Home / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 71 - Chapter 80

168 Chapters

Acara Jamuan Aji Kartanegara 

"Kenapa lama sekali datangnya?" Gilang tampak menyambut kehadiran Dannis. "Kau sudah siap?" Tampak Rei berdiri di samping Gilang dengan setelan begitu rapi. Ia mengenakan blazer hitam yang dipadu dengan kaos oblong.Hari ini adalah tepat di mana acara jamuan Aji Kartanegara dilaksanakan. Kejadian di hari kemarin, tepatnya di rumah Rei, masihlah belum diketahui oleh bocah itu. Ia benar-benar tidak mau tahu apa yang dilakukan oleh ibunya terhadap si pengawal. Di halaman belakang rumah kakeknya, Dannis tampak melihat beberapa orang yang tidak ia kenal. Mereka semua mengenakan pakaian mewah dengan bertabur perhiasan yang mungkin nilainya tidaklah kecil. Ia tahu bahwa mereka adalah para tamu penting kakeknya. Namun ia tampak sedikit sungkan untuk bergabung dan berbincang dengan mereka. Alhasil, ketika Juna, Gilang dan Rei tampak berbincang satu sama lain, ia malah melipir pergi menuju ke tempat duduk yang berada di dekat sebuah pohon rindang. Posisinya berada di sudut halaman. Tidak ban
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Perang Telah Di Mulai

"Silahkan ambil alih," ungkap Andika. Ia tampak datar dan hanya menatap lurus ke belakang Adipati dengan tatapan kosong. Sesekali ia melirik ke arah gelas kaca berisi anggur yang berada di depan Aji Kartanegara, ayahnya sendiri. Adipati yang duduk di seberang ayahnya tampak sesekali ikut melirik ke arah gelas itu. Tatapan matanya juga memberi kesan bahwa keduanya saling membantu satu sama lain. Namun hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh Dannis yang kedua kalinya bertemu dengan Saka Kartanegara, si anak belagu yang ditemuinya ketika ia jalan-jalan santai di mal. Sedari tadi tatapan mata Dannis dan Saka saling bertarung. Sesekali Saka memainkan garpunya, lalu ia tusuk-tusuk ke makanan yang di piringnya sambil memberi kode ke Dannis kalau ia sedang marah. Sayangnya, lelaki yang sudah berumur ini malah menanggapi bocah psiko itu. Ia mengambil ayam bakar bagian paha. Lalu perlahan merobeknya dengan menggunakan kedua tangannya. Mereka yang berada di samping Dannis tampak bingung mel
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Sekali Tenggak, Ia Mati

"Tuan Aji Kartanegara, maaf bila saya lancang main masuk ke dalam ruangan ini." Tiba-tiba saja Nina merangsak masuk ke dalam. Ia yang sebenarnya tidak diundang tampak cemas dan terlihat tergesa-gesa. Dengan mengenakan gaun putih panjang yang dikombinasikan kalung mutiara, ia menghampiri Aji Kartanegara yang hendak meminum anggur itu. "Kau? Kau bukannya sekretarisnya Dannis?" Pria tua itu mengenali wajah Nina. "Nina? Kau sedang apa di sini?" Dannis langsung berdiri sambil menatap kedatangan perempuan itu. Sontak saja yang lainnya ikut menatap ke arah Nina. Tampak Andika dan Adipati begitu kesal. Padahal momen krusial yang mereka tunggu-tunggu hampir saja terjadi. Gangguan dari datangnya Nina membuat keduanya begitu kesal. "Ada apa kau ke sini?" tanya Aji Kartanegara. "Aku haus. Maksudnya … aku ingin Anda menimbang kembali keputusan mengenai sertifikat tanah itu. Tolong jangan gusur universitas itu," ungkap Nina. Ia sampai memegang lengan pria tua itu. "Aku sudah membereskan masa
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more

Operasi Senyap Dua Perempuan 

"Aku akan ke ruangan lain," ungkap Anya. Ia tampak santai sekali berjalan di sekitaran rumah sambil mengenakan seragam cleaning service. Tampak beberapa orang yang berada dalam satu grup cleaning service tidak terlalu mencurigainya. Perempuan itu mulai memasang beberapa kamera pengawas berukuran mini di beberapa sudut ruangan yang berada di dalam rumah itu. Di apartemen keduanya, Nina berusaha untuk memalsukan kartu undangan yang di design spesial untuk acara itu saja. Intinya, kedua perempuan ini saling bekerja sama untuk mengintip pertemuan rahasia para keluarga Kartanegara. "Kakek ini tampaknya bukan hanya kaya, tapi dia benar-benar sangat super kaya." Anya terkejut melihat patung naga berlapis emas tepat berdiri di depannya. ["Fokus saja pada tugasmu. Aku sedang mencoba meniru barcode dan model undangan perjamuan itu."]Kedua perempuan ini tampak seperti agen mata-mata berpengalaman. Sialnya
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Rekaman Sebenarnya

"Apa yang ingin kau lakukan sekarang? Tetap menunggu atau pulang ke apartemen dulu?" Juna bertanya kepada bosnya yang sedari tadi terus saja menatap sang kakek yang masih menangis tiada henti. "Siapa yang berani meracuni paman ketiga? Aku merasa ada yang aneh dengan kejadian ini," pikir Dannis. Juna meminta kepada bosnya untuk mengikutinya sebentar saja. Pengawal tampan itu menggiring bosnya menuju ke jalan raya. Terlihat ada beberapa orang dan sisa tamu yang masih merasa penasaran dengan keadaan di dalam rumah. Mereka tampak berbincang dan berbisik satu sama lain. "Kau ingin membawaku ke mana?" tanya Dannis. "Mobil. Ada yang ingin kuperlihatkan dan kujelaskan kepadamu," ungkap Juna. "Ada apa? Apa yang ingin kau perlihatkan?" Dannis tampak penasaran dan bingung. Cara berjalan Juna tampak berbeda. Ia merasa seperti ada yang dirahasiakan oleh pengawalnya ini. Mobil Van hitam yang sempat dipergunakan oleh mereka untuk merampok kantor Andika tampak terlihat di di ujung pertigaan jala
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Tersangkanya Adalah Dia?

"Semuanya tolong berkumpul. Saya akan melakukan pemeriksaan dan penggeledahan barang-barang yang kalian bawa." Salah seorang kepala polisi meminta kepada seluruh orang yang hadir di acara pertemuan itu untuk kooperatif. Mereka semua diminta untuk berdiri dan berbaris ke belakang. Ada tiga tim polisi terdiri dari dua orang yang segera melakukan pengecekan. Dannis dan Juna yang baru saja tiba dari luar langsung diminta ikut serta dalam pemeriksaan itu. Di lain sisi, mayat dari Rafael Kartanegara segera dibawa oleh ambulans untuk dilakukan otopsi lebih lanjut. Tampak terlihat Saka Kartanegara, si bocah yang sempat mengejek Dannis, menangis tanpa henti di sudut ruangan. Ia tidak mampu menahan rasa sakitnya. Kehilangan seorang ayah dengan tiba-tiba dengan kenyataan bahwa sang ayah tewas akibat diracun sangat membuatnya gila. Satu per satu mereka menjalani pemeriksaan. Aji Kartanegara tampak lolos dari pemeriksaan itu. Begitu juga dengan dua pengawalnya. Gilang, Rei, Anya, Adipati, dan A
last updateLast Updated : 2023-10-01
Read more

Malam Kelam Berselimut Duka

"Siapa kau sebenarnya? Dan kenapa kau serta temanmu menyelinap ke sana?" tanya Juna."Yang harus kau tahu, aku melakukan hal itu demi sebuah misi. Anggap saja ada seseorang yang memintaku untuk tetap berada di sisi bosmu. Dan orang itu yang menjamin hidupku," ungkap Nina. "Dan siapa orang yang kau maksud itu?" Juna semakin penasaran. Nina tidak menjawabnya. Ia hanya tersenyum sambil membuka pintu mobil Van. Setelah ia berada diluar, Nina tampak tersenyum lagi sebelum ia menutup kembali pintu mobil itu. Terlihat Juna tidak mengejarnya. Ia merasa musuh ataupun teman yang berada di sisi bosnya tampak abu-abu. Tidak ada yang bisa ia percaya sedikitpun. Akhirnya, Juna memilih untuk melanjutkan perjalanannya dan membiarkan Nina, si perempuan misterius, pergi entah ke mana. Di lain tempat, Andika yang tampak geram dan gusar karena rencananya gagal berupaya mengacau di rumah pribadinya. Ia berteriak begitu keras sambil melempar dan membanting beberapa perabot. Adipati yang melihat aksi ay
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Konferensi Pers Kepolisian

"Kami sudah menemukan penyebab kematian Rafael Kartanegara. Beliau tewas karena diracun dengan menggunakan sianida." Kepolisian telah memberikan statement-nya. Di depan awak media, mereka membicarakan beberapa bukti yang ditemukan saat melakukan olah TKP. Pernyataan mengenai motif pembunuhan dan juga pelakunya masih berada di dalam ranah investigasi lebih lanjut. Saat ini, keluarga Kartanegara hanya meminta kepada kepolisian untuk secepatnya menyelesaikan proses otopsi. Dan tepat saat konferensi pers digelar, mayat dari Rafael Kartanegara sudah berada di dalam perjalanan pulang menuju ke mansion mewah milik Aji Kartanegara. Berita kematian si anak ketiga orang terkaya di negeri itu menjadi tajuk utama di setiap saluran televisi. Sontak saja, semua orang di negeri itu sedang hangat-hangatnya membicarakan tragedi pembunuhan itu. "Dannis, tolong pergi dari sini. Aku akan bersiap-siap untuk menyambut kepulangan Rafael. Ada banyak hal yang harus aku urus," ungkap Aji Kartanegara. "Tap
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

Dibuntuti Mobil Van Putih

"Sepertinya kita sedang dibuntuti." Juna melirik ke cermin di atas dashboard, tampak satu mobil mini Van putih terus mendekat dan menjaga jarak dengan mobil yang ia kemudikan. Sontak saja Dannis yang duduk di kursi belakang langsung menoleh ke kaca yang ada di belakangnya. Ia melihat ada tiga orang di bangku depan mini Van putih. Dan ia merasa bila bukan hanya tiga orang itu saja yang ada di mobil itu. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya Juna. "Bila kau harus melawan mereka semua, apa kau bisa menang?" Dannis bertanya balik. "Kenapa kau bertanya padaku, seakan-akan aku yang ingin ditumbalkan," keluh Juna. "Karena aku tidak mungkin melawan preman-preman busuk itu." Dannis tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak pengawalnya. Juna mempercepat laju mobilnya. Untungnya saat ini mereka sudah memasuki jalan tol. Rencana semula ingin pergi ke apartemen malah beralih ke tempat lain. Sesekali terlihat Juna melirik ke cermin dashboard. "Apa mereka akan membunuh kita?!" Saka tampak takut ke
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

Duel Tak Terelakkan

"Keluarlah! Aku tahu kalian sedang bersembunyi." Randy berteriak sangat keras. Ujung selongsong pistolnya tepat mengarah ke dahi Juna yang sudah berlumuran darah. Ia tetap menatap pengawal itu dengan tajam. Tidak sedetikpun mengalihkan pandangan. Bagaikan seekor singa yang sudah mengunci bayi rusa. "Bagaimana mungkin kau bekerja sama dengan Andika? Apa kau diberikan asuransi berupa kebebasan? Atau kau sudah lupa dengan semua dosamu di masa lalu?" Tiba-tiba Juna memancing hati nurani Randy dengan pertanyaan tentang kehidupan lalunya. "Aku tidak mengerti maksudmu. Yang pasti, alasanku berada di samping Tuan Andika karena dia telah menyelamatkanku." Randy telat berdiri di depan pengawal itu. Ujung pistolnya begitu dekat dengan dahi Juna. "Oh, begitu. Kau sangat percaya diri sekali. Apa kau berpikir kalau Andika adalah sang penyelamat dunia," sindir pengawal itu. Randy tidak membalas sindiran itu. Ia hanya menjawabnya dengan meletakkan ujung selongsong pistolnya tepat di dahi Juna. T
last updateLast Updated : 2023-10-07
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status