Home / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 111 - Chapter 120

168 Chapters

Ricuhnya Medan Perang

"Apa tempatnya di sini?" Dannis mengintip dari kaca depan mobilnya. Saat ini ia sudah berada di depan pintu masuk dari gudang peti kemas yang sudah terbengkalai. Ia menggunakan mobil sedan mewah yang merupakan mobil anti peluru. Bersamanya ada Juna yang menyetir, lalu ada Gilang, Airin dan Randy di kursi belakang. Setelah Juna mendapatkan izin untuk melewati pintu gerbang utama oleh para penjaga berseragam, ia pun segera memacu mobilnya untuk jalan kembali. Di sepanjang bangunan dan beberapa tempat yang berada di kedua sisi jalan tampak begitu banyak prajurit berseragam hitam dan bersenjata lengkap yang terus saja berjaga. "Kami sudah masuk ke dalam. Apa kau sudah menyebar tim sniper?" ["Mereka sudah berpencar ke setiap titik yang sudah disepakati. Ingatlah, kalian hanyalah berlima. Upayakan jangan memantik perang terlebih dulu."] Juna tampak menghubungi Rangga melalui alat komunikasi kecil yang disematkan di telinganya. Saat ini, hanya dirinya dan Randy yang memiliki pengalam
last updateLast Updated : 2023-10-31
Read more

Pengorbanan Sang Teman 

Randy langsung menghajar orang yang mencengkeram tubuh Dannis. Ia mengeluarkan stun gun miliknya sendiri. Tidak lupa dirinya menggunakan flashbang untuk mengacaukan penglihatan para orang-orang berseragam itu."Argh! Sial!" Para prajurit itu tampak buta sementara ketika melihat cahaya dari flashbang. Namun tidak lama berselang, ketika Randy mencoba membawa Dannis yang sudah tidak sadarkan diri, tiba-tiba terdengar suara tembakan secara serentak.Dar! Dar! Dar!Tubuh Randy yang semula begitu kuat untuk menopang tubuh temannya itu perlahan tumbang ke bawah. Ia sampai melepaskan genggamannya dari tubuh Dannis. Luar biasanya, ternyata suara tembakan itu berasal dari para prajurit yang berada di atas gudang dan yang berada di atas container crane. Sekitar lima orang menembakkan senjatanya ke arah Randy secara bersamaan untuk melumpuhkan lelaki itu. "Randy!" Gilang berteriak ketika melihat lelaki itu tumbang ke bawah. Saat para prajurit itu mulai mengambil ancang-ancang kembali untuk men
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

Semuanya Kacau!

"Bajingan!" teriak Jared. Lehernya berlumuran darah. Ia berusaha untuk menghentikannya, namun kesadarannya mulai goyang. Sontak saja ia memerintahkan kepada seluruh anak buahnya untuk menghujani Juna dan yang lainnya dengan peluru. Dengan cepat, mereka yang berada di belakang Edwin dan Saka, serta yang berada di dalam gudang peti kemas dan mereka yang berada di atas gudang terbengkalai, semuanya tumpah ruah di jalan. Juna yang baru saja membunuh lima sniper Jared langsung meminta kepada Airin dan Gilang untuk bersembunyi di belakangnya. "Kita terkepung," ungkap Airin. Matanya terus saja bergerak. Melihat ke arah kanan-kiri untuk menyembunyikan tubuhnya di belakang Juna, namun sayangnya para pasukan Jared telah mengepung mereka dari empat arah sekaligus. "Apa kau punya ide?" Gilang ikut menodongkan pistol miliknya ke arah para prajurit berseragam hitam itu. "Tiga orang, dua senjata dan satu wanita. Apa yang kau harapkan dari itu untuk melawan puluhan orang-orang berseragam dan be
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

Dannis Dibawa Ke Mana?!

"Dia benar-benar sudah gila. Sebegitunya menginginkan takhta hingga menyingkirkan anak dan karyawannya," pikir Aji Kartanegara.Pria tua itu sedang duduk santai di belakang meja kantor yang berasal dari kayu mahoni. Sambil menikmati teh hangat buatan asisten rumah tangganya, ia melihat berita terbaru di televisi. "Kebakaran hebat yang terjadi di salah satu perusahaan milik Andika Kartanegara ini diduga karena adanya konsleting listrik. Saat ini sekitar dua puluh mobil pemadam kebakaran sedang berupaya keras untuk memadamkan api yang justru kian membesar."Salah satu reporter berita nasional melaporkan langsung secara Live di lokasi. Banyak dari warga setempat dan reporter dari stasiun berita lainnya yang ikut menyiarkan kebakaran itu. Namun ketika Andika dimintai keterangan di rumah singgahnya yang berada di ibukota, ia tidak menunjukkan dirinya. Setelah pulang, ia langsung mengunci rapat-rapat rumah mewah yang setara dengan delapan ratus milyar itu. "Mengenai korban dari aksi Jared
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

Malam Yang Panas

"Hei! Berhenti! Kau siapa?" Seorang polisi menghentikan langkah anak buah Sapto yang baru saja keluar dari ruang isolasi Jared. Terlihat ada dua polisi lagi yang ikut serta untuk menghampiri si pria yang tidak mereka kenal itu. Ketika hendak menyuruhnya berbalik, polisi yang berada tepat di belakang pria asing itu langsung ditembak pada bagian kepala bagian depan. Sontak saja, dua polisi lainnya langsung mengambil pistol mereka dari saku dan hendak membidik pros itu. Dar! Dar!Namun sayangnya, mereka justru tidak diberi waktu untuk menarik pelatuk pistolnya. Keduanya langsung ditembak pada bagian kepala. Mendengar adanya suara tembakan dari arah ruang isolasi, beberapa polisi yang sedang sibuk di ruangannya langsung bergerak. Ketika mereka tiba di lokasi, dua tubuh polisi sudah tergeletak tak bernyawa di atas lantai. Sayangnya, pria yang menyamar sebagai polisi itu telah membaur di antara kerumunan polisi dan kabur melalui pintu belakang. Di sisi lain, Jared yang baru saja mendapa
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Ancaman Yang Mengancam

"Kau menyebalkan! Ingat! Jangan memaksaku untuk berhenti…." Lelaki itu membiarkan Airin merebahkan dirinya di kasur. Napas yang tersengal-sengal tampak terdengar begitu lirih. Lonjakan yang dialami oleh Gilang terus memaksanya menjadi liar. Ini adalah pertama kalinya ia dimanja dengan begitu intens. Desah merayap di telinga lelaki itu, membuatnya tampak bersemangat menggetarkan ranjang yang kian berantakan. "Lebih cepat… lebih cepat…." pinta Airin. "Jangan salahkan aku bila kau menggeliat seperti cacing," bisik Gilang. Sepanjang malam mereka terus bergumul melepaskan hasrat yang tampak tertahan berbulan-bulan. Ada hal yang ingin dilampiaskan Airin ketika melihat lelaki itu. Meski umur mereka tidak begitu berbeda jauh, namun Airin sangat menghormati Gilang. Namun di atas ranjang dingin, ia hanya menginginkan sosok Gilang yang liar seperti singa. Ia menginginkan Gilang menjadi miliknya. "Apa aku boleh jujur?""Katakan saja… ada apa?""Aku menginginkanmu. Apa kau mau menjadi milikk
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Rapat Pemegang Saham

"Kalian terlambat…." Salah satu anak buah Sapto tampak tersenyum. Ia menyindir para anak buah Aji Kartanegara yang datang terlambat. "Angkat tangan, cepat! Atau aku akan menembak kalian berlima!" seru salah satu anak buah Aji Kartanegara. Semua ujung selongsong senjata telah mengarah tepat ke kepala lima orang yang terus saja mundur ke belakang hingga menuju ke pembatas atap. Mereka berlima mengangkat tangan ke atas, namun wajah mereka tampak sumringah, seakan senang dengan kelompok Aji Kartanegara yang perlahan maju mengikuti mau mereka. "Menyerahlah!" seru salah satu anak buah Aji Kartanegara lagi. "Baiklah… kami menyerah!" Tiba-tiba salah satu dari kelima orang itu melemparkan sebuah granat asap ke arah kelompok Aji Kartanegara. Ketika asap mulai mengepul menutupi penglihatan sepuluh orang itu, anak buah Sapto langsung saja lompat dari atas gedung. Rupanya tas besar yang mereka bawa adalah parasut yang kapan saja siap digunakan. Meski rumah sakit itu hanya terdiri dari bebera
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more

Takhta Kartanegara Telah Direbut

"Baiklah, sebelum ada pengumuman lainnya, aku ingin mengumumkan sesuatu," ungkap Aji Kartanegara. Para pemegang saham tertinggi telah berkumpul dan duduk tepat di kursinya masing-masing. Mereka menunggu penjelasan Aji Kartanegara yang ingin menyampaikan sesuatu. Tampak di belakang para pemegang saham ada barisan para petinggi direksi dari masing-masing anak perusahaan Kartanegara Grup. Bila dilihat, Andika tampak bersemangat mendengarkan celotehan ayahnya itu sambil memegang gelas wine miliknya. Pikirnya, apapun yang akan dikatakan oleh tua bangka itu tidak akan berpengaruh pada hasil dari rapat besar itu. Ia akan tetap menjadi pemenangnya. "Sebelumnya, aku sangat berterima kasih pada kalian semua. Aku masih ingat dengan perusahaan pertama yang kubangun bersama ayah dan kakekku. Saat itu, pria tua ini masihlah begitu muda. Ambisi dan ego menyertai setiap keputusan saya ketika itu. Namun saya akhirnya mengerti, menjadi penerus bukan hanya
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

Dia Adalah Alex Kartanegara?

[Bagaimana bocah itu? Apa dia masih tidur?]"Dia belum sadar. Sepertinya dosis yang saya gunakan terlalu tinggi. Kuharap dia tidak mati."[Biarkan saja dia mati. Sekarang, apa kau sudah menemukan di mana dua Brata itu? Dannis dan Juna maksudku.]"Sepertinya mereka lari ke luar negeri. Aku hanya mendapatkan informasi bahwa Dannis tidak sadarkan diri akibat perang di gudang peti kemas. Sepertinya dia koma."[Baguslah. Artinya kita bisa mengutak-atik Alex Group dari dalam. Cepat hubungi orang kita di dalam sana.]Setelah berhasil duduk di kursi nyaman milik Aji Kartanegara, tampaknya Andika masih merasa belum puas sebelum mendapatkan semua kekuatan yang dimiliki oleh keluarganya itu. Sasaran terakhir yang harus ia taklukkan adalah Alex Group, kumpulan perusahaan milik adik bungsunya sendiri. Meski musuhnya hanyalah tinggal Alex Group saja, namun ia tidak mau menganggap remeh grup perusahaan itu. Ada alasan kenapa adik bungsunya mempercayakan asetnya pada Juna Brata. "Apa ini rumahnya?"
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

Kecelakaan Di Masa Silam 

Acara minum teh di kebun bunga hanya dihadiri oleh Dannis, Alex Kartanegara dan juga Juna. Mereka begitu nikmat menyeruput hangatnya teh buatan Diana Ningrat yang hanya datang sebentar untuk mengantarkan ketiga cangkir teh itu. Wajah wanita paruh baya itu masih begitu cantik dan muda. Ketika Dannis melihatnya pertama kali, ia sangat terkejut akan kecantikan sang ibu. "Si–siapa kau?" tanya Dannis ketika ia pertama kali membuka matanya di kamar tidur. Dirinya dikejutkan dengan kemunculan sosok wanita itu. Ia tidak tahu itu siapa dan dirinya juga tidak mengenal tempat asing itu. Dannis bahkan tidak mengenal pria tampan yang sedari tadi sepertinya ia berdiri di dekat pintu. "Dannis, ini ibu…." "I–ibu? Ma–maksudnya?" Jujur saja, Dannis tidak bisa mengerti ucapan Diana saat itu. Ia seakan bodoh karena tidak bisa memahami maksudnya. Ibu yang ia maksud sama sekali tidak berada di pengalaman hidupnya. Maklum saja, Dannis telah diserahkan ke panti asuhan sejak ia bayi. Sosok ibu baginya ha
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status