Beranda / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Menuju Rumah Si Ular Tua

Share

Menuju Rumah Si Ular Tua

Penulis: Mangata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-20 18:13:00

Dannis segera menghampiri Juna yang sedang mengecek sesuatu di layar laptopnya. Ia tampak tergesa-gesa dan wajahnya begitu serius.

"Juna! Kita dalam masalah! Cepat berikan obat atau apapun yang membuat Adipati merasa seperti sedang bermimpi atau semacamnya! Kau dan Airin harus mengembalikannya lagi ke hotel. Bila dia sampai bangun di sini, kita akan dalam bahaya besar!" ucapan Dannis tampak menggebu-gebu.

Juna merasa bingung dengan ucapan bosnya. Tiba-tiba saja ia datang dan langsung bicara tanpa ada titik dan koma.

"Apa yang terjadi? Coba tenangkan dirimu dulu," ucap pengawal itu.

Dannis segera memberikan pesan singkat milik Gilang. Ia berlari dari halaman belakang sampai ke tempat Juna sambil membawa smartphone milik sepupunya.

"Apa ini?" tanya Juna.

"Itu adalah pesan dari Rangga. Secara resmi kepolisian telah menjadikan Randy sebagai tersangka dalam pembunuhan Paman Rafael. Dan saat ini dia sudah menjadi buronan." Dannis menjelaskannya secara lengkap.

"Lalu? Apa ada hubungann
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ovan bacho
kok blum update thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Pewaris Biasa   Masuk Ke Rumah Terbengkalai

    Perjalanan udara yang dilakukan oleh dua perempuan itu akhirnya berakhir. Setelah mendarat di bandara, mereka segera bergegas menuju ke bagian lobi. Di sana sudah menunggu seseorang yang membawa mobil yang mereka sewa khusus untuk hari itu. Anya sudah mempersiapkan semua hal yang diperlukan oleh mereka berdua agar misi hari ini berhasil. "Halo, Pak?" Anya menyapa seorang pria paruh baya yang memarkir mobilnya tepat di depan lobi bandara. Jenisnya adalah minivan berwarna silver. "Mbak Anya?" tanya pria itu. Ia ingin memastikan kalau orang yang ada di depannya adalah si penyewa mobil."Iya, benar. Ini Pak Agus? Dari tempat penyewaan mobil itu, 'kan?" Anya kembali bertanya. "Benar, Mbak. Ini mobilnya, ini kuncinya, ini surat-suratnya, dan ini titipan dari bos." Agus menyerahkan semua keperluan yang Anya butuhkan. Setelah Agus menyerahkan semuanya, ia pun pergi dari lobi bandara. Entah apa yang digunakan pria itu untuk pulang, pastinya Anya dan Nina tidak tampak penasaran. Lalu setela

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Bukan Pewaris Biasa   Berkas Milik Arya Diningrat

    "Anya, coba lihat ini." Nina masuk lebih dalam menuju ke ruang tengah. Ia melihat ada beberapa bingkai foto berukuran besar terpajang di dekat perapian. Namun ia tidak tahu mereka siapa. Bila dilihat dari urutan fotonya, Nina hanya bisa mengambil kesimpulan sementara kalau foto itu adalah silsilah keluarga Andika Kartanegara. Namun anehnya, tidak ada foto istrinya. "Aneh, ke mana foto istrinya Andika? Semua foto memiliki pasangan, namun kenapa Andika tidak?" Anya merasa ada yang aneh. "Aku juga merasa ini aneh. Namun sekarang lebih baik kita segera mencari brankas rahasia atau semacam lemari yang ia gunakan untuk menyembunyikan semua dokumen itu." Nina mulai berpencar. Kali ini ia menyusuri ruangan yang ada di atas, sedangkan temannya di bawah. Mereka berdua terus mengamati beberapa perabot yang tampak tertutupi oleh tebalnya debu dan sarang laba-laba. Lantai yang berdecit, lalu tidak adanya penerangan membuat Anya tampak merinding. Ketika ia memasuki ruang baca yang berisi rak-rak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Bukan Pewaris Biasa   Kenapa kalian Di Sini?

    "Kau…? Kenapa kau ada di sini?" Dannis terkejut akan kemunculan sosok yang sudah lama tidak ia temui. Mantan kekasih ketika ia berada di masa sekolah dulu. "Hai, lama tidak bertemu, Dannis." Anya muncul di depan mantan kekasihnya sambil membawa sebuah berkas dokumen yang memiliki nama Riana Elizabeth. Tidak berselang lama, ada satu lagi perempuan yang menampakkan dirinya. Ketika ia muncul, Edwin dan Gilang sontak saja terkejut. Mata mereka masing-masing mendelik keluar, seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. "Se–sekretaris Nina?! A–apa yang Anda lakukan di sini?" ucapan Gilang tampak terbata-bata. "Ada apa ini? Kenapa kalian ada di sini? Dan kenapa ada Anya juga? Apa kalian saling kenal?" Dannis merasa bingung. Kedua perempuan itu saling menoleh satu sama lain. Dengan berat hati, Nina memutuskan untuk mengakhiri sandiwaranya. Ia maju ke depan dan menghampiri Dannis yang tampak tercengang. "Aku mendapatkan informasi mengenai rumah rahasia ini dari Randy. Malam itu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Bukan Pewaris Biasa   Saling Memburu

    "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku takut ada yang datang ke sini dan memenggal leher kita," ungkap Edwin."Ambil semua berkas yang ada di lemari besi. Kita akan kumpulkan dalam satu file besar. Dan cari lagi apapun yang bisa kita jadikan bukti yang kuat di pengadilan," perintah Dannis. "Aku akan menelepon pengacara dan kakek sebentar. Kalian lanjutkan saja dulu." Gilang pergi keluar ruangan.Mereka berempat kembali melanjutkan perburuannya. Edwin dan Anya memilih untuk menyisir area lemari kayu dan bufet di kedua sisi ruang rahasia itu. Lalu Dannis dan Luna mengambil seluruh berkas di lemari besi dan dikumpulkan pada satu ransel. "Kita butuh ransel atau koper tambahan," ungkap Dannis. "Lebih baik kita langsung letakkan di mobil saja. Bagaimana?" Luna memberi pilihan. Dannis yang masih kesal dengan perempuan itu tampak menurut saja. Ia mungkin kesal, namun ia tidak bisa marah padanya. Setelah mengetahui kalau Nina adalah Luna, ada sedikit rasa lega yang ia rasakan. Ri

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Bukan Pewaris Biasa   Sampai di Pulau Terpencil

    "Benar sekali. Ada yang bisa saya bantu?" tanya security. "Kami sudah memiliki janji dengan Pak Ibrahim. Mungkin bisa disampaikan ke beliau? Bilang saja, kami diutus oleh Pak Gilang," ungkap Luna. Lalu security segera menghubungi bagian kantor pusat yang berada di dalam. Tampak ia mengangguk setiap kali mengakhiri ucapannya di telepon. Security itu meminta kepada keduanya untuk masuk saja dan langsung menuju ke bagian kantor. Mendengar hal itu, Dannis pun memacu kembali mobilnya dan masuk lebih dalam menuju ke sebuah bangunan tiga lantai yang ada diujung lapangan terbang itu. Tampak ada beberapa mobil SUV dan sedan yang terparkir tepat di depan halaman kantor. Luna pun segera masuk menuju ke meja resepsionis. Ternyata mereka sudah ditunggu. Bagian resepsionis terlihat langsung memandu mereka menuju ke lantai tiga untuk menemui Ibrahim. "Sore, Pak. Mereka sudah tiba," ucap resepsionis itu. Ia membukakan pintu untuk Dannis dan Luna, serta mempersilahkan keduanya untuk masuk. Terlih

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Bukan Pewaris Biasa   Tim Pembunuh Bayaran Vs Tim Dannis

    "Yah, itu mereka," balas Randy. "Ke mana tujuanmu? Kau ingin pergi dan menghilang?" Dannis bertanya. "Aku akan bersembunyi dulu untuk sementara waktu. Tapi tenang saja, aku lari ke luar negeri hanya untuk bersembunyi dari Andika, bukan untuk lari dari polisi," ungkap Randy. "Lalu kau pergi menggunakan apa?" Luna bertanya. "Ada kapal berukuran sedang di sisi lain pulau. Aku akan pergi menggunakan kapal itu dan menuju ke tengah laut untuk naik ke kapal pesiar. Sayangnya, kapal pesiar baru tiba sekitar jam 9 malam." Randy melihat jam tangannya. Waktu ternyata masih menunjukkan pukul 6 sore. Tampak langit sudah menjadi agak gelap. Cahaya matahari yang memantulkan keindahan senja perlahan-lahan tampak memudar."Kalau begitu kita harus menahan mereka sekitar 3 jam." Dannis mulai menggenggam beberapa senjata dari ranselnya. "Kita harus mencari posisi untuk bersembunyi. Apa kau bisa membantu kami mencarinya?" Luna menoleh ke arah Randy. Lelaki itu akhirnya menunjukkan sebuah tempat yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Bukan Pewaris Biasa   Melarikan Diri Ke Tengah Laut

    "Sial!" Luna tidak bisa menghindari tembakan itu. Dar!Perempuan itu melihat ada tetesan darah yang menetes tepat di depan dirinya. Ia baru sadar kalau tembakan salah satu pembunuh bayaran itu tidak mengenai tubuhnya. "Da–Dannis?!" Luna terkejut. Ternyata tetesan darah itu berasal dari lengan lelaki yang tampak berdiri di depannya. Dannis menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk menyelamatkan Luna. "Kau tidak apa-apa?" Dannis menoleh sebentar, lalu setelahnya, ia menoleh tajam ke para pembunuh bayaran. Dengan mengandalkan pistol yang digenggam oleh kedua tangannya, ia berhasil menembak mata, pelipis, dahi, lengan dan dada mereka. Namun sayangnya, satu pembunuh lagi berhasil bersembunyi dan menembak balik ke arah Dannis. Dar!Tembakan itu tampak mengenai bagian wajah kiri lelaki itu. Untungnya peluru itu hanya menggores pipinya. Dengan cepat, Dannis melepaskan tembakannya kembali. Namun kali ini ia mengkombinasikannya dengan flashbang yang ia lemparkan di dekat persembunyian pemb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Bukan Pewaris Biasa   Menuju Ke Rapat Saham

    "Aku masihlah Samuel. Aku bukan Randy yang kau kenal dulu," ungkap lelaki itu. Wajahnya tampak menunduk ke bawah. Ada rasa kecewa di dalam dirinya. Ia tidak mengerti dengan takdir yang terus saja mempermainkan dirinya. "Bila kau merasa kalau dirimu bukanlah Randy, maka jadilah Samuel yang kau yakini saat ini. Kami akan mengingatmu sebagai Randy, lalu ingatlah dirimu sebagai dirimu yang sekarang saja." Luna telah selesai dengan peralatan P3K-nya. Perempuan itu memilih untuk ikutan bersandar bersama Randy sambil menatap ke langit malam yang tampak bertaburan bintang dan bulan purnama. Luna merasakan lelah yang teramat luar biasa. "Kau tidak menolong Dannis? Lengannya masih terluka, 'kan?" Randy menoleh. "Oh, benar juga. Aku lupa," sahut Luna dengan wajah konyol. Akhirnya ia pamit sebentar. Luna langsung menghampiri Dannis di ruang kemudi. Tampak terlihat lelaki itu begitu menikmati perannya sebagai nahkoda amatir. Memegang kemudi kapal sambil melihat jauh ke depan hamparan ombak l

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Bukan Pewaris Biasa   Pertarungan Final! (TAMAT)

    “Mereka terlalu banyak!” Anya begitu kesulitan untuk menembak para Jager selama sniper itu masih ada. “Kau harus bunuh snipernya terlebih dulu!” Anya berteriak dari balkon lantai tiga. “Aku tahu!” Dannis yang masih baru pertama kali menggunakan senjata sniper itu tampak kaku ketika membunuh beberapa Jager yang mendekat. Meski begitu, pelatihan yang ia lakukan dengan Rosella tidaklah gagal. Dannis tahu tentang sniper yang ada di lantai tiga itu. Ia tahu kalau sniper itu yang membunuh Aden di tragedi lautan api. Saat Rosella membidiknya, ia juga ikut melihat perawakan sniper itu. Tapi masalahnya, kemampuan sniper itu jauh diatasnya. Ia butuh strategi jitu untuk menumbangkannya. “Ada helikopter yang akan datang lima belas menit lagi! Bertahanlah sampai bala bantuan tiba!” Saka berteriak dari lantai dua.“Bala bantuan? Siapa yang akan membantu kita?” Anya merasa bingung. “Seorang teman lama kenalan ayahku.” Saka tersenyum. Anak itu mencoba menyusuri belakang rumah. Ia memanjat Dindin

  • Bukan Pewaris Biasa   Tamu Tak Diundang Di Villa (S2) 

    Perjalanan menuju ke villa yang berada di perbatasan antara Thailand dan Laos lumayan jauh dan memakan waktu tidak sebentar. Dua jam perjalanan Menggunakan taksi sudah cukup membuat kepala Dannis pegal. Terlebih lagi, Saka dan Anya yang ketiduran dan bersandar ke kedua pundaknya. Ia berganti posisi dengan Saka yang semula duduk di tengah-tengah. Saat memasuki wilayah sebuah komplek perumahan yang berada di lereng bukit, pemandangan di kedua sisi jalan berubah menjadi area pepohonan pinus. Sepi, tidak ada mobil yang lalu-lalang. Bahkan jarang ada orang yang sekadar lewat. Dannis merasa wilayah ini sangat berbeda dengan wilayah lainnya. “Hei, bangun. Kita sudah mau sampai.” Dannis membangunkan keduanya. Tampak liur Saka dan Anya membekas di kaos oblongnya. “Apa kita sudah di villa?” Anya melihat ke luar jendela. Ia sangat terpukau dengan pemandangannya. “Aneh, kenapa sepi sekali?” Saka merasakan hal yang sama dengan Dannis. Bocah itu masih saja menguap padahal sudah tidur dua jam.

  • Bukan Pewaris Biasa   Warisan Rafael & Surat Perpisahan (S2)

    “Ini luar biasa! Apa kuil itu terbuat dari emas?” Saka terpukau dengan kemegahan kuil yang ia lihat. Kuil-kuil yang ada di Chiang Mai sangat dijaga kelestariannya. Bukan hanya bentuk fisiknya saja yang begitu artistik dan memiliki sejarah yang tak ternilai, tapi fasilitas pendukung untuk para wisatawan juga diprioritaskan. Kenyamanan, keamanan dan kebersihan sangat terlihat di lingkungan kuil-kuil itu. Saka sangat menikmati kunjungan wisata itu. Ia sangat senang karena bisa pergi lagi bersama sepupu yang telah dianggapnya sebagai seorang kakak. Tidak sedikit ia bertanya tentang kuil-kuil itu ke Dannis. Meski lelaki itu telah menjelma sebagai pria dingin dan kaku, Dannis masih memiliki sisi lembut ketika bersama Saka. “Ngomong-ngomong, kau ingin menunjukkan apa padaku? Sebelum kita ke sini, kau bilang ingin menunjukkan sesuatu,” tanya Dannis.“Oh, aku baru ingat. Ini hanyalah cerita dari ayahku. Dulu sekali, dia pernah menyinggung soal organisasi hitam bernama Dewan XII. Kau tahu aya

  • Bukan Pewaris Biasa   Kita Bagi Dua Kelompok (S2)

    “Fraksi IX? Apa kau gila?!” Steven langsung menghentikan ucapan temannya. “Organisasi itu seperti hantu. Tidak ada yang tahu di mana dan siapa amggotanya. Kau pikir kita bisa menemukannya?” ucap Reina. “Aku akan jelaskan dulu. Lalu kalian bisa mengambil kesimpulannya,” ungkap Gan. Anya dan Saka yang belum mengetahui organisasi itu tampak bingung. Dannis yang berada di samping mereka mencoba menjelaskan tentang organisasi Fraksi IX kepada keduanya. Meski harus mengabaikan ucapan Gan, tapi Dannis sangat menikmati menjelaskan hal itu pada Anya dan Saka. “Seorang Verbannen ke-6 mengetahui siapa anggota Fraksi IX. Tapi dia hanya memberikan alamatnya saja. Sayangnya, tempat orang itu sangat jauh dari Verbannen ke-6 yang memberitahukan tentang anggota organisasi itu. Yang aku rencanakan adalah… kita berpencar. Kelompok pertama akan menemui Verbannen di Myanmar. Kita akan mengajaknya untuk bergabung. Lalu kelompok kedua akan pergi menemui orang yang diduga sebagai anggota Fraksi IX di Lao

  • Bukan Pewaris Biasa   Berkumpul di Chiang Mai (S2)

    “Kau sudah bangun?” Gan menyapa temannya yang sedang berdiri di atas balkon penginapan. “Chiang Mai. Apa yang kita lakukan di sini? Kau ingin berwisata kuil?” Dannis menyindir. Hari baru dengan pemandangan langit biru tampak mempesona dirinya. Tapi kejadian yang membuat ia terus mengingat tentang lautan api, membuatnya merasa tidak nyaman. Apalagi kejadian kemarin telah menelan korban, yaitu temannya; Aden. Mereka lari sangat jauh dari lokasi pembakaran dan pembantaian malam lalu. Dengan uang yang tersisa, Gan membawa kedua temannya menuju ke Chiang Mai, tempat di mana salah satu klub malam miliknya yang tersisa.“Kita datang ke sini untuk mengambil simpanan uangku. Para Jager brengsek itu pasti telah menghubungi bank lokal untuk membekukan rekeningku. Aku harus mengambil uang tunai di penyimpananku. Dan… kita juga menunggu Steven, Reina dan satu orang lagi yang matanya ikut dari tanah airmu.” Gan pun pergi setelah mengucapkan hal itu. “Satu orang lagi?” Dannis berpikir siapa yang

  • Bukan Pewaris Biasa   Lautan Api (S2)

    Kepergian Gan membuatnya tampak tenang. Saat ini ia hanya ingin beristirahat di tempatnya hingga ajal menjemput. Sambil memegang remote control di salah satu tangannya, Aden menunggu sampai temannya berkumpul dengan yang lain. Tampak dari layar smartphone miliknya ada sebuah foto lama yang membuatnya teringat momen ketika ia masih menjadi seorang Jager. Aden mencoba untuk bernostalgia dengan foto di galeri smartphone miliknya. Sungguh rindu… ia rindu dengan keadaan dulu. “Gan?” Rosella bertemu dengan Gan yang baru saja melompat dari rumah sebelah. “Kenapa kau di sini?” Dannis merasa bingung ketika bertemu dengan Gan. Ia melihat pria itu menangis. Matanya masih tampak bengkak.“Kita harus pergi! Aden akan menekan remote itu! Cepat!” Gan berupaya membawa mereka berdua menjauh. Tapi Rosella dan Dannis tetap diam di tempat sembari mempertanyakan di mana Aden berada. Mereka menolak pergi sebelum Gan menjelaskan tentang keadaan Ad

  • Bukan Pewaris Biasa   Maaf Aku Meninggalkanmu (S2)

    “A, apa dari sana?” Aden menerka datangnya peluru yang menembaknya. Ia melihat gedung tinggi yang lumayan jauh. Tapi apa mungkin?Tepat di dada bagian kanan peluru Diablo menembusnya. Aden berusaha untuk bangun kembali, namun darah yang mengucur dari luka itu begitu deras. Bahkan darah juga keluar dari mulutnya. “G–guys… ada satu sniper lagi ….” [Kenapa bicaramu terbata-bata?]Gan merasa ada yang tidak beres dengan temannya. Ia menghentikan langkahnya dan berusaha mendengarkan Aden. [Aden? Apa kau terluka?] Rosella merasa cemas. Ia berupaya agar tebakannya salah. “A–aku baik-baik saja. Rose, tolong bisik ke arah gedung diujung sana. Sepertinya dia menembak dari sana.” Aden berusaha keluar dari jalur bidik Vladimir dengan bersembunyi kembali di balik dinding. Dengan posisi terduduk, ia berusaha untuk menghentikan pendarahannya menggunakan sapu tangan yang ia bawa. [Kau yakin? Kau seperti orang yang sedang terluka.]Gan mengkonfirmasinya kembali. Ia merasa ada yang tidak beres de

  • Bukan Pewaris Biasa   Awas Sniper! (S2)

    Serangan dari jarak jauh mulai dilancarkan oleh para Jager. Ternyata mereka sudah mengepung rumah itu semenjak gencatan senjata. Mereka terus maju dari lokasi persembunyiannya yang awal. Perlahan tanpa diketahui oleh Gan dan para pengawalnya. Dan inilah hasilnya. Ledakan besar yang baru saja terjadi berasal dari tembakan bazooka yang dilakukan oleh para Jager dari rumah seberang jalan. Meski para kawanan Gan bisa melawan balik, tapi intensitas serangan para Jager jauh lebih mendominasi. Alhasil, para pasukan Gan yang justru mundur ke belakang rumah untuk melindungi diri. Dan dalam waktu beberapa menit saja, sahut-sahutan bazooka membuat pekarangan depan rumah Gan hancur berantakan. Bahkan beberapa ruangan yang ada di rumahnya hancur menjadi puing-puing. “Mereka mendobrak gerbang!” Salah satu pengawal berteriak. “Dasar sial! Cepat bunuh mereka!” teriak Gan. Ia sedang bersama Aden yang bersiap-siap untuk melancarkan serangan kejutan. Aden terlihat sedang mempersiapkan senapan sniper

  • Bukan Pewaris Biasa   Pesta Jager Vs Verbannen Dimulai! (S2)

    Malam bergulir sangat cepat bagi Dannis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia terlihat kelelahan selama seharian berkutat dalam pelatihan ekstrimnya. Tanpa ia sadari, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Yang ia ingat setelah latihan selesai hanyalah mandi, makan dan tempat tidurnya. Sepertinya karena begitu lelah, ia tertidur hampir dua belas jam lebih. Ia merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit, mungkin karena efek dari latihan kemarin. “Kenapa tenang sekali?” Lelaki itu tidak mengira bahwa pagi harinya akan dimulai dengan ketenangan. Biasanya ada langkah kaki yang terdengar lalu-lalang di sepanjang lorong lantai dua. Atau suara dari para pengawal yang mondar-mandir tepat di depan kamarnya. Bahkan ia tidak melihat si gila Rosella yang tiba-tiba masuk dan menggodanya. “Apa yang terjadi? Apa mereka semua mati?” Dannis beranjak dari ranjangnya dan menuju ke arah pintu. Ketika ia membukanya, tidak ada seorang pun yang menjaga di lorong lantai dua. Dan ketika ia melihat ke ba

DMCA.com Protection Status