasaannya yang pernah diisi oleh remaja gila bernama Rei Kartanegara. Dirinya masih sangat mengingat semua candaan, sikap, serta ekspresi dari pemuda itu. “Sudah sebulan berlalu sejak kejadian Andika kabur. Polisi sepertinya belum mampu menangkap penjahat itu. Apa paman tirimu benar-benar le

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Bukan Pewaris Biasa   Aku Memilih Untuk Pergi 

    Sorak-sorai sambutan dan tepuk tangan para tamu yang hadir mulai riuh terdengar. Mereka sampai berdiri untuk menyambut penerus baru dari grup perusahaan Kartanegara itu. Tampak terlihat Saka, Rangga, Juna, Steven, Luna, Anya, Airin, Alex Kartanegara dan Diana, Bima si pengawal, serta Aji Kartanegara turut tersenyum ketika menyambut sang penerus naik ke atas mimbar. “Terima kasih … terima kasih banyak semuanya. Tolong silahkan duduk kembali.”Sambutan pembuka dari sang penerus terasa begitu tenang dan menyenangkan. Ia bahkan meminta kepada para hadirin untuk kembali duduk agar dirinya merasa lebih nyaman ketika berbicara. Tampak senyuman kecil merekah di bibirnya. Ia benar-benar tidak menyangka bila dirinya berada di atas mimbar itu dan menerima julukan sebagai sang penerus. “Tidak ada kata dan kalimat lagi yang bisa menggambarkan betapa senangnya diriku saat ini. Jujur saja, aku sama sekali tidak menyangka kalau diriku yang terpilih. Padahal masih ada satu lagi sepupuku yang kukira

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Bukan Pewaris Biasa   Kencan?

    “Maaf, apa kau menunggu lama?” Dannis baru saja tiba di lobi apartemen. Jalannya agak terburu-buru dan napasnya tersengal-sengal sedikit. Tampaknya ia baru saja lari dari parkiran di samping gedung. “Tidak apa-apa. Masih banyak waktu. Apa kau sudah memesan tempat?” tanya Luna. Perempuan itu berdiri tidak jauh dari Dannis. Ia mengenakan gaun putih panjang berhiaskan pernak-pernik silver. Tidak lupa juga ada perhiasan berwarna silver yang mengait di lehernya. Luna terlihat begitu cantik dengan rambut tergerai tanpa diikat. Kali ini, ia benar-benar menunjukkan pesonanya. “Dan?” “Hah? Oh ….”“Kamu melamun?”“Nggak! Cuma … ya, mungkin sedikit.”Dannis dibuat kikuk oleh kecantikan wanita itu. Setiap kali ia melihatnya, matanya terus saja terpaku ke wajah Luna. Lelaki itu benar-benar tidak bisa berpaling darinya. “Ki … kita sudah bisa jalan?” “Tentu saja. Ayo.”Luna pun melingkarkan satu lengannya ke lengan lelaki itu. Sontak saja Dannis langsung terkejut. Disepanjang jalan, bibirnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Bukan Pewaris Biasa   Maaf, Aku Tidak Bisa 

    “Buka saja. Kau akan tahu isinya,” ucap Dannis. Luna merasa penasaran dengan isinya. Tapi hatinya justru takut dengan imajinasi yang sudah ia gambarkan di otaknya. Perlahan jari-jemarinya membuka kotak merah itu. Ketika kotak telah terbuka, ia melihat ada sebuah cincin berwarna emas yang dihiasi oleh berlian yang lumayan besar di atasnya. Luna merasa tidak baik-baik saja ketika melihat hal itu. “Kau suka?” tanya Dannis. Mata lelaki di depannya terus saja melirik ke arah wajah Luna yang tampak tidak begitu senang. “Kenapa kau memberikanku ini?” Luna memandang Dannis dengan penuh tanya. “Sudah lama aku ingin mengucapkan hal ini, namun waktu dan tempat selalu tidak mendukung. Apalagi, selama beberapa bulan ke belakang kita selalu disibukkan dengan persoalan balas dendam.” Dannis mengutarakan apa yang tertanam di hatinya sejak lama. Luna tidak bisa berkata-kata lagi. Ia ingin mendengarkan semuanya dari mulut lelaki di depannya. Jujur saja, ada perasaan cemas dan ragu yang dirasakann

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Bukan Pewaris Biasa   Pertemuan Keluarga Ke-12 (S2)

    [SEASON II “BUKAN PEWARIS BIASA”]“Kenapa begitu banyak orang?” Andika berbisik ke telinga temannya yang sedari tadi sibuk menghisap cerutunya. “Ini adalah pertemuan besar. Maklum saja, dia adalah ketua dari salah satu Dewan XII, ‘kan. Dan kurasa hanya ada empat kepala keluarga dari keluarga ke-12 yang akan datang,” pikir Gustav. “Memangnya ada berapa keluarga di keluarga ke-12 ini?” Andika merasa penasaran. “Hanya lima. Tapi sepertinya anggota keluarga yang kelima tidak mau ikut serta ke dalam urusan hitam Dewan XII ini,” pikirnya. Gustav lalu mengajak temannya untuk menuju ke salah satu kursi hitam yang sudah di bariskan tepat di belakang halaman mansion itu. Tampak beberapa orang berpakaian jas hitam bergantian untuk menempati kursi-kursi kosong itu yang kira-kira jumlahnya sekitar lima puluh kursi lebih. Dan tepat di depan mereka ada sebuah mimbar hitam dengan sebuah simbol bertuliskan ‘XII’ tepat di bagian depannya. Beberapa orang yang melihat simbol itu langsung mengetahui a

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Bukan Pewaris Biasa   Perburuan Dimulai! (S2)

    “Tuan Alex meminta kami untuk membawamu ke sini. Dia pikir untuk sementara waktu kau bisa berlibur dulu di sini,” ungkap Steven. Pengawal itu membantu Juna untuk memasukkan beberapa barang ke dalam bagasi mobil. Pada hari itu begitu banyak orang yang lalu-lalang di sekitar bandara. Dannis yang baru saja merasakan patah hati terasa terhibur sedikit ketika melihat kesibukan mereka semua. “Naiklah, kita masih punya banyak waktu sebelum pindah ke Inggris,” ungkap Juna sambil melemparkan senyuman. “Ah, kau benar. Sebaiknya kita berlibur di sini dulu.” Mulanya Dannis menolak, namun kini ia setuju untuk menetap sementara waktu di negara yang memiliki simbol singa berbuntut ikan itu. Mereka pun masuk ke dalam mobil. Kali ini Steven yang mengendarai. Juna duduk tepat di sampingnya, sedangkan Dannis duduk di belakang. Selama mobil melaju di jalan raya, begitu banyak pasang mata yang tertuju pada mereka. Maklum saja, mobil mewah keluaran negara jam Big Ben memang tidak pernah gagal membuat i

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • Bukan Pewaris Biasa   Penyelamatan Verbannen Kesepuluh (S2)

    Jarak antara yang diburu dan pemburu sekitar tujuh meter. Steven berusaha untuk tetap tenang meskipun ujung selongsong pistol salah satu dari mereka telah mengarah padanya. Ia sama sekali tidak bisa mengelak bila peluru melesak cepat dari selongsong itu. “Hei-hei-hei! Apa kita tidak bisa bernegosiasi dulu? Aku bisa membayar kalian lebih banyak dari harga kepalaku,” ucapnya. “Maaf, tapi kepalamu dihargai lebih mahal dari yang kau pikirkan.” Salah satu pembunuh bayaran itu tampak tersenyum. “Memangnya berapa harga kepala seorang Verbannen?” Steven merasa penasaran. Kedua matanya tampak melirik ke sana-kemari. Ia mencoba mengulur waktu dan mencari langkah tercepat untuk kabur. “Kebebasan kami!” tegas salah satu dari mereka. Dengan cepat jari dari salah satu pembunuh bayaran menekan pelatuk pistolnya. Sebelum itu terjadi, Steven langsung menghindar ke kiri dan melakukan gerakan lompat harimau ke depan untuk meminimalisir luka. Dar!Suara letupan pistol terdengar begitu nyaring. Saya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Bukan Pewaris Biasa   Berkumpul (S2)

    “Ini pelabuhan?” Steven merasa bingung kenapa ia dibawa kemari. Kedua matanya terus melirik ke salah satu pemburu yang duduk disampingnya. Ia mencoba mencari celah lengah mereka agar bisa lari. “Kenapa kalian membawaku ke sini?” Steven coba mencari tahu. “Kita akan menyeberang ke negara seberang. Lalu kami akan membawamu ke hadapan Ryan Lewis Blutschild,” jelas salah satu pemburu. Pelabuhan itu hanyalah sebuah pelabuhan kecil. Kapal yang bersandar pun hanya berkategori kecil. Biasanya hanya digunakan untuk keperluan warga lokal untuk mencari ikan, atau sekadar pelabuhan untuk bersandar kapal-kapal kecil dari negeri seberang. Tidak ada gudang peti kemas yang terbengkalai, hanya sebuah jalan sepi yang langsung terhubung dengan para dermaga kecil. Steven yang baru saja diturunkan dari dalam mobil langsung dituntun oleh keduanya menuju ke ujung jalan. Lumayan jauh, mereka harus berjalan hingga satu kilometer untuk menggapai kapal yang sudah disewa. “Apa kita tidak bisa melakukan neg

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05

Bab terbaru

  • Bukan Pewaris Biasa   Pertarungan Final! (TAMAT)

    “Mereka terlalu banyak!” Anya begitu kesulitan untuk menembak para Jager selama sniper itu masih ada. “Kau harus bunuh snipernya terlebih dulu!” Anya berteriak dari balkon lantai tiga. “Aku tahu!” Dannis yang masih baru pertama kali menggunakan senjata sniper itu tampak kaku ketika membunuh beberapa Jager yang mendekat. Meski begitu, pelatihan yang ia lakukan dengan Rosella tidaklah gagal. Dannis tahu tentang sniper yang ada di lantai tiga itu. Ia tahu kalau sniper itu yang membunuh Aden di tragedi lautan api. Saat Rosella membidiknya, ia juga ikut melihat perawakan sniper itu. Tapi masalahnya, kemampuan sniper itu jauh diatasnya. Ia butuh strategi jitu untuk menumbangkannya. “Ada helikopter yang akan datang lima belas menit lagi! Bertahanlah sampai bala bantuan tiba!” Saka berteriak dari lantai dua.“Bala bantuan? Siapa yang akan membantu kita?” Anya merasa bingung. “Seorang teman lama kenalan ayahku.” Saka tersenyum. Anak itu mencoba menyusuri belakang rumah. Ia memanjat Dindin

  • Bukan Pewaris Biasa   Tamu Tak Diundang Di Villa (S2) 

    Perjalanan menuju ke villa yang berada di perbatasan antara Thailand dan Laos lumayan jauh dan memakan waktu tidak sebentar. Dua jam perjalanan Menggunakan taksi sudah cukup membuat kepala Dannis pegal. Terlebih lagi, Saka dan Anya yang ketiduran dan bersandar ke kedua pundaknya. Ia berganti posisi dengan Saka yang semula duduk di tengah-tengah. Saat memasuki wilayah sebuah komplek perumahan yang berada di lereng bukit, pemandangan di kedua sisi jalan berubah menjadi area pepohonan pinus. Sepi, tidak ada mobil yang lalu-lalang. Bahkan jarang ada orang yang sekadar lewat. Dannis merasa wilayah ini sangat berbeda dengan wilayah lainnya. “Hei, bangun. Kita sudah mau sampai.” Dannis membangunkan keduanya. Tampak liur Saka dan Anya membekas di kaos oblongnya. “Apa kita sudah di villa?” Anya melihat ke luar jendela. Ia sangat terpukau dengan pemandangannya. “Aneh, kenapa sepi sekali?” Saka merasakan hal yang sama dengan Dannis. Bocah itu masih saja menguap padahal sudah tidur dua jam.

  • Bukan Pewaris Biasa   Warisan Rafael & Surat Perpisahan (S2)

    “Ini luar biasa! Apa kuil itu terbuat dari emas?” Saka terpukau dengan kemegahan kuil yang ia lihat. Kuil-kuil yang ada di Chiang Mai sangat dijaga kelestariannya. Bukan hanya bentuk fisiknya saja yang begitu artistik dan memiliki sejarah yang tak ternilai, tapi fasilitas pendukung untuk para wisatawan juga diprioritaskan. Kenyamanan, keamanan dan kebersihan sangat terlihat di lingkungan kuil-kuil itu. Saka sangat menikmati kunjungan wisata itu. Ia sangat senang karena bisa pergi lagi bersama sepupu yang telah dianggapnya sebagai seorang kakak. Tidak sedikit ia bertanya tentang kuil-kuil itu ke Dannis. Meski lelaki itu telah menjelma sebagai pria dingin dan kaku, Dannis masih memiliki sisi lembut ketika bersama Saka. “Ngomong-ngomong, kau ingin menunjukkan apa padaku? Sebelum kita ke sini, kau bilang ingin menunjukkan sesuatu,” tanya Dannis.“Oh, aku baru ingat. Ini hanyalah cerita dari ayahku. Dulu sekali, dia pernah menyinggung soal organisasi hitam bernama Dewan XII. Kau tahu aya

  • Bukan Pewaris Biasa   Kita Bagi Dua Kelompok (S2)

    “Fraksi IX? Apa kau gila?!” Steven langsung menghentikan ucapan temannya. “Organisasi itu seperti hantu. Tidak ada yang tahu di mana dan siapa amggotanya. Kau pikir kita bisa menemukannya?” ucap Reina. “Aku akan jelaskan dulu. Lalu kalian bisa mengambil kesimpulannya,” ungkap Gan. Anya dan Saka yang belum mengetahui organisasi itu tampak bingung. Dannis yang berada di samping mereka mencoba menjelaskan tentang organisasi Fraksi IX kepada keduanya. Meski harus mengabaikan ucapan Gan, tapi Dannis sangat menikmati menjelaskan hal itu pada Anya dan Saka. “Seorang Verbannen ke-6 mengetahui siapa anggota Fraksi IX. Tapi dia hanya memberikan alamatnya saja. Sayangnya, tempat orang itu sangat jauh dari Verbannen ke-6 yang memberitahukan tentang anggota organisasi itu. Yang aku rencanakan adalah… kita berpencar. Kelompok pertama akan menemui Verbannen di Myanmar. Kita akan mengajaknya untuk bergabung. Lalu kelompok kedua akan pergi menemui orang yang diduga sebagai anggota Fraksi IX di Lao

  • Bukan Pewaris Biasa   Berkumpul di Chiang Mai (S2)

    “Kau sudah bangun?” Gan menyapa temannya yang sedang berdiri di atas balkon penginapan. “Chiang Mai. Apa yang kita lakukan di sini? Kau ingin berwisata kuil?” Dannis menyindir. Hari baru dengan pemandangan langit biru tampak mempesona dirinya. Tapi kejadian yang membuat ia terus mengingat tentang lautan api, membuatnya merasa tidak nyaman. Apalagi kejadian kemarin telah menelan korban, yaitu temannya; Aden. Mereka lari sangat jauh dari lokasi pembakaran dan pembantaian malam lalu. Dengan uang yang tersisa, Gan membawa kedua temannya menuju ke Chiang Mai, tempat di mana salah satu klub malam miliknya yang tersisa.“Kita datang ke sini untuk mengambil simpanan uangku. Para Jager brengsek itu pasti telah menghubungi bank lokal untuk membekukan rekeningku. Aku harus mengambil uang tunai di penyimpananku. Dan… kita juga menunggu Steven, Reina dan satu orang lagi yang matanya ikut dari tanah airmu.” Gan pun pergi setelah mengucapkan hal itu. “Satu orang lagi?” Dannis berpikir siapa yang

  • Bukan Pewaris Biasa   Lautan Api (S2)

    Kepergian Gan membuatnya tampak tenang. Saat ini ia hanya ingin beristirahat di tempatnya hingga ajal menjemput. Sambil memegang remote control di salah satu tangannya, Aden menunggu sampai temannya berkumpul dengan yang lain. Tampak dari layar smartphone miliknya ada sebuah foto lama yang membuatnya teringat momen ketika ia masih menjadi seorang Jager. Aden mencoba untuk bernostalgia dengan foto di galeri smartphone miliknya. Sungguh rindu… ia rindu dengan keadaan dulu. “Gan?” Rosella bertemu dengan Gan yang baru saja melompat dari rumah sebelah. “Kenapa kau di sini?” Dannis merasa bingung ketika bertemu dengan Gan. Ia melihat pria itu menangis. Matanya masih tampak bengkak.“Kita harus pergi! Aden akan menekan remote itu! Cepat!” Gan berupaya membawa mereka berdua menjauh. Tapi Rosella dan Dannis tetap diam di tempat sembari mempertanyakan di mana Aden berada. Mereka menolak pergi sebelum Gan menjelaskan tentang keadaan Ad

  • Bukan Pewaris Biasa   Maaf Aku Meninggalkanmu (S2)

    “A, apa dari sana?” Aden menerka datangnya peluru yang menembaknya. Ia melihat gedung tinggi yang lumayan jauh. Tapi apa mungkin?Tepat di dada bagian kanan peluru Diablo menembusnya. Aden berusaha untuk bangun kembali, namun darah yang mengucur dari luka itu begitu deras. Bahkan darah juga keluar dari mulutnya. “G–guys… ada satu sniper lagi ….” [Kenapa bicaramu terbata-bata?]Gan merasa ada yang tidak beres dengan temannya. Ia menghentikan langkahnya dan berusaha mendengarkan Aden. [Aden? Apa kau terluka?] Rosella merasa cemas. Ia berupaya agar tebakannya salah. “A–aku baik-baik saja. Rose, tolong bisik ke arah gedung diujung sana. Sepertinya dia menembak dari sana.” Aden berusaha keluar dari jalur bidik Vladimir dengan bersembunyi kembali di balik dinding. Dengan posisi terduduk, ia berusaha untuk menghentikan pendarahannya menggunakan sapu tangan yang ia bawa. [Kau yakin? Kau seperti orang yang sedang terluka.]Gan mengkonfirmasinya kembali. Ia merasa ada yang tidak beres de

  • Bukan Pewaris Biasa   Awas Sniper! (S2)

    Serangan dari jarak jauh mulai dilancarkan oleh para Jager. Ternyata mereka sudah mengepung rumah itu semenjak gencatan senjata. Mereka terus maju dari lokasi persembunyiannya yang awal. Perlahan tanpa diketahui oleh Gan dan para pengawalnya. Dan inilah hasilnya. Ledakan besar yang baru saja terjadi berasal dari tembakan bazooka yang dilakukan oleh para Jager dari rumah seberang jalan. Meski para kawanan Gan bisa melawan balik, tapi intensitas serangan para Jager jauh lebih mendominasi. Alhasil, para pasukan Gan yang justru mundur ke belakang rumah untuk melindungi diri. Dan dalam waktu beberapa menit saja, sahut-sahutan bazooka membuat pekarangan depan rumah Gan hancur berantakan. Bahkan beberapa ruangan yang ada di rumahnya hancur menjadi puing-puing. “Mereka mendobrak gerbang!” Salah satu pengawal berteriak. “Dasar sial! Cepat bunuh mereka!” teriak Gan. Ia sedang bersama Aden yang bersiap-siap untuk melancarkan serangan kejutan. Aden terlihat sedang mempersiapkan senapan sniper

  • Bukan Pewaris Biasa   Pesta Jager Vs Verbannen Dimulai! (S2)

    Malam bergulir sangat cepat bagi Dannis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia terlihat kelelahan selama seharian berkutat dalam pelatihan ekstrimnya. Tanpa ia sadari, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Yang ia ingat setelah latihan selesai hanyalah mandi, makan dan tempat tidurnya. Sepertinya karena begitu lelah, ia tertidur hampir dua belas jam lebih. Ia merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit, mungkin karena efek dari latihan kemarin. “Kenapa tenang sekali?” Lelaki itu tidak mengira bahwa pagi harinya akan dimulai dengan ketenangan. Biasanya ada langkah kaki yang terdengar lalu-lalang di sepanjang lorong lantai dua. Atau suara dari para pengawal yang mondar-mandir tepat di depan kamarnya. Bahkan ia tidak melihat si gila Rosella yang tiba-tiba masuk dan menggodanya. “Apa yang terjadi? Apa mereka semua mati?” Dannis beranjak dari ranjangnya dan menuju ke arah pintu. Ketika ia membukanya, tidak ada seorang pun yang menjaga di lorong lantai dua. Dan ketika ia melihat ke ba

DMCA.com Protection Status