Home / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 91 - Chapter 100

168 Chapters

Persekongkolan Para Direksi

"Pak, maskapai Kertanegara Air terutama bagian manajemennya diketahui mendukung Pak Andika. Akan sangat susah mengorek informasi dari mereka," pikir Edwin. Saat ini keduanya telah berada di gedung utama dari maskapai penerbangan Kartanegara Air yang letaknya tidak jauh dari bandara utama negeri itu. Setelah mendengar ucapan Edwin, direktur pemasaran itu tampak tidak gentar. Ia segera turun dari mobil dan berjalan menuju ke bagian lobi. Tidak ketinggalan, Edwin akhirnya ikut serta dan mengikuti Dannis dari belakang. "Selamat siang. Apa kau bisa memberitahukan CEO sementara dari perusahaan ini untuk menemuiku?" Dannis menghampiri meja resepsionis dan langsung bertanya ke tujuannya. "Maaf, Pak Dannis, 'kan? Dari kantor pusat?" Salah satu resepsionis tampak mempertanyakan identitas Dannis. "Iya, benar. Kenapa?" balas Dannis. "Saat ini Pak Rajiman, selaku CEO sementara, tidak berada ditempat. Beliau sedang mengunjungi beberapa cabang lainnya. Apa saya perlu menjadwalkan ulang pertemua
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more

Targetnya Adalah Dannis

"Apalagi yang diperbuat bocah tengik itu?!" Adipati yang sedang berada di kantor merasa kesal. Seharusnya ia hanya perlu duduk diam seharian sambil menunggu momen bersama Airin di hotel langganannya. Namun kali ini ia harus berpikir lagi untuk membunuh satu kecoa yang terus saja mengganggu. Lelaki itu tampak menghubungi seseorang. Ia menelepon orang yang menguntit Dannis selama dua hari ke belakang. "Dengar baik-baik. Targetmu yang baru adalah Dannis Brata. Bunuh dia dan jangan sampai meninggalkan jejak. Lakukan malam ini juga. Bila ada yang menghalangi, bunuh saja!"["Baik, Pak. Saya akan laksanakan."]Secepat mungkin Adipati menutup teleponnya. Sambil melepaskan dasi yang melekat di leher, ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Di maskapai Kertanegara Air, setelah Dannis menyelesaikan urusannya di sana, ia langsung meminta kepada Edwin untuk kembali ke kantor terlebih dahulu. "Pak, apa Anda yakin? Saya bisa menjadi supir Anda," ungkap Edwin. "Ada hal yang harus kau lakuka
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more

Dannis Vs Randy

"K–kau?! Tapi kenapa?" Dannis tampak bingung. "Apa ada kata-kata terakhir yang ingin kau ucapkan?" Randy tampak tegas menodongkan senjatanya.Dannis memang merasa terkejut dengan sosok si penguntit yang ternyata adalah mantan musuhnya. Namun melawan pistol yang memiliki kecepatan luar biasa, ia pasti akan langsung tewas pada tembakan pertama. Otaknya lalu berpikir bagaimana caranya untuk memperpanjang waktu dan memberinya kesempatan untuk lari. "Randy! Apa kau tidak mengenalku? Atau kau pura-pura bodoh?!" Dannis mencoba memancing. "Siapa Randy?! Aku tidak kenal dengannya!" ungkap lelaki itu. "Apa kau gila?! Atau jangan-jangan kau hilang ingatan?" Niat awal ia bertanya adalah untuk mengulur waktu, namun ketika mantan musuhnya seakan lupa dengan identitas aslinya malah membuat Dannis merasa penasaran. "Aku adalah Samuel, bukan Randy," ucapnya."Dari kapan kau mengubah namamu? Itu aneh! Apa kau juga tidak mengenal daerah ini? Kau sengaja mendorongku waktu itu ke sana." Dannis mencoba
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

Memuaskan Tuan Adipati 

Dannis membawa tubuh Randy dengan menopang bagian pundaknya turun menuju ke tempat parkir. Butuh upaya yang keras darinya. Apalagi jalanan menurun ditambah dengan langit yang mulai gelap membuat kawasan hutan pendakian itu tampak menyeramkan. "Sial! Kenapa kau berat sekali!" keluh Dannis. Ia mulai mendengar suara dari serangga-serangga malam. Matanya tampak waspada dan enggan untuk menoleh ke belakang. Ia hanya ingin terus berjalan menuruni medan yang lumayan terjal untuk menuju ke mobilnya. "Kenapa aku merasa seperti sedang ada yang mengawasi?" Dannis merasa cemas. Bulu kuduknya berdiri dan membuatnya merinding. Sejauh ini, pengalaman berada di hutan inilah yang paling jauh atau tidak masuk akal. Bila dirasakan, embusan angin yang menerpa begitu dingin dari biasanya. Bukan karena langit mulai gelap, namun karena kabut yang mulai turun dan menyergap dirinya dan Randy. "Semoga tidak ada pocong atau kuntilanak yang main cilukba," ungkapnya. Ketika ia sampai di tempat parkir, Danni
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

Rahasia Mulai Terbongkar!

"Lalu setelah itu kalian mengambil alih perusahaannya begitu saja?" tanya Airin yang sedang berada di situasi tidak terduga. Napasnya tersengal-sengal menahan gairah lelaki yang tampak membara. Ia harus menghemat energinya dan terus menanyakan beberapa hal yang ingin ia ketahui. "Tentu saja tidak. Kami mengancamnya akan memberitahukan kehamilan itu ke keluarganya. Kami tahu dia memiliki seorang putri yang begitu disayanginya. Dan kami juga mengancam untuk mengeluarkannya dari kampus," ungkap Adipati. Ia terlihat hanyut dalam tarian eksotis yang menyatukan dua raga mereka. Keringat dingin mulai membasahi perut six pack lelaki itu. Namun ia tidak berhenti. Ia terus menaikkan ritme permainannya hingga Airin tidak lagi kuat menahan suaranya untuk menjerit lirih. "Jadi, apa dia yang memberikan perusahaannya itu?" tebak Airin. Wajahnya tampak lelah, namun ia menikmatinya. Setelah berita mengenai kehamilan model itu, Arya Diningrat tampak stres ketika dirinya mendapatkan ancaman baru dar
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

Coba Ingatlah, Randy!

"Maaf, tapi kami harus melakukannya." Airin tampak senang ketika melihat tubuh Adipati tersengat oleh tegangan tinggi dari taser gun.Lelaki itu langsung terbaring lemas tidak sadarkan diri di atas ranjang. Kedua kelopak matanya tampak tertutup. Dengan pingsannya Adipati, rencana selanjutnya akan segera dimulai. "Bila kau sudah mengenakan pakaianmu, hubungi aku kembali."["Kenapa kau menunggu hingga aku berpakaian? Kau tidak ingin ke sini dan bersenang-senang denganku?"]"Jangan bodoh! Aku menjunjung tinggi kehormatan wanita lebih dari pria yang kau tiduri."Juna mengakhiri panggilannya via alat komunikasi super kecil yang terpasang di telinga mereka masing-masing. Airin tampak gemas dengan lelaki yang menurutnya sangat gentleman itu. Jujur saja, setelah kepergian Rei, yang ia lihat sebagai pria sejati selanjutnya adalah Juna. Di lain tempat, setelah mengikat tubuh Randy di kursi kayu, Dannis dan Edwin langsung duduk di atas ranjang sambil melepas lelahnya. Membawa tubuh seseorang s
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

Siasat Busuk Nina

"Argh!"Suara jeritan terdengar begitu keras dari kamar yang berada di ujung. Dannis dan Edwin langsung menyadari kalau itu berasal dari kamar yang mereka sewa. Langsung saja keduanya berlari dan mendobrak pintu kamar yang tertutup. Brak!Dannis tampak terkejut dengan beberapa barang yang sudah berjatuhan. Ditambah lagi, kursi yang menjadi tempat tawanannya diikat sudah tampak kosong. Hanya ada bekas tali yang tergeletak di bawah lantai. Sontak saja kedua matanya tampak melotot keluar sambil berjalan menghampiri Nina yang sudah tergeletak di bawah lantai. Perempuan itu tampak acak-acakan. Rambutnya terurai tidak karuan, lalu ada bekas biru di bagian bibir bagian kanannya. Pakaiannya pun tampak kusut dan terbuka sedikit. Dannis melihat kaki perempuan itu yang tampak terluka. "Apa yang terjadi?" Lelaki itu berusaha membantu sekretarisnya untuk berdiri. Edwin terlihat ikut membantu Dannis untuk menopang tubuh Nina dan membawanya menuju ke ranjang. Perempuan itu berusaha menarik napasn
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

Terpecah Dua Grup Penyusupan

"Apa dia masih pingsan?" Gilang baru saja keluar dari kamarnya sambil membawa secangkir kopi di tangan. Pakaiannya masih berupa piyama bergambar mickey mouse. Ia menghampiri Juna yang sudah stand by di depan laptopnya. "Dia masih pingsan," jawab Juna. Sambil duduk di samping pengawal itu, Gilang membuang napasnya. "Apa kau sudah gila? Kenapa kau membawanya ke sini?!" Gilang membentak Juna dengan begitu keras. Ia masih ingat ketika malam tadi, tiba-tiba Gilang dan Airin datang mengetuk pagar rumahnya. Ia sangat terkejut dengan kemunculan Adipati yang tampak tidak berdaya. Ditambah lagi, perempuan kurang ajar itu, alias Airin, langsung pergi setelah menyerahkan tubuh Adipati padanya. Gilang pun tidak bisa menolaknya. Alhasil, si ular playboy itu diangkut olehnya menuju ke kamar tamu. Dan masalah tidak berakhir sampai disitu saja. Tidak lama kemudian, Dannis datang bersama Edwin. Ia langsung masuk begitu saja ke dalam rumah sepupunya tanpa permisi. Dannis langsung menunjuk Gilang a
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

Menuju Rumah Si Ular Tua

Dannis segera menghampiri Juna yang sedang mengecek sesuatu di layar laptopnya. Ia tampak tergesa-gesa dan wajahnya begitu serius. "Juna! Kita dalam masalah! Cepat berikan obat atau apapun yang membuat Adipati merasa seperti sedang bermimpi atau semacamnya! Kau dan Airin harus mengembalikannya lagi ke hotel. Bila dia sampai bangun di sini, kita akan dalam bahaya besar!" ucapan Dannis tampak menggebu-gebu. Juna merasa bingung dengan ucapan bosnya. Tiba-tiba saja ia datang dan langsung bicara tanpa ada titik dan koma. "Apa yang terjadi? Coba tenangkan dirimu dulu," ucap pengawal itu. Dannis segera memberikan pesan singkat milik Gilang. Ia berlari dari halaman belakang sampai ke tempat Juna sambil membawa smartphone milik sepupunya. "Apa ini?" tanya Juna."Itu adalah pesan dari Rangga. Secara resmi kepolisian telah menjadikan Randy sebagai tersangka dalam pembunuhan Paman Rafael. Dan saat ini dia sudah menjadi buronan." Dannis menjelaskannya secara lengkap. "Lalu? Apa ada hubungann
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

Masuk Ke Rumah Terbengkalai

Perjalanan udara yang dilakukan oleh dua perempuan itu akhirnya berakhir. Setelah mendarat di bandara, mereka segera bergegas menuju ke bagian lobi. Di sana sudah menunggu seseorang yang membawa mobil yang mereka sewa khusus untuk hari itu. Anya sudah mempersiapkan semua hal yang diperlukan oleh mereka berdua agar misi hari ini berhasil. "Halo, Pak?" Anya menyapa seorang pria paruh baya yang memarkir mobilnya tepat di depan lobi bandara. Jenisnya adalah minivan berwarna silver. "Mbak Anya?" tanya pria itu. Ia ingin memastikan kalau orang yang ada di depannya adalah si penyewa mobil."Iya, benar. Ini Pak Agus? Dari tempat penyewaan mobil itu, 'kan?" Anya kembali bertanya. "Benar, Mbak. Ini mobilnya, ini kuncinya, ini surat-suratnya, dan ini titipan dari bos." Agus menyerahkan semua keperluan yang Anya butuhkan. Setelah Agus menyerahkan semuanya, ia pun pergi dari lobi bandara. Entah apa yang digunakan pria itu untuk pulang, pastinya Anya dan Nina tidak tampak penasaran. Lalu setela
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status